“Bukan aku yang memotretnya. Itu adalah hasil tangkapan layar dari status yang dipost oleh perempuan yang ada di foto itu. Orang yang menangkap layar itu mengirimkan foto-foto ini kepada Reiki yang langsung membuat Reiki terkejut bukan kepalang. Sebenarnya, Reiki juga nggak mau kasih tahu aku tentang hal ini,” jawab Junia berusaha untuk menjelaskan dari mana dia mendapatkan foto ini. “Tapi, aku akhirnya berhasil melihat foto-foto itu dan langsung mengirimkannya padamu untuk mengonfirmasi apa benar laki-laki itu adalah Stefan. Karena dari belakang perawakannya sangat mirip dengan suamimu,” ujar Junia lagi. Olivia kembali berpikir, apa mungkin di lingkaran pertemanan Stella ada yang mengenal Stefan? Namun, hal itu tidaklah mengherankan jika mengingat betapa kayanya keluarga Stella. “Kalau dari belakang sih memang mirip banget sama Stefan. Tapi, aku juga nggak yakin kalau laki-laki ini adalah Stefan. Tapi, aku yakin kalau Stefan nggak mungkin mengkhianatiku.”“Selain itu, sepertinya pe
"Stella itu sainganku, biar aku yang mengurusnya. Setelah ini, proyek itu akan diserahkan kepada orang lain untuk ditindaklanjuti. Stefan nggak akan terlibat lagi. Stella juga sudah dilaporkan ke Pak Petrus,” kata Olivia. “Setelah itu, cukup lama aku nggak ketemu Stella. Stefan bilang Pak Petrus akan mengurus putrinya itu. Tapi Stella masih datang mencariku. Kurasa mungkin Pak Petrus nggak tahu. Kalau nggak, dia nggak akan meninggalkan kota malam-malam, terus meninggalkanku begitu saja," lanjutnya.Mendengar cerita temannya, Junia menghela napas panjang dan mulai berbicara dengan nada yang lebih ceria, "Dengar ceritamu itu, aku jadi lebih tenang. Pria itu pasti bukan Stefan. Kalian berdua ‘kan sudah melalui banyak hal untuk bisa sampai hari ini.""Stefan sangat mencintaimu, memanjakanmu. Kalau sampai cintanya dan perhatiannya itu palsu, aku mungkin nggak akan berani percaya lagi sama yang namanya cinta," kata Junia.Mengingat sifat Stefan, dia memang bukan orang yang mungkin akan bers
"Susunya sudah bisa diminum, ya," kata Reiki sambil duduk di samping istrinya, menyuruh minum susu.Junia mengangkat gelas susu itu dan berkata, "Oliv percaya sama Stefan. Dia mengenali wanita di foto itu. Oliv bilang wanita itu adalah putri dari Krama Group, Stella.""Wanita itu benar-benar nggak tahu malu. Stefan dan Oliv akan menikah dalam satu bulan lagi. Mereka sudah mendaftarkan pernikahan mereka selama satu tahun. Nggak hanya orang di kota ini, tapi siapa pun yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan kalian pasti tahu bahwa Stefan sudah menikah dan sangat memanjakan istrinya.""Stella bahkan berani mendatangi dan ingin berbicara dengan Oliv. Aku yakin dia pasti bilang Oliv nggak pantas untuk Stefan, menyuruhnya meninggalkan Stefan. Aku nggak tahu deh dari mana dia mendapatkan keberanian untuk berkata seperti itu kepada Oliv.""Gimana mungkin Oliv nggak pantas untuk Stefan? Meskipun latar belakang keluarga Oliv nggak sebanding dengan keluarga Adhitama, tapi keluarga Adhitam
Junia nyaris tersedak susu. Sambil tertawa Junia berkata, "Sudahlah, jangan bicara dulu. Biarkan aku minum susunya dulu, kalau nggak nanti bisa semprot kamu, nih. Jangan salahkan aku, ya.""Aku nggak pengin jadi gemuk. Aku maunya jadi ibu hamil cantik."Setelah melahirkan, Junia bahkan bertekad untuk segera berolahraga dan mengembalikan bentuk tubuhnya yang semula.Kata-kata suaminya yang mengatakan tidak akan keberatan jika ia gemuk, memang terdengar menyenangkan.Tapi, siapa yang tidak ingin cantik?Jika Junia benar-benar menjadi gemuk, mungkin awalnya suaminya tidak akan keberatan, tapi lama-lama pasti akan mulai merasa tidak suka, dan kemudian merasa bahwa wanita lain di luar sana lebih menarik. Tidak menutup kemungkinan hatinya pun akan mulai berpaling, dan pada akhirnya akan menjadi milik orang lain.Itu juga yang pernah dikatakan Roni kepada Odelina.Apa hasilnya?Tetap saja, Roni merasa keberatan karena Odelina menjadi gemuk dan tidak menarik.Junia tidak akan membiarkan diriny
“Kamu bilang saja kamu yang makan. Aku sehat, kok. Makan sesuap dua sua saja buat mengobati rasa ingin, nggak akan kenapa-kenapa. Biasanya dulu tiap kali cuaca panas begini, aku bisa makan es krim dua kali sehari, loh."Bagi mereka yang sangat menyukai makanan, "mengidam" makanan terasa sangat menyesakkan. Mereka ingin segera menikmatinya saat perasaan itu datang.Sedetik pun mereka tak mau menunggu. Reiki tak tahu harus berkata apa. Reiki sangat memanjakan istrinya. Dia tidak ingin menolak permintaan sang istri. Akan tetapi, dokter keluarga mereka bilang ibu hamil sebaiknya mengurangi makanan dingin. "Sayang, nama bayi-nya belum kita pikirkan, loh. Kamu ada kepikiran nama nggak buat dia?"Reiki mengalihkan pembicaraan. Dia mencoba memecah konsentrasi istrinya yang sedang "mengidam".Jika saja apa yang diinginkan Junia baik untuk kondisinya, Reiki pasti akan membiarkannya makan sebanyak-banyaknya. Hanya saja, jika tak cocok, Reiki harus belajar tega untuk menolak permintaannya. "
“Hmm, ya sudahlah.”Reiki berhenti, dia berbalik badan, lalu kembali ke taman. Ternyata di rumah tidak ada es krim. Bukan Reiki yang tak mau memberi, memang tidak ada es krim di rumah mereka. Saat mendengar bahwa ibu mertuanya mengosongkan es krim dan semua minuman dingin dari rumah, Junia hanya bisa menahan napas. Sekali pun pulang ke rumahnya, dia juga tak akan bisa makan es krim. Orang tua Junia merasa Junia sudah sangat beruntung bisa menjadi menantu keluarga Ardaba. Junia harus patuh dan menjaga kandungannya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian barulah Junia bisa dianggap tidak mengecewakan keluarga Ardaba. Oleh karena itu lah, orang tua Junia sangat memperhatikan perkembangan bayi dalam perut Junia. Besok saja, Junia akan diam-diam membeli es krim saat ke toko saja. “Besok siang aku belikan buat kamu, ya. Besok siang ‘kan panas, nggak apa-apa makan sedikit. Kamu jangan beli sendiri.”Reiki selalu memerintahkan pengawal untuk menemani Junia ke manapun Junia pergi. Junia
Reiki tertawa, dia bertaruh dengan istrinya, “Ayo kita taruhan. Kalau si Stefan sama Oliv punya anak nanti, anak pertamanya pasti laki-laki.”“Nggak, ah. Keluarga Adhitama sudah berapa keturunan nggak pernah punya anak perempuan. Aku nggak berani pastikan anak pertama Oliv akan jadi anak perempuan. Apalagi kalau sampai Oliv bisa melahirkan anak laki-laki dan perempuan.”Junia merasa dirinya tak punya kesempatan menang dengan bertaruh seperti itu. “Sayang, kamu nggak usah takut taruhan sama aku. Kalau kamu kalah, aku kasih kamu satu set perhiasan. Kalau kamu menang, aku kasih kamu dua set. Kamu nggak akan rugi. Dijamin.”Junia tertawa, “Apa asiknya taruhan begitu. Kalau kamu memang pengin taruhan, ya sudah, kita taruhan saja. Aku bertaruh Olivia akan melahirkan anak laki-laki dan perempuan. Kalau aku menang, aku mau apa, kamu harus kasih. Kalau aku kalah, aku yang kasih ke kamu.”Reiki setuju dengan senang hati. “Kalau begitu aku bertaruh dua anak pertama Stefan semuanya laki-laki. Ha
"Katanya Stella posting di akun media sosialnya, terus dilihat sama orang yang mengenal kamu. Makanya foto itu bisa ada di tangan Reiki. Tapi aku merasa ini mungkin saja konspirasi. Kalau hanya lihat foto, orang memang bisa pikir laki-laki di foto itu kamu," ujar Olivia."Sayang, kita pastikan dulu saja. Kamu jangan buru-buru bertindak sama Stella. Soalnya Stella juga nggak bilang secara implisit kalau pria itu kamu," lanjut Olivia."Junia bilang Reiki akan cari tahu identitas pria itu. Aku kasih tahu kamu ini agar nggak ada orang yang memanfaatkan situasi ini untuk merusak hubungan kita. Aku ‘kan kebetulan nggak lagi di Mambera pas foto itu tersebar," jelas Olivia lagi."Kalau aku orang yang reaktif, mungkin sekali lihat foto seperti ini, aku langsung akan salah paham sama kamu. Aku mungkin akan curiga kamu berselingkuh saat aku nggak ada di rumah," tambah Olivia.“Oliv, aku nggak akan bertindak sembarangan, kok. Masalah ini memang harus dicari tahu dulu kebenarannya," ujar Stefan.“P
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or