“Memangnya ada apa?” tanya Olivia santai. “Hal-hal yang berhubungan dengan asal-usulmu,” jawab Stefan cepat. “Apa lagi yang mau kamu ketahui tentang hidupku? Aku adalah anak kandung ayahku dan ayahku adalah anak kandung kakekku setelah melalui tes DNA. Selain itu, Tante Yuna adalah kakak kandung ibuku. Kami juga sudah melakukan tes DNA untuk memastikannya,” balas Olivia sambil tersenyumApalagi yang perlu diceritakan dari asal-usulnya yang sederhana ini?“Aku akan memberitahumu secara detail setelah kamu kembali. Kebetulan, hal ini ada hubungannya dengan asal-usulmu,” ujar Stefan yang sengaja memancing rasa penasaran istrinya. Semoga saja istrinya berinisiatif untuk pulang malam ini juga karena tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Oke, kita akan membicarakannya lagi setelah aku kembali. Aku mau mendengar seperti apa lagi kamu akan menjelaskan silsilah keluargaku yang sederhana itu,” ujar Olivia santai tanpa merasa penasaran sama sekali. Lagi pula, dia yakin kalau dia adalah anak
“Bukan aku yang memotretnya. Itu adalah hasil tangkapan layar dari status yang dipost oleh perempuan yang ada di foto itu. Orang yang menangkap layar itu mengirimkan foto-foto ini kepada Reiki yang langsung membuat Reiki terkejut bukan kepalang. Sebenarnya, Reiki juga nggak mau kasih tahu aku tentang hal ini,” jawab Junia berusaha untuk menjelaskan dari mana dia mendapatkan foto ini. “Tapi, aku akhirnya berhasil melihat foto-foto itu dan langsung mengirimkannya padamu untuk mengonfirmasi apa benar laki-laki itu adalah Stefan. Karena dari belakang perawakannya sangat mirip dengan suamimu,” ujar Junia lagi. Olivia kembali berpikir, apa mungkin di lingkaran pertemanan Stella ada yang mengenal Stefan? Namun, hal itu tidaklah mengherankan jika mengingat betapa kayanya keluarga Stella. “Kalau dari belakang sih memang mirip banget sama Stefan. Tapi, aku juga nggak yakin kalau laki-laki ini adalah Stefan. Tapi, aku yakin kalau Stefan nggak mungkin mengkhianatiku.”“Selain itu, sepertinya pe
"Stella itu sainganku, biar aku yang mengurusnya. Setelah ini, proyek itu akan diserahkan kepada orang lain untuk ditindaklanjuti. Stefan nggak akan terlibat lagi. Stella juga sudah dilaporkan ke Pak Petrus,” kata Olivia. “Setelah itu, cukup lama aku nggak ketemu Stella. Stefan bilang Pak Petrus akan mengurus putrinya itu. Tapi Stella masih datang mencariku. Kurasa mungkin Pak Petrus nggak tahu. Kalau nggak, dia nggak akan meninggalkan kota malam-malam, terus meninggalkanku begitu saja," lanjutnya.Mendengar cerita temannya, Junia menghela napas panjang dan mulai berbicara dengan nada yang lebih ceria, "Dengar ceritamu itu, aku jadi lebih tenang. Pria itu pasti bukan Stefan. Kalian berdua ‘kan sudah melalui banyak hal untuk bisa sampai hari ini.""Stefan sangat mencintaimu, memanjakanmu. Kalau sampai cintanya dan perhatiannya itu palsu, aku mungkin nggak akan berani percaya lagi sama yang namanya cinta," kata Junia.Mengingat sifat Stefan, dia memang bukan orang yang mungkin akan bers
"Susunya sudah bisa diminum, ya," kata Reiki sambil duduk di samping istrinya, menyuruh minum susu.Junia mengangkat gelas susu itu dan berkata, "Oliv percaya sama Stefan. Dia mengenali wanita di foto itu. Oliv bilang wanita itu adalah putri dari Krama Group, Stella.""Wanita itu benar-benar nggak tahu malu. Stefan dan Oliv akan menikah dalam satu bulan lagi. Mereka sudah mendaftarkan pernikahan mereka selama satu tahun. Nggak hanya orang di kota ini, tapi siapa pun yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan kalian pasti tahu bahwa Stefan sudah menikah dan sangat memanjakan istrinya.""Stella bahkan berani mendatangi dan ingin berbicara dengan Oliv. Aku yakin dia pasti bilang Oliv nggak pantas untuk Stefan, menyuruhnya meninggalkan Stefan. Aku nggak tahu deh dari mana dia mendapatkan keberanian untuk berkata seperti itu kepada Oliv.""Gimana mungkin Oliv nggak pantas untuk Stefan? Meskipun latar belakang keluarga Oliv nggak sebanding dengan keluarga Adhitama, tapi keluarga Adhitam
Junia nyaris tersedak susu. Sambil tertawa Junia berkata, "Sudahlah, jangan bicara dulu. Biarkan aku minum susunya dulu, kalau nggak nanti bisa semprot kamu, nih. Jangan salahkan aku, ya.""Aku nggak pengin jadi gemuk. Aku maunya jadi ibu hamil cantik."Setelah melahirkan, Junia bahkan bertekad untuk segera berolahraga dan mengembalikan bentuk tubuhnya yang semula.Kata-kata suaminya yang mengatakan tidak akan keberatan jika ia gemuk, memang terdengar menyenangkan.Tapi, siapa yang tidak ingin cantik?Jika Junia benar-benar menjadi gemuk, mungkin awalnya suaminya tidak akan keberatan, tapi lama-lama pasti akan mulai merasa tidak suka, dan kemudian merasa bahwa wanita lain di luar sana lebih menarik. Tidak menutup kemungkinan hatinya pun akan mulai berpaling, dan pada akhirnya akan menjadi milik orang lain.Itu juga yang pernah dikatakan Roni kepada Odelina.Apa hasilnya?Tetap saja, Roni merasa keberatan karena Odelina menjadi gemuk dan tidak menarik.Junia tidak akan membiarkan diriny
“Kamu bilang saja kamu yang makan. Aku sehat, kok. Makan sesuap dua sua saja buat mengobati rasa ingin, nggak akan kenapa-kenapa. Biasanya dulu tiap kali cuaca panas begini, aku bisa makan es krim dua kali sehari, loh."Bagi mereka yang sangat menyukai makanan, "mengidam" makanan terasa sangat menyesakkan. Mereka ingin segera menikmatinya saat perasaan itu datang.Sedetik pun mereka tak mau menunggu. Reiki tak tahu harus berkata apa. Reiki sangat memanjakan istrinya. Dia tidak ingin menolak permintaan sang istri. Akan tetapi, dokter keluarga mereka bilang ibu hamil sebaiknya mengurangi makanan dingin. "Sayang, nama bayi-nya belum kita pikirkan, loh. Kamu ada kepikiran nama nggak buat dia?"Reiki mengalihkan pembicaraan. Dia mencoba memecah konsentrasi istrinya yang sedang "mengidam".Jika saja apa yang diinginkan Junia baik untuk kondisinya, Reiki pasti akan membiarkannya makan sebanyak-banyaknya. Hanya saja, jika tak cocok, Reiki harus belajar tega untuk menolak permintaannya. "
“Hmm, ya sudahlah.”Reiki berhenti, dia berbalik badan, lalu kembali ke taman. Ternyata di rumah tidak ada es krim. Bukan Reiki yang tak mau memberi, memang tidak ada es krim di rumah mereka. Saat mendengar bahwa ibu mertuanya mengosongkan es krim dan semua minuman dingin dari rumah, Junia hanya bisa menahan napas. Sekali pun pulang ke rumahnya, dia juga tak akan bisa makan es krim. Orang tua Junia merasa Junia sudah sangat beruntung bisa menjadi menantu keluarga Ardaba. Junia harus patuh dan menjaga kandungannya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian barulah Junia bisa dianggap tidak mengecewakan keluarga Ardaba. Oleh karena itu lah, orang tua Junia sangat memperhatikan perkembangan bayi dalam perut Junia. Besok saja, Junia akan diam-diam membeli es krim saat ke toko saja. “Besok siang aku belikan buat kamu, ya. Besok siang ‘kan panas, nggak apa-apa makan sedikit. Kamu jangan beli sendiri.”Reiki selalu memerintahkan pengawal untuk menemani Junia ke manapun Junia pergi. Junia
Reiki tertawa, dia bertaruh dengan istrinya, “Ayo kita taruhan. Kalau si Stefan sama Oliv punya anak nanti, anak pertamanya pasti laki-laki.”“Nggak, ah. Keluarga Adhitama sudah berapa keturunan nggak pernah punya anak perempuan. Aku nggak berani pastikan anak pertama Oliv akan jadi anak perempuan. Apalagi kalau sampai Oliv bisa melahirkan anak laki-laki dan perempuan.”Junia merasa dirinya tak punya kesempatan menang dengan bertaruh seperti itu. “Sayang, kamu nggak usah takut taruhan sama aku. Kalau kamu kalah, aku kasih kamu satu set perhiasan. Kalau kamu menang, aku kasih kamu dua set. Kamu nggak akan rugi. Dijamin.”Junia tertawa, “Apa asiknya taruhan begitu. Kalau kamu memang pengin taruhan, ya sudah, kita taruhan saja. Aku bertaruh Olivia akan melahirkan anak laki-laki dan perempuan. Kalau aku menang, aku mau apa, kamu harus kasih. Kalau aku kalah, aku yang kasih ke kamu.”Reiki setuju dengan senang hati. “Kalau begitu aku bertaruh dua anak pertama Stefan semuanya laki-laki. Ha
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi