Mata Ricky berkilau, "Berarti Hotel Blanche kami lumayan juga, ya, sampai Pak Riko berkunjung beberapa kali?"Rika mengakui, "Sebelum Pak Ricky mengambil alih, Hotel Blanche dalam banyak aspek kalah dengan Hotel Amber Palace kami. Tapi, setelah Pak Ricky ambil alih, hanya butuh tiga bulan bagi Hotel Blanche untuk menyaingi dan bahkan sejajar dengan Hotel Amber Palace.""Saya memang kepala Aurora Group. Meski urusan lini kuliner nggak langsung saya tangani, sebagai kepala, saya tetap perlu tahu kondisi bisnis kami. Saat tiba-tiba ada yang bisa menyaingi kami, saya tentu ingin tahu lebih jauh."Mengenal musuh dan mengenal diri sendiri adalah kunci untuk tidak terkalahkan dalam pertarungan. Meskipun mereka telah mengetahui segala hal tentang Hotel Blanche, mereka tetap tidak bisa lagi menekan Hotel Blanche.General Manager bisnis kuliner Aurora Group juga merasakan tekanan yang besar. Hotel Amber Palace di Cianter adalah brand yang sudah berdiri puluhan tahun, sementara Hotel Blanche ad
"Lebih murah dua miliar dari harga pembelian kamu," ujar Ricky. Rika terdiam sejenak, terkejut.Walaupun hanya selisih dua miliar, tetap saja itu termasuk lebih murah."Pak Riko, ada satu hal lagi, nih, saya butuh bantuan Pak Riko," ujar Ricky, matanya tak lepas menatap wajah menawan Rika. Dalam hati, Ricky berpikir jika dirinya adalah seorang wanita, pasti dia akan terpesona oleh Rika. “Pria” ini sungguh memiliki daya tarik yang luar biasa.Bagaimana jadinya jika Rika berdandan sebagai wanita, membiarkan rambutnya terurai panjang dan memakai makeup? Pasti akan sangat memikat."Silakan, Pak Ricky. Kalau ada yang bisa saya bantu, pasti saya bantu," Rika menjawab dengan nada formal, tapi dalam hati merasa Ricky agak merepotkan.Meskipun ini bukan wilayah kekuasaan keluarga Adhitama, tapi bisnis Adhitama Group juga sudah mulai merambah ke Cianter. Ricky yang sudah lama berkecimpung di Cianter pasti sudah memiliki banyak koneksi. Rika tidak percaya Ricky tak mengenal orang lain yang bis
Rika segera menggenggam ponselnya, berniat untuk menghubungi Ricky. Namun, setelah berpikir sejenak, Rika membatalkan niatnya dan meletakkan ponsel tersebut kembali di atas meja. Sudah lama dia tidak meluangkan waktu untuk bersantai. Mungkin pergi berkuda bersama seseorang bisa menjadi ide yang baik. Setelah merenung sejenak, Rika mengambil kembali ponselnya dan menelepon Ronald, saudara kembarnya. Saat Ronald menjawab, Rika langsung berkata, "Ronald, bisa kamu cari tahu nggak apa sebenarnya alasan Ricky datang ke Cianter kali ini?”Refleks Ronald bertanya, "Apa lagi alasan dia datang ke Cianter? Keluarganya memang punya bisnis di sini, bukannya wajar saja jika dia datang?""Tampak wajar, memang," Rika merenung. "Tapi, aku punya firasat ada yang nggak beres."Rika curiga Ricky sengaja mendekatinya."Ada yang nggak beres gimana? Kak, jangan-jangan dia punya niat tertentu sama kita?" Ronald mempercayai sepenuhnya kata-kata kakaknya. Meski hanya terpaut sepuluh menit usianya dari Ro
"Kakak itu terlihat sangat menawan bahkan saat berpakaian sebagai laki-laki. Banyak ‘kan wanita muda di Cianter yang terpesona sama kamu. Mungkin Ricky gay. Dia mengira kakak adalah seorang pria, terus jadi tertarik sama kamu," Ronald berteori.Wajah Rika langsung muram mendengarnya."Ronald, kamu cari tahu deh niat Ricky sebenarnya. Dan, cek juga kehidupan pribadinya, apa benar dia memang gay atau nggak.""Oke, kak. Aku cari tahu. Nggak usah terlalu dipikirkan. Mungkin Ricky hanya ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga kita. Sebagai kepala Aurora Group, jika dia bisa dekat dengan Kakak, bukannya itu berarti semua masalah akan jadi mudah terselesaikan?"Rika berdiam sejenak, lalu berkata, "Kita dengan keluarga mereka nggak punya konflik besar. Sedikit persaingan bisnis itu hal yang wajar. Ricky nggak mungkin mendekatiku hanya karena itu.""Tapi bagaimana pun, Ricky nggak mungkin meragukan gendermu, Kak. Tenang saja. Aku akan segera mencari tahu."Tanpa bukti, Rika akan terus mera
"Di mana Daniel sekarang?" tanya Stefan khawatir, "Aku ingin menemuinya.""Pak Daniel ada di halaman belakang, sendirian. Dia nggak mengizinkan siapa pun ke sana, dia bilang dia ingin sendiri dan nggak ingin diganggu oleh siapa pun," jawab pelayan tersebut.Langkah Stefan terhenti sejenak, tapi dia tetap mengikuti pelayan masuk ke dalam rumah lalu bertemu dengan ayah dan ibu Daniel. Stefan memberi salam. Setelah berbasa-basi sebentar, Stefan berdiri dan berkata kepada mereka, "Om, Tante, aku mau ketemu Daniel, ya."Kepala keluarga Lumanto mengangguk, "Silakan, kalian berdua sahabat baik. Mungkin Daniel mau bertemu denganmu.""Stefan, tolong beri dia pengertian, ya. Bilang jangan terburu-buru. Dia baru saja keluar dari rumah sakit, tapi sudah ingin berdiri dan berjalan sendiri. Padahal Daniel bahkan belum boleh melakukan rehabilitas," ujar Yanti dengan wajah penuh kecemasan. "Tante khawatir, dengan terburu-buru begini, malah akan berakibat sebaliknya."Stefan mengangguk, "Iya, Tante,
Stefan dengan hati-hati mendorong Daniel ke tempat yang lebih teduh, mengingatkannya, "Daniel, kamu nggak bisa sendirian di sini. Matahari semakin terik, kamu bisa kepanasan."Daniel mengangkat tangan, mengusap keringat di wajahnya, dan berkata, "Pas aku datang ke sini, tempat ini masih teduh." Memang, seiring berjalannya waktu, matahari bergerak ke tengah langit. Tempat itu terpapar sinar matahari langsung."Di belakang kursi rodaku ada air dan tisu," ujar Daniel.Mendengar hal itu, Stefan segera mengambil tas yang tergantung di belakang kursi roda Daniel, mengeluarkan sebotol air dan memberikannya kepada Daniel, serta mengambil beberapa lembar tisu untuk Daniel gunakan mengelap keringatnya. "Kalau kamu ingin latihan jalan, pilih waktu yang pas. Pagi atau sore, pas matahari nggak terlalu panas dan suasananya lebih sejuk," saran Stefan.Halaman belakang rumah keluarga Lumanto dipenuhi dengan pepohonan yang rindang, cukup sejuk."Dan lagi, kamu nggak boleh sendirian. Kalau sampai terj
Daniel bertanya, “Nenek Sarah?"Dengan keposesifan Stefan yang begitu kuat, siapa pun yang berani “mencuri” istrinya pasti sudah dia hajar habis-habisan. Tentu, selain Nenek Sarah. Jika tidak, mana mungkin Stefan ada waktu menjenguk Daniel? Stefan tersenyum pahit, "Selain nenek, siapa lagi yang berani berbuat seperti itu sama aku?"Orang tua Stefan pun tidak akan berani berbuat seperti itu.Daniel tertawa keras, "Pasti kamu habis berbuat salah. Makanya nenekmu bertindak seperti itu. Nenek selalu tahu gimana cara menemukan titik lemah kita."Bagi Daniel, titik lemahnya adalah Odelina.Nenek Sarah bahkan pernah berkata kepada Daniel bahwa jika Daniel benar-benar ingin melepaskan Odelina, maka Nenek Sarah akan segera mencarikan pasangan baru untuk Odelina. Laki-laki yang terbaik untuk Odelina. Nenek Sarah akan membuat Daniel iri dan menyesal. Setelah Nenek Sarah mengatakan hal itu, Daniel tak berani berkata apa-apa lagi. Karena Daniel sangat tahu bahwa dirinya tidak pernah benar-benar
Daniel berkata, "Nanti aku ke sana pas restorannya buka.”Meskipun tak bisa berjalan, hal itu tetap tak menghentikan Daniel untuk mengirimkan karangan bunga untuk Odelina."Kak Odel pasti akan traktir kamu makan," ujar Stefan.Daniel hanya bisa menghela nafas berat, "Tapi, kakakmu nggak punya perasaan lebih sama aku. Dia cuma menganggapku sebagai teman. Dia merawatku di rumah sakit karena merasa berhutang budi. Mamaku bahkan ngasih dia dua puluh juta per hari sebagai imbalan.""Iya memang, Tante ngasih Kak Odel dua puluh juta sehari. Tapi, kakak nggak mengambilnya sama sekali. Dia cuma bilang begitu di depanmu, agar punya alasan untuk menolakmu," jawab Stefan.Daniel tak terkejut mendengarnya, "Dia nggak mau berhutang budi sama aku. Odelina menganggap ini sebagai kesempatan untuk balas budi. Kalau dia menerima uang itu, dia akan merasa selalu berhutang budi sama aku. Aku juga sudah menduga dia nggak akan mengambil uang itu. Dia cuma pengin aku menganggap dia melalukan itu semua demi ua
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk
“Russel sepertinya mulai libur minggu depan. Setelah dia libur, aku akan membawanya ke sana lagi. Nanti, saat kamu libur Tahun Baru, kita akan pulang bersama ke Mambera untuk merayakan Tahun Baru,” kata Odelina.“Kalau aku ke sana, kita lihat-lihat rumah, ya? Kamu mau mengembangkan bisnismu di Cianter, jadi kita beli rumah saja di sana. Dengan begitu, kalau kita ke sana, kita nggak perlu tinggal di hotel lagi,” kata Daniel. Odelina menjawab, “Nggak perlu buru-buru beli rumah. Tunggu aku stabil dulu, baru kita pikirkan. Sekarang aku juga nggak punya banyak uang. Kalau hanya untuk membeli apartemen, mungkin masih bisa.” Namun, Daniel sepertinya tidak suka tinggal di apartemen. Russel masih kecil. Jika tinggal di apartemen, dia akan berlari-lari ke sana kemari, dan bisa membuat penghuni atas atau bawah mengeluh. Saat Odelina masih belum bercerai, dia sering mendapat keluhan dari penghuni bawah. Setiap kali ada keluhan, Roni akan memarahinya dan menyuruhnya menjaga Russel agar tidak mem
Kadang-kadang, ketika terlalu banyak berpikir, Daniel khawatir akan timbul perasaan kesal dalam dirinya. Dia menenangkan diri dan mencoba berpikir positif. Lelaki itu tahu bahwa Odelina bahkan meninggalkan putra kecilnya di rumah adiknya untuk diasuh dan jarang sekali memiliki waktu untuk menelepon, apalagi untuk dirinya. “Aku biasanya tidur siang hanya setengah jam, dan itu sudah cukup. Aku sudah tidur setengah jam tadi. Kupikir sekarang kamu juga sudah bangun, jadi aku meneleponmu sebelum kamu mulai bekerja,” kata Daniel. “Iya, setelah minum kopi, aku akan mulai bekerja. Ada apa?” tanya Odelina dengan lembut. “Kamu kangen aku?” Dengan penuh perasaan, Daniel menjawab, “Aku kangen kamu. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, aku merindukanmu. Aku merindukanmu sampai terasa seperti mau gila.” Di telepon, terdengar tawa Odelina. Mendengar tawanya, Daniel merasa energinya untuk bekerja sore itu akan meningkat secara drastis. “Kamu baru saja pulang, 'kan?” tanya Odelina sambil terseny
Anak perempuan harus memakai marga Gatara, yang berarti Daniel harus menjadi menantu yang masuk ke keluarganya.Jika anak yang dilahirkan adalah laki-laki, dia bisa memakai marga Lumanto, tetapi jika perempuan, tidak bisa. Odelina tidak tahu apakah Daniel akan setuju atau tidak. Jadi, semua itu adalah urusan masa depan. Yang perlu dia pikirkan sekarang adalah bagaimana mengelola perusahaannya dengan baik, memperbesar skala bisnis, dan berinvestasi di industri lain agar menghasilkan lebih banyak uang serta mendapatkan posisi di dunia bisnis Cianter. Odelina tidak bisa terus-menerus bergantung pada Rika. Hanya dengan menjadi kuat, seseorang baru benar-benar kuat. Setelah itu, kedua saudara perempuan itu tidak saling mengirim pesan lagi. Olivia pun bersandar pada suaminya dan tertidur sebentar. Sementara itu, Odelina meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur sebelum berbaring kembali. Di kantornya, dia telah membuat ruangan kecil untuk beristirahat, dengan menambahkan sebuah r
Olivia mengecilkan volume ponselnya ke level paling rendah sebelum mengirim pesan kepada kakaknya. Dia memberi tahu bahwa mereka telah menemukan Setya. Atau lebih tepatnya, lelaki renta itu yang datang untuk menemui mereka. Setelah mengirim pesan, dia menambahkan bahwa Nenek sedang beristirahat di dalam mobil. Jadi mereka hanya bisa berbicara lewat pesan teks, jangan menelepon agar tidak mengganggu Nenek. Setelah menerima pesan itu, Odelina langsung membalas dengan bertanya kepada adiknya, di mana Setya bersembunyi selama ini. Apakah sudah dipastikan bahwa dia adalah asisten Nenek? Apa mungkin dia hanya seorang penipu? Olivia menjelaskan bahwa Setya telah diselamatkan oleh Dokter Panca dan yang temannya. Selama bertahun-tahun, lelaki itu hidup bersama mereka dengan identitas tersembunyi. Kesehatannya juga sedikit bermasalah. Selama ini, dia juga mencari ibu dan bibi mereka. Baru-baru ini, Setya memastikan identitas bibi mereka, dan karena itu, dia datang untuk bertemu. Meskipun bib