"Lebih murah dua miliar dari harga pembelian kamu," ujar Ricky. Rika terdiam sejenak, terkejut.Walaupun hanya selisih dua miliar, tetap saja itu termasuk lebih murah."Pak Riko, ada satu hal lagi, nih, saya butuh bantuan Pak Riko," ujar Ricky, matanya tak lepas menatap wajah menawan Rika. Dalam hati, Ricky berpikir jika dirinya adalah seorang wanita, pasti dia akan terpesona oleh Rika. “Pria” ini sungguh memiliki daya tarik yang luar biasa.Bagaimana jadinya jika Rika berdandan sebagai wanita, membiarkan rambutnya terurai panjang dan memakai makeup? Pasti akan sangat memikat."Silakan, Pak Ricky. Kalau ada yang bisa saya bantu, pasti saya bantu," Rika menjawab dengan nada formal, tapi dalam hati merasa Ricky agak merepotkan.Meskipun ini bukan wilayah kekuasaan keluarga Adhitama, tapi bisnis Adhitama Group juga sudah mulai merambah ke Cianter. Ricky yang sudah lama berkecimpung di Cianter pasti sudah memiliki banyak koneksi. Rika tidak percaya Ricky tak mengenal orang lain yang bis
Rika segera menggenggam ponselnya, berniat untuk menghubungi Ricky. Namun, setelah berpikir sejenak, Rika membatalkan niatnya dan meletakkan ponsel tersebut kembali di atas meja. Sudah lama dia tidak meluangkan waktu untuk bersantai. Mungkin pergi berkuda bersama seseorang bisa menjadi ide yang baik. Setelah merenung sejenak, Rika mengambil kembali ponselnya dan menelepon Ronald, saudara kembarnya. Saat Ronald menjawab, Rika langsung berkata, "Ronald, bisa kamu cari tahu nggak apa sebenarnya alasan Ricky datang ke Cianter kali ini?”Refleks Ronald bertanya, "Apa lagi alasan dia datang ke Cianter? Keluarganya memang punya bisnis di sini, bukannya wajar saja jika dia datang?""Tampak wajar, memang," Rika merenung. "Tapi, aku punya firasat ada yang nggak beres."Rika curiga Ricky sengaja mendekatinya."Ada yang nggak beres gimana? Kak, jangan-jangan dia punya niat tertentu sama kita?" Ronald mempercayai sepenuhnya kata-kata kakaknya. Meski hanya terpaut sepuluh menit usianya dari Ro
"Kakak itu terlihat sangat menawan bahkan saat berpakaian sebagai laki-laki. Banyak ‘kan wanita muda di Cianter yang terpesona sama kamu. Mungkin Ricky gay. Dia mengira kakak adalah seorang pria, terus jadi tertarik sama kamu," Ronald berteori.Wajah Rika langsung muram mendengarnya."Ronald, kamu cari tahu deh niat Ricky sebenarnya. Dan, cek juga kehidupan pribadinya, apa benar dia memang gay atau nggak.""Oke, kak. Aku cari tahu. Nggak usah terlalu dipikirkan. Mungkin Ricky hanya ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga kita. Sebagai kepala Aurora Group, jika dia bisa dekat dengan Kakak, bukannya itu berarti semua masalah akan jadi mudah terselesaikan?"Rika berdiam sejenak, lalu berkata, "Kita dengan keluarga mereka nggak punya konflik besar. Sedikit persaingan bisnis itu hal yang wajar. Ricky nggak mungkin mendekatiku hanya karena itu.""Tapi bagaimana pun, Ricky nggak mungkin meragukan gendermu, Kak. Tenang saja. Aku akan segera mencari tahu."Tanpa bukti, Rika akan terus mera
"Di mana Daniel sekarang?" tanya Stefan khawatir, "Aku ingin menemuinya.""Pak Daniel ada di halaman belakang, sendirian. Dia nggak mengizinkan siapa pun ke sana, dia bilang dia ingin sendiri dan nggak ingin diganggu oleh siapa pun," jawab pelayan tersebut.Langkah Stefan terhenti sejenak, tapi dia tetap mengikuti pelayan masuk ke dalam rumah lalu bertemu dengan ayah dan ibu Daniel. Stefan memberi salam. Setelah berbasa-basi sebentar, Stefan berdiri dan berkata kepada mereka, "Om, Tante, aku mau ketemu Daniel, ya."Kepala keluarga Lumanto mengangguk, "Silakan, kalian berdua sahabat baik. Mungkin Daniel mau bertemu denganmu.""Stefan, tolong beri dia pengertian, ya. Bilang jangan terburu-buru. Dia baru saja keluar dari rumah sakit, tapi sudah ingin berdiri dan berjalan sendiri. Padahal Daniel bahkan belum boleh melakukan rehabilitas," ujar Yanti dengan wajah penuh kecemasan. "Tante khawatir, dengan terburu-buru begini, malah akan berakibat sebaliknya."Stefan mengangguk, "Iya, Tante,
Stefan dengan hati-hati mendorong Daniel ke tempat yang lebih teduh, mengingatkannya, "Daniel, kamu nggak bisa sendirian di sini. Matahari semakin terik, kamu bisa kepanasan."Daniel mengangkat tangan, mengusap keringat di wajahnya, dan berkata, "Pas aku datang ke sini, tempat ini masih teduh." Memang, seiring berjalannya waktu, matahari bergerak ke tengah langit. Tempat itu terpapar sinar matahari langsung."Di belakang kursi rodaku ada air dan tisu," ujar Daniel.Mendengar hal itu, Stefan segera mengambil tas yang tergantung di belakang kursi roda Daniel, mengeluarkan sebotol air dan memberikannya kepada Daniel, serta mengambil beberapa lembar tisu untuk Daniel gunakan mengelap keringatnya. "Kalau kamu ingin latihan jalan, pilih waktu yang pas. Pagi atau sore, pas matahari nggak terlalu panas dan suasananya lebih sejuk," saran Stefan.Halaman belakang rumah keluarga Lumanto dipenuhi dengan pepohonan yang rindang, cukup sejuk."Dan lagi, kamu nggak boleh sendirian. Kalau sampai terj
Daniel bertanya, “Nenek Sarah?"Dengan keposesifan Stefan yang begitu kuat, siapa pun yang berani “mencuri” istrinya pasti sudah dia hajar habis-habisan. Tentu, selain Nenek Sarah. Jika tidak, mana mungkin Stefan ada waktu menjenguk Daniel? Stefan tersenyum pahit, "Selain nenek, siapa lagi yang berani berbuat seperti itu sama aku?"Orang tua Stefan pun tidak akan berani berbuat seperti itu.Daniel tertawa keras, "Pasti kamu habis berbuat salah. Makanya nenekmu bertindak seperti itu. Nenek selalu tahu gimana cara menemukan titik lemah kita."Bagi Daniel, titik lemahnya adalah Odelina.Nenek Sarah bahkan pernah berkata kepada Daniel bahwa jika Daniel benar-benar ingin melepaskan Odelina, maka Nenek Sarah akan segera mencarikan pasangan baru untuk Odelina. Laki-laki yang terbaik untuk Odelina. Nenek Sarah akan membuat Daniel iri dan menyesal. Setelah Nenek Sarah mengatakan hal itu, Daniel tak berani berkata apa-apa lagi. Karena Daniel sangat tahu bahwa dirinya tidak pernah benar-benar
Daniel berkata, "Nanti aku ke sana pas restorannya buka.”Meskipun tak bisa berjalan, hal itu tetap tak menghentikan Daniel untuk mengirimkan karangan bunga untuk Odelina."Kak Odel pasti akan traktir kamu makan," ujar Stefan.Daniel hanya bisa menghela nafas berat, "Tapi, kakakmu nggak punya perasaan lebih sama aku. Dia cuma menganggapku sebagai teman. Dia merawatku di rumah sakit karena merasa berhutang budi. Mamaku bahkan ngasih dia dua puluh juta per hari sebagai imbalan.""Iya memang, Tante ngasih Kak Odel dua puluh juta sehari. Tapi, kakak nggak mengambilnya sama sekali. Dia cuma bilang begitu di depanmu, agar punya alasan untuk menolakmu," jawab Stefan.Daniel tak terkejut mendengarnya, "Dia nggak mau berhutang budi sama aku. Odelina menganggap ini sebagai kesempatan untuk balas budi. Kalau dia menerima uang itu, dia akan merasa selalu berhutang budi sama aku. Aku juga sudah menduga dia nggak akan mengambil uang itu. Dia cuma pengin aku menganggap dia melalukan itu semua demi ua
Calvin bertanya spontan, "Kak Oliv pergi ke mana?"Rosalina langsung menyambung, "Kayaknya dia lagi dinas. Aku dengar dari Olivia dia harus pergi ke luar kota beberapa hari ini." Seandainya penglihatan Rosalina tidak bermasalah, mungkin dia juga akan sering pergi dinas ke luar kota. Kini, semuanya ditangani oleh Doni, jadi dia tidak perlu repot-repot dinas juga. Rosalina sebenarnya sangat ingin pergi ke kantor perusahaan. Akan tetapi, mengingat kondisinya yang tidak bisa melihat, perjalanan jauh menjadi sangat merepotkan kecuali jika menggunakan pesawat pribadi. Keluarga Rosalina tidak memiliki pesawat pribadi. Meskipun keluarga Calvin punya, Rosalina tidak ingin menggunakannya.Stefan memilih untuk tidak menjelaskan lebih jauh. Biarkan saja mereka beranggapan istrinya memang sedang perjalanan bisnis. Tanpa kehadiran Olivia, hari-hari Stefan terasa begitu berat, waktu berjalan begitu lambat. Sehari bisa terasa amat sangat panjang.“Satu hari tak bertemu, serasa setahun." Stefan
Namun, Felicia telah menyelamatkan nyawa Odelina. Felicia mengambil risiko mengkhianati ibunya dan memberitahu Odelina tentang rencana Patricia, yang akhirnya membuat mereka bisa bersiaga dan waspada terlebih dahulu terhadap Patricia.Yuna menghela napas panjang di dalam hati. Dia tidak menyangka masalah akan berkembang secepat ini. Dia membiarkan Odelina mengembangkan karier di Kota Cianter sehingga punya pijakan yang kokoh dulu. Setelah itu, baru bersaing dengan keluarga Gatara. Mereka akan menyingkirkan Patricia selangkah demi selangkah, lalu mengambil kembali semua yang sudah seharusnya menjadi milik mereka.“Felicia nggak pernah lakukan hal yang melanggar hukum. Aku rasa berkat terbesar yang Langit berikan kepada Patricia adalah dengan menganugerahinya seorang putri yang baik.”Apa pun yang dilakukan Patricia, Felicia tidak bersalah. Saat tragedi menimpa Sofia, Patricia masih belum menikah, tentu saja juga belum memiliki anak. Oleh karena itu, Felicia tidak tahu, apalagi terlibat.
"Odelina di Cianter masih baik-baik saja untuk sementara waktu, jadi besok aku akan membawa Om Setya ke sana." Dewi bertanya dengan penuh perhatian, "Apa kamu akan menghadapinya secara langsung?" Yuna terdiam sejenak, lalu berkata, "Ya, masalah ini harus diselesaikan. Dia membunuh orang tuaku, juga kakekku. Bahkan tanteku juga mati karena dia. Dia harus membayar atas perbuatannya." "Saat ini, kami nggak harus merebut kembali keluarga Gatara, tapi kami pasti akan membuat Patricia membayar harganya dan menghadapi hukuman hukum." Singkatnya, begitu Setya dan beberapa sesepuh lainnya terbang ke Cianter, saat itulah kehancuran Patricia akan dimulai. Dia bahkan akan membawa serta para jurnalis media untuk mengikuti perjalanan ini. Mereka akan mengekspos betapa kejam dan tidak berperasaannya Patricia. Dia bahkan tega membunuh kakak kandung yang telah membesarkannya. Patricia pantas mati! "Bukankah para sesepuh berencana pergi besok?" Yuna berkata, "Ya, mereka memang akan berangkat beso
Yuna bisa mendengar dengan jelas bahwa Dewi benar-benar sangat melindungi keluarganya. Sebagai bibi dari Olivia, dia sebenarnya bukan bermaksud mengkritik keponakannya, hanya mengatakan bahwa Olivia masih muda dan belum secerdik Dewi. Namun, Dewi tidak suka mendengarnya, langsung membela Olivia. Memiliki ibu mertua yang begitu melindungi tetapi tetap bijaksana, Yuna merasa bahagia untuk keponakannya. Tidak seperti dirinya dulu saat menikah dengan keluarga Sanjaya, ibu mertuanya tidak menyukainya dan tidak puas dengannya serta selalu mencari-cari kesalahan, bahkan di tempat yang tidak ada kesalahannya. Hari-hari itu sangat sulit baginya. Jika bukan karena suaminya yang sangat baik padanya dan ayah mertua yang bijaksana serta selalu membelanya, dia mungkin tidak akan bisa bertahan di keluarga Sanjaya. Ditambah lagi, tidak lama setelah menikah Yuna hamil, jika tidak, mungkin dia benar-benar tidak akan bisa melewati masa sulit sebagai menantu baru. Sekarang jika mengingat masa itu, Yun
Kedua Wanita itu duduk di sofa di ruang tamu. Yuna bertanya, "Apakah Russel juga bersama Bu Sarah?" "Ya, sekarang Russel ikut ke mana pun mertuaku pergi, dia selalu membawanya.""Olivia juga kembali ke kantor hari ini. Katanya ada beberapa urusan penting yang harus diselesaikan. Setelah semuanya diatur dengan baik, besok dia akan membawa Russel dan ikut pergi ke Vila Ferda bersama Dokter Panca." Saat mengatakan ini, Dewi tiba-tiba melirik ke sekeliling dengan hati-hati, lalu bertanya kepada Yuna dengan suara pelan, "Yuna, apakah terjadi sesuatu di Cianter?" Ekspresi Yuna tetap tenang, "Kenapa kamu bertanya begitu?" "Kalau terjadi sesuatu di Cianter, kenapa nggak masuk berita atau heboh di media sosial?" Yuna masih berusaha mengelak. Dewi menatapnya dan berkata, "Yuna, kamu mungkin bisa membodohi anak-anak muda seperti Olivia, tapi jangan mencoba menyembunyikan sesuatu dariku. Aku mungkin nggak sekuat dirimu, tapi aku yang mengelola urusan rumah tangga keluarga Adhitama. Aku juga
"Biarkan saja mereka, hari ini adalah hari terakhir mereka bisa bersenang-senang seperti ini." Besok, para tetua itu akan meninggalkan Mambera. Dokter Panca akan terbang ke Vila Ferda milik keluarga Junaidi untuk merayakan Tahun Baru di rumah muridnya. Setya akan tinggal di rumah keluarga Sanjaya untuk menikmati masa tuanya. Sementara Rubah Perak dan yang lainnya akan kembali ke tempat mereka masing-masing. Setelah beberapa hari berada di luar, mereka merasa bahwa tidak peduli seberapa bagus dunia luar, rumah mereka tetap yang terbaik. Mereka memilih untuk pulang. Tahun Baru makin dekat, dan murid-murid mereka juga akan kembali dari berbagai daerah. Meskipun mereka tidak seberuntung nenek tua itu yang memiliki anak dan cucu yang banyak, mereka punya banyak murid dan murid-murid itu juga akan kembali. Suasananya pasti akan sangat ramai, bahkan lebih meriah daripada di Vila Permai. Dewi bangkit dan berjalan keluar rumah. Karena Yuna telah datang, dia harus menyambutnya. Begitu sampa
Ronny juga tidak bodoh. Dia bisa langsung bisa menebak dan berkata, "Kakak pasti membantuku menutupinya sedikit, jadi ketika Yohanna menyelidiki dua kali, dia tetap nggak bisa menemukan semuanya dengan jelas." Dewi terdiam sejenak sebelum berkata, "Jadi saat nanti kami ke sana untuk menjengukmu, apakah perlu kami ikut menyembunyikannya?" Tanpa berpikir panjang, Ronny langsung menolak. Dia menjawab, "Nggak perlu disembunyikan, tapi juga nggak perlu sengaja diekspos. Kalau dia tahu, ya sudah, kalau belum tahu juga nggak masalah. Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu." "Baiklah kalau begitu." "Oh iya, Mama bilang ada tamu penting yang datang ke rumah kita?" Dewi mengangguk dan menceritakan tentang kedatangan Dokter Panca dan yang lainnya kepada putra bungsunya. Ronny mendengarkan dengan penuh penyesalan, "Sayang sekali, aku sedang bepergian dengan Yohanna untuk urusan bisnis, jadi nggak bisa pulang. Mama, tolong bantu aku bicara yang baik-baik di depan para tetua itu, biar mereka m
Ronny terdiam sejenak, lalu berkata, "Ma, kalau dia terlahir di keluarga kita, bagaimana mungkin Mama bisa mendapatkan menantu perempuan seperti dia? Kalau Mama merasa kasihan padanya, nanti setelah dia menikah dengan aku, Mama bisa memperlakukannya dengan baik, anggap saja dia seperti putri kandung Mama sendiri." "Sama seperti bagaimana Mama memperlakukan Kak Olivia." Dalam pandangan Ronny, orang tuanya memperlakukan kakak iparnya seperti putri sendiri. Meskipun mereka tidak sering berinteraksi dan tidak tinggal bersama, setiap kali kakak dan kakak iparnya pulang ke rumah saat perayaan besar, hubungan mereka tetap harmonis tanpa ada konflik antara ibu mertua dan menantu.Ronny merasa bahwa orang tuanya adalah mertua yang sangat baik. Mereka tidak pernah ikut campur dalam kehidupan rumah tangga anak-anak mereka, tidak pernah membicarakan keburukan menantu perempuan di depan anak laki-laki mereka, dan selalu menjaga jarak yang cukup, karena jarak bisa menciptakan keindahan dalam hub
"Rasa kagum adalah awal dari perasaan suka." Dewi memberi semangat kepada putra bungsunya sembari berkata, "Perlakukan dia dengan baik, buatkan makanan enak untuknya. Setelah perutnya terbiasa dengan masakanmu, perlahan-lahan dia nggak akan bisa lepas darimu. Bukankah itu berarti kamu sudah berhasil mengejar istrimu?" "Entah bagaimana, nenekmu bisa memilihkan seorang gadis yang begitu pemilih dalam hal makanan untukmu." "Rasanya nenekmu memang memilih calon istri untuk kalian yang semuanya pecinta kuliner. Mungkin karena beliau sendiri adalah seorang pecinta makanan, sangat pemilih soal makanan, jadi menantu-menantunya juga harus seperti itu." Dewi berkata dengan nada sedikit tidak berdaya. Olivia, Rosalina, dan Rika semuanya sangat suka makan. Jika sembilan bersaudara ini menikah dengan istri yang semuanya pecinta kuliner, setiap kali berkumpul saat perayaan tahun baru, pasti akan berubah menjadi surga makanan. Dewi hanya membayangkan suasana itu dan sudah tidak bisa menahan taw
Makin muda maka makin sedikit orang yang mengenalnya. Misalnya, adik bungsunya, Sandy, bahkan di sekolahnya sendiri, hampir tidak ada yang tahu bahwa dia adalah anak bungsu dari keluarga Adhitama. Bahkan di kalangan kelas atas, hanya segelintir orang yang pernah bertemu dengannya. Nenek mereka sangat melindungi cucu-cucunya. Sebelum mereka memasuki dunia kerja, beliau tidak akan membiarkan kekuatan eksternal mana pun mengganggu kehidupan mereka. Ketika mereka sudah tidak ingin melanjutkan pendidikan dan mulai mencari pekerjaan, barulah nenek akan membawa mereka ke berbagai acara sosial, memperkenalkan mereka ke publik, agar orang-orang tahu bahwa mereka adalah salah satu anak dari keluarga Adhitama. Namun, apakah orang-orang akan mengingat mereka atau tidak, itu tergantung pada seberapa besar kemampuan mereka dan seberapa besar pengaruh mereka di Mambera. Jika mereka memilih untuk memulai karier dari bawah, nenek juga tidak akan membawa mereka ke acara sosial. Mereka akan dibiarka