Russel yakin, jika dia menginginkannya maka ibu dan tantenya akan mengabulkannya.Odelina terbahak di seberang telepon dan berkata, “Pantas saja dia minta adik terus. Dia nggak pernah ribut seperti itu sebelumnya, ternyata karena ribut dengan Liam.”“Nggak apa-apa, sebentar lagi juga sudah baikan. Namanya anak kecil pasti kadang akur dan berantem.”Ketika Olivia tengah berteleponan, Liam masuk sambil membawa dua buah pistol air.“Russel, kita main pistol air, yuk! Aku ada banyak sekali pistol air, aku bagi kamu satu!”“Ayuk!”Semua kekesalan Russel menguap karena Liam yang mengajaknya bermain. Bocah itu berlari kecil menghampiri Liam. Kemudian dengan pengawasan dari pengasuh, kedua anak kecil tersebut bermain pistol di luar.“Kak, sudah nggak apa-apa, mereka sudah bermain lagi.”“Iya, kalian kapan pulang?”“Dua hari lagi. Tapi Russel masih nggak mau pulang, dia masih mau main dengan Liam dan bilang nggak mau sekolah lagi.”Odelina terkekeh dan berkata, “Dia senang sampai lupa semuanya,
Setelah percakapan mereka berakhir, Olivia bisa mendengar suara tawa bahagia Russel di luar sana. Dia tekekeh dan berkata, “Sifatnya anak kecil mudah sekali berubah.”Yang penting Russel tidak bertanya lagi kapan dia bisa memberikan adik untuk bocah itu.Odelina baru saja tiba di toko dan baru selesai memarkirkan mobilnya. Dia melihat Daniel yang keluar dari tokonya dengan menggunakan kursi roda. Ada seorang anak buah yang tengah mendorong lelaki itu.Kemungkinan dia datang untuk mencari Odelina. Karena perempuan itu tidak ada di toko, Daniel memutuskan untuk pulang. Namun ternyata Odelina justru sudah kembali. Melihat mobil perempuan itu membuat Daniel memberi kode pada anak buahnya untuk tidak mendorongnya lagi.Dia menunggu di depan toko sambil tersenyum menatap Odelina yang berjalan ke arahnya.“Pak, kapan kamu ke sini? Sudah berapa lama?”Odelina melangkah sambil bertanya lagi, “Aku nggak ada di toko. Kalau ada urusan penting, kamu boleh meneleponku saja.”“Aku juga baru datang. S
“Odelina, aku sungguh menyukaimu dan sudah lama. Semua karena keterlambatanku yang nggak menyadari kalau aku sudah jatuh hati sama kamu. Kalau nggak, aku sudah dari dulu menyatakan perasaanku. Siapa tahu sekarang kita sudah melewati masa saling beradaptasi.”Odelina menarik tangannya dan duduk di kursi kerjanya. Setelah hening sesaat, perempuan itu mendongak dan menatap mata gelap Daniel.“Pak Daniel, aku nggak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Aku nggak bisa kasih kamu jawaban untuk saat ini. Bahkan sampai saat ini, aku masih nggak ada keinginan untuk menikah lagi.”“Kamu selesaikan semua proses pengobatan dan terapi. Kalau aku berubah pikiran saat kamu sembuh dan ingin menikah lagi, aku pasti akan mempertimbangkan Pak Daniel.”Meski jawaban itu tidak bisa membuat Roni tenang, setidaknya dia memiliki harapan. Dia mengangguk sambil tersenyum dan berkata, “Odelina, terima kasih sudah mau memberikan aku sedikit kesempatan.”Dia akan meminta anak buahnya untuk membawanya ke sini setia
Odelina menerima surat tersebut. Pengacara itu adalah pengacaranya Yenny. Belum ada hukuman yang dijatuhkan atas kasus yang menimpa perempuan itu. Saat ini Yenny tidak diizinkan untuk bertemu siapa pun. Meski perempuan itu sudah dijatuhi hukuman, dia tetap tidak boleh berjumpa dengan Yenny karena Odelina bukan keluarga atau perwakilan.Oleh karena itu dia memberikan surat pada Odelina melalui pengacaranya. Sesungguhnya Yenny sudah pasrah dan siap menunggu ajal menjemputnya. Awalnya Yenny tidak berencana menggunakan pengacara, tetapi keluarganya yang mendatangkan pengacara untuknya. Mungkin demi mendapatkan rumah Roni.Aset tanah dan bangunan milik Roni tertulis namanya juga. Dia juga ada bagian atas rumah tersebut. Keluarganya memanggil pengacara mungkin ingin membantunya untuk mendapat hukuman lebih ringan, atau mungkin demi pembagian harta kekayaan.Dia dan Roni tidak memiliki anak karena pernah keguguran akibat kecerobohannya sendiri. Karena keguguran tersebut membuatnya kehilanga
Sebuah hubungan sudah menghancurkan dia dan Roni. Odelina yang berani mengakhiri pernikahan ini yang merupakan pemenangnya karena mendapatkan kehidupan yang baru lagi.“Yenny, Maaf.”Kalimat tersebut ditulis berulang kali oleh Yenny. Setelah Odelina membaca surat tersebut, dia terdiam cukup lama. Setelah itu dia berkata pada pengacara, “Roni masih terbaring di ICU dalam keadaan sekarat. Akhir cerita Yenny masih belum selesai.”“Saya menerima permintaan maaf dia, tetapi saya nggak bisa memaafkan dia. Setidaknya untuk saat ini saya nggak bisa memaafkannya,” ujar Odelina memberikan jawaban dari surat pemberian Yenny.“Bukan karena dia merusak pernikahan saya dengan Roni, tapi karena target sasaran dia menjadi saya dan anak saya, Russel. Saya nggak bisa memaafkan orang yang nyaris membunuh saya dan anak saya,”“Kalau dia masih ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, biarkan dia memperbaikinya dalam penjara. Ketika dia kembali keluar, perbanyak melakukan amal dan anggap sebagai bayar
“Aku nggak mau pulang. Kalau aku melihat muka bersalah ibuku, perasaanku juga jadi sedih,” ujar Daniel yang tidak berbohong juga.Dia tidak menyalahkan ibunya karena ini kesalahannya sendiri yang mengendarai dengan kecepatan tinggi. Akan tetapi ibunya terus menyalahkan dirinya sendiri karena merasa dia yang menyebabkan Daniel kecelakaan.Ketika pertama kali mengetahui lukanya, dia lepas kendali dan marah besar. Hal itu membuat ibunya semakin merasa bersalah.“Aku bisa mengerti rasa bersalahnya ibumu. Orang lain juga pasti akan merasa bersalah. Kamu coba banyak ngobrol dengan ibumu, semua akan jauh lebih baik.”Tetap harus mereka yang menyelesaikan masalah ini. Tidak ada gunanya jika orang luar yang banyak berbicara.“Aku sudah bilang kalau aku nggak menyalahkan mamaku, tapi dia tetap seperti itu. Setiap hari merasa bersalah dan menangis. Aku jengah makanya keluar untuk melepas penat. Aku juga rela duduk di sini seharian penuh.”Yang paling penting karena sekarang dia tidak bisa jalan s
Rika meletakkan kembali ponselnya sambil menebak apa tujuan dari lelaki itu. Namun sesaat kemudian dia melupakan tentang Ricky dan melanjutkan rapat.Ricky yang ada di luar kantor menekan klakson mobil. Satpam yang sedang berjaga melihat sosok Ricky dan bergegas membukakan pintu bagi lelaki itu. Beberapa menit kemudian, Ricky masuk dalam gedung Aurora Group sambil membawa satu ikat bunga mawar merah yang sangat besar.Meski sekarang merupakan jam kerja, ada banyak karyawan yang berlalu lalang. Semua perhatian orang-orang terfokus pada Ricky yang membawa bunga mawar besar.“Pak Ricky,” sapa kedua orang resepsionis dengan sopan.Mereka juga penasaran kenapa Ricky membawa bunga masuk ke kantor. Memangnya bunga itu untuk diberikan pada siapa? Apakah di kantor ini ada sosok yang ditaksir oleh Ricky? Siapa orang beruntung itu?Meski keluarga Adhitama berada di Mambera, kekayaan keluarga itu membuat semua perempuan kaya dari penjuru negara ingin menikah dengan mereka. Tidak ada yang keberatan
Ekspresi Rika menggelap. Dia mendelik pada Ricky dan berkata, “Pak, apa maksudmu?”Apakah hadiah yang disiapkan adalah bunga mawar?Rika bukannya tidak suka bunga, tetapi untuk apa Ricky memberikan ini? Jika saat ini Rika sakit dan tengah dirawat di rumah sakit, tidak masalah Ricky memberikan bunga. Sekarang dia baik-baik saja dan tidak ada kendala. Bunga ini seakan menunjukkan Ricky hendak menyatakan perasaannya saja.Gawat! Sekarang dia masih seorang lelaki. Bagaimana mungkin Ricky menyatakan perasaannya? Lelaki itu juga bukan pecinta sesama jenis.“Nggak ada maksud apa pun. Aku hanya melewati toko bunga dan melihat mawar mereka sangat cantik. Jadi aku membelinya, tetapi nggak tahu mau kasih siapa. Aku hanya kenal Pak Riko di Cianter, jadi aku hanya bisa kasih Pak Riko saja.”Ricky yang ditatap dengan mata melotot oleh Rika tidak merasa takut. Dia hanya terkekeh kecil sambil memberikan penjelasan saja. Sepertinya penjelasan kali ini tidak ada yang percaya. Rika sendiri juga tidak per