Odelina meninggalkan rumah sakit dan kembali ke restoran sarapannya. "Sudah datang, Bu?” sapa dua pegawai saat melihat Odelina datang. Mereka ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu. Odelina yang sedari tadi tidak fokus, tidak menyadari hal ini. Toko sedang ramai. Kedua pegawai itu sibuk bekerja. Mereka berpikir untuk berbicara dengan Odelina nanti saja. Namun dari sikap Odelina yang sedari tadi tampak tak fokus, sepertinya dia sudah tahu tentang masalah berita viral di medsos itu.Adik Odelina adalah istri orang kaya. Informasi apa pun pasti akan sampai ke padanya lebih cepat.Odelina duduk di depan kasir, pikirannya masih dipenuhi kata-kata Daniel. Odelina khawatir tentang kecelakaan mobil yang menimpa Daniel. Tapi, kenapa Daniel malah menyalahkan semua yang terjadi padanya? Memangnya Odelina yang menyuruh Daniel datang? Tidak, bukan dia. "Kak," panggil sebuah suara yang terdengar familiar.Odelina menoleh dan melihat adik perempuannya, Olivia, duduk di depannya.Dia tidak m
"Kak, aku lega Kakak bisa berpikir seperti itu. Apa pun yang dikatakan Pak Daniel, seburuk apa pun sikapnya, itu pasti bukan maksud dia yang sebenarnya. nggak usah pikirkan," kata Olivia. Olivia juga sudah datangi ke rumah sakit. Darius memberitahu mereka semuanya. Olivia merasa itu bukan maksud Daniel yang sebenarnya. Daniel hanya khawatir akan cacat dan harus duduk di kursi roda seumur hidup. Dia tidak ingin orang lain kasihan padanya. Odelina diam sejenak, lalu berkata, "Aku harap Pak Daniel nggak menyerah sama diri sendiri. Mudah-mudahan dia mau melakukan rehabilitasi setelah keluar rumah sakit. Supaya segera pulih." "Pasti," jawab Olivia. "Kamu pengen ngomongin apa lagi sama Kakak?" "Berita kecelakaan Pak Daniel lagi viral di Mambera. Orang-orang asal nebak, melibatkan kakak juga." Odelina terkejut. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya, membuka portal berita lokal, dan melihat berita tentang kecelakaan presdir Lumanto Group. Berita itu tidak berada di urutan atas. Odelina
Nenek Sarah menatap tajam, "Terus? Sekarang karena kamu sendiri tergeletak di sini, kamu kehilangan kepercayaan diri, terus mau nyingkirin Odelina pergi gitu?" Tanpa menunggu jawaban Daniel, Nenek Sarah berkata lagi, "Kamu pikir kamu siapa buat Odelina, heh? Ngapain kamu ngatur-ngatur hidupnya? Kalau kamu pengin buat Odelina pergi, kamu masukin dulu dia ke dalam duniamu, baru kamu punya kesempatan untuk mendorongnya pergi.""Kamu itu bahkan belum pernah menyentuh tangannya. Belum mulai saja sudah mau mengatur hidup orang lain, gitu?""Ini sakit, nggak?" Nenek Sarah menyentuh luka di kaki Daniel sedikit keras. "Duh, duh, duh. Sakit, Nek. Sakit banget." Daniel yang biasanya tangguh, kini berkeringat dingin karena kesakitan. Di depan Nenek Sarah, dia tidak perlu berpura-pura kuat. "Ya bagus kalau kamu merasakan sakit, itu artinya kakimu masih bisa merasakan, nggak lumpuh. Tentu saja, butuh waktu lama untuk sembuh sepenuhnya dari cedera serius kayak gini. Setelah kamu keluar rumah sak
Nenek Sarah bangkit, melihat Daniel sejenak sambil menghela napas. Dia lalu meninggalkan kamar rumah sakit.Di rumah keluarga Pamungkas, Yenny berbaring di sofa.Dia memegang ponsel, wajahnya terlihat senang. Saat itu, pintu rumah terbuka. Rita pulang bersama Shella. Melihat kakak iparnya, Yenny tidak menunjukkan ekspresi baik. Yenny tidak pernah melihat orang seberani dan tak tahu malu seperti itu.Shella juga tidak menunjukkan ekspresi baik kepada Yenny. Yenny dan Roni telah kembali tinggal di rumah mereka yang sudah di renovasi. Tidak tinggal di rumah sewaan lagi.Shella bertindak seolah-olah rumah itu adalah rumahnya yang kedua, datang dan pergi sesuka hati. Shella selalu datang dengan tangan kosong, tapi saat pergi, dia akan mengambil apa saja yang dia lihat di kulkas.Yenny sering bertengkar dengan Shella karena ini. Yenny pikir karena dia hamil, keluarga suaminya akan memanjakannya. Tapi Yenny salah. Kecuali mertuanya yang sedikit menahan diri, Shella malah tetap tidak me
Shella menunjuk Yenny dan berkata marah, "Kalau bukan karena kamu mengandung anak keluarga Pamungkas, aku sudah menampar kamu dari tadi. Bukan Odelina yang bawa sial, kamu yang bawa sial.""Jahat sekali kamu, mengutuk suami sendiri seperti itu. Kalau bukan karena Roni, kamu sekarang masih di penjara. Dia yang bantu kamu dapat pembebasan bersyarat. Kamu nggak tahu diri, malah mengutuk dia supaya kecelakaan.""Kecelakaan si Daniel itu bukan salah Odelina. Odelina nggak nerima dia. Dia saja yang terus mendekati Odelina. Sebenarnya dia kecelakaan karena dikejar oleh ibunya. Media cuma cari sensasi dengan bawa-bawa nama Odelina ke dalam berita. Mereka itu media-media yang nggak bertanggung jawab."Shella mengomel tanpa henti.Yenny ingin membantah, tapi dia tidak diberi kesempatan sedikit pun untuk bicara.Suara Shella semakin lama semakin kencang. Tetangga pun bisa mendengarnya.Orang-orang di kompleks sudah lama menjadikan keluarga Pamungkas sebagai bahan tertawaan. Mereka sering kali me
Rita juga sangat marah. Kata-kata kutukan Yenny terhadap kedua cucunya tadi sungguh keterlaluan. Namun, ketika Yenny tampak kesakitan sambil memegang perutnya, Rita langsung mendekat dan dengan nada penuh kekhawatiran berkata, "Ayo, duduk dulu. Atau mungkin lebih baik kamu istirahat di kamar?"Shella tidak percaya, "Ma, dia cuma pura-pura. Bukan pertama kalinya dia berlagak sakit perut gitu."Rita menegur Shella, lalu menggandeng Yenny kembali ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Melihat pipi menantunya yang bengkak akibat dipukul oleh putrinya, Rita khawatir jika anaknya pulang dan melihat ini akan ada pertengkaran lagi. Dia lalu berkata kepada Yenny, "Aku ambil es batu untuk kompres pipimu, ya."Yenny hanya menyentuh pipinya dan tidak menjawab. Rita pun pergi mengambil es batu.Yenny terbaring, memikirkan nasib yang dia alami saat ini. Dia merasa sangat teraniaya, air matanya mengalir begitu saja. Ini adalah jalan yang telah dia pilih. Siapa suruh dia dulu ikut campur d
Rita merasa lega sejenak dan menuntun Yenny kembali ke tempat tidur. Namun, tak lama kemudian, Yenny tampak pucat dan dengan cemas memegang tangan Rita, berkata, "Ma, perutku sakit banget."Segera setelah mendengar itu, Rita bergegas keluar sambil berteriak, "Shella, cepat telepon 119, Yenny sakit perut!" Shella yang sedang menikmati apelnya mendengar teriakan ibunya dan mendekat ke pintu sambil berkata, "Ma, dia sering banget ngeluh sakit perut. Jangan percaya. Lagian, telepon 119 ‘kan buang-buang sumber daya. Lebih baik simpan buat yang benar-benar butuh.""Tapi Yenny barusan jatuh!" Rita berseru dengan suara keras, "Cepat, telepon ambulansnya!"Melihat Yenny yang tampak sangat kesakitan terbaring di tempat tidur, Shella akhirnya percaya dan segera menelpon ambulans....Sinarnya matahari sore itu terasa hangat. “Makan Sepuasnya” kali ini berbeda. Restoran itu tidak tutup di tengah hari seperti biasa. Hari itu, pintu restoran terbuka sepanjang hari.Odelina sedang menemani Russel
Tentu saja, Shella bersikeras tidak mengakui bahwa apa yang terjadi ada hubungannya dengan dirinya. Menurutnya, karena Yenny berhati jahat dan mengatakan Odelina membawa sial. Yenny bahkan juga mengutuk Roni dan kedua anaknya, makanya sekarang dia mendapat balasan atas perbuatannya. Yenny keguguran seorang bayi laki-laki. Setelah mengetahui jenis kelaminnya, Rita dan Yenny menangis histeris. Shella sempat merasa sedih, tapi tak lama kemudian dia tidak peduli lagi. Baginya, Yenny pantas mendapatkan balasan karena telah mengutuk anak-anaknya dengan kata-kata jahat.Shella sangat yakin bahwa ini adalah balasan atas perbuatan Yenny. "Odelina, kamu nggak tahu seberapa jahatnya si Yenny itu. Dia tahu Pak Daniel kecelakaan, dan media yang tak bertanggung jawab itu malah menulis kamu di dalamnya. Si Yenny bilang kamu bawa sial, karena Pak Daniel suka sama kamu, jadi dia kecelakaan. Dia bahkan sinis bilang kalau Roni dan kamu balikan, Roni juga bisa kecelakaan karena dia sekarang jadi peng