Nenek Sarah bangkit, melihat Daniel sejenak sambil menghela napas. Dia lalu meninggalkan kamar rumah sakit.Di rumah keluarga Pamungkas, Yenny berbaring di sofa.Dia memegang ponsel, wajahnya terlihat senang. Saat itu, pintu rumah terbuka. Rita pulang bersama Shella. Melihat kakak iparnya, Yenny tidak menunjukkan ekspresi baik. Yenny tidak pernah melihat orang seberani dan tak tahu malu seperti itu.Shella juga tidak menunjukkan ekspresi baik kepada Yenny. Yenny dan Roni telah kembali tinggal di rumah mereka yang sudah di renovasi. Tidak tinggal di rumah sewaan lagi.Shella bertindak seolah-olah rumah itu adalah rumahnya yang kedua, datang dan pergi sesuka hati. Shella selalu datang dengan tangan kosong, tapi saat pergi, dia akan mengambil apa saja yang dia lihat di kulkas.Yenny sering bertengkar dengan Shella karena ini. Yenny pikir karena dia hamil, keluarga suaminya akan memanjakannya. Tapi Yenny salah. Kecuali mertuanya yang sedikit menahan diri, Shella malah tetap tidak me
Shella menunjuk Yenny dan berkata marah, "Kalau bukan karena kamu mengandung anak keluarga Pamungkas, aku sudah menampar kamu dari tadi. Bukan Odelina yang bawa sial, kamu yang bawa sial.""Jahat sekali kamu, mengutuk suami sendiri seperti itu. Kalau bukan karena Roni, kamu sekarang masih di penjara. Dia yang bantu kamu dapat pembebasan bersyarat. Kamu nggak tahu diri, malah mengutuk dia supaya kecelakaan.""Kecelakaan si Daniel itu bukan salah Odelina. Odelina nggak nerima dia. Dia saja yang terus mendekati Odelina. Sebenarnya dia kecelakaan karena dikejar oleh ibunya. Media cuma cari sensasi dengan bawa-bawa nama Odelina ke dalam berita. Mereka itu media-media yang nggak bertanggung jawab."Shella mengomel tanpa henti.Yenny ingin membantah, tapi dia tidak diberi kesempatan sedikit pun untuk bicara.Suara Shella semakin lama semakin kencang. Tetangga pun bisa mendengarnya.Orang-orang di kompleks sudah lama menjadikan keluarga Pamungkas sebagai bahan tertawaan. Mereka sering kali me
Rita juga sangat marah. Kata-kata kutukan Yenny terhadap kedua cucunya tadi sungguh keterlaluan. Namun, ketika Yenny tampak kesakitan sambil memegang perutnya, Rita langsung mendekat dan dengan nada penuh kekhawatiran berkata, "Ayo, duduk dulu. Atau mungkin lebih baik kamu istirahat di kamar?"Shella tidak percaya, "Ma, dia cuma pura-pura. Bukan pertama kalinya dia berlagak sakit perut gitu."Rita menegur Shella, lalu menggandeng Yenny kembali ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Melihat pipi menantunya yang bengkak akibat dipukul oleh putrinya, Rita khawatir jika anaknya pulang dan melihat ini akan ada pertengkaran lagi. Dia lalu berkata kepada Yenny, "Aku ambil es batu untuk kompres pipimu, ya."Yenny hanya menyentuh pipinya dan tidak menjawab. Rita pun pergi mengambil es batu.Yenny terbaring, memikirkan nasib yang dia alami saat ini. Dia merasa sangat teraniaya, air matanya mengalir begitu saja. Ini adalah jalan yang telah dia pilih. Siapa suruh dia dulu ikut campur d
Rita merasa lega sejenak dan menuntun Yenny kembali ke tempat tidur. Namun, tak lama kemudian, Yenny tampak pucat dan dengan cemas memegang tangan Rita, berkata, "Ma, perutku sakit banget."Segera setelah mendengar itu, Rita bergegas keluar sambil berteriak, "Shella, cepat telepon 119, Yenny sakit perut!" Shella yang sedang menikmati apelnya mendengar teriakan ibunya dan mendekat ke pintu sambil berkata, "Ma, dia sering banget ngeluh sakit perut. Jangan percaya. Lagian, telepon 119 ‘kan buang-buang sumber daya. Lebih baik simpan buat yang benar-benar butuh.""Tapi Yenny barusan jatuh!" Rita berseru dengan suara keras, "Cepat, telepon ambulansnya!"Melihat Yenny yang tampak sangat kesakitan terbaring di tempat tidur, Shella akhirnya percaya dan segera menelpon ambulans....Sinarnya matahari sore itu terasa hangat. “Makan Sepuasnya” kali ini berbeda. Restoran itu tidak tutup di tengah hari seperti biasa. Hari itu, pintu restoran terbuka sepanjang hari.Odelina sedang menemani Russel
Tentu saja, Shella bersikeras tidak mengakui bahwa apa yang terjadi ada hubungannya dengan dirinya. Menurutnya, karena Yenny berhati jahat dan mengatakan Odelina membawa sial. Yenny bahkan juga mengutuk Roni dan kedua anaknya, makanya sekarang dia mendapat balasan atas perbuatannya. Yenny keguguran seorang bayi laki-laki. Setelah mengetahui jenis kelaminnya, Rita dan Yenny menangis histeris. Shella sempat merasa sedih, tapi tak lama kemudian dia tidak peduli lagi. Baginya, Yenny pantas mendapatkan balasan karena telah mengutuk anak-anaknya dengan kata-kata jahat.Shella sangat yakin bahwa ini adalah balasan atas perbuatan Yenny. "Odelina, kamu nggak tahu seberapa jahatnya si Yenny itu. Dia tahu Pak Daniel kecelakaan, dan media yang tak bertanggung jawab itu malah menulis kamu di dalamnya. Si Yenny bilang kamu bawa sial, karena Pak Daniel suka sama kamu, jadi dia kecelakaan. Dia bahkan sinis bilang kalau Roni dan kamu balikan, Roni juga bisa kecelakaan karena dia sekarang jadi peng
Shella tersenyum canggung, melirik ke arah Russel, lalu berkata, "Russel pasti butuh sosok ayah.""Memangnya sekarang Russel nggak punya ayah? Terlepas dari hubunganku dengan Roni, dia tetap ayahnya Russel, dan fakta itu nggak bisa dihapus seumur hidup," jawab Odelina tegas."Ah, bukan begitu maksudku. Aku cuma berpikir Russel akan lebih bahagia tumbuh dalam keluarga yang lengkap," kata Shella mencoba menjelaskan."Russel sekarang sangat bahagia. Dia selalu ceria. Dulu, ayahnya sibuk kerja, sibuk dengan wanita lain, jarang menghabiskan waktu bersamanya. Sekarang ayahnya kadang datang menjenguk. Apa bedanya dengan sebelumnya?" ujar Odelina. "Russel sudah terbiasa hidup tanpa ayah. Ada aku, ada Oliv, kami mendampinginya. Dia tumbuh bahagia dan sehat."Shella terdiam, tahu bahwa membawa-bawa Russel dalam pembicaraan tidak akan berguna. Keluarganya selalu mengulang-ulang hal yang sama di depan Odelina, tapi hasilnya selalu sama. Roni mungkin menyesal, tapi dia tahu Odelina. Bahkan jika
Jelas, Yenny berusaha membuat Roni sepenuhnya memihak kepadanya saat itu. Sekarang Yenny benar-benar harus menanggung akibat dari tindakannya. Dia tidak layak mendapatkan simpati."Ma, kenapa Om Daniel nggak datang hari ini?" tanya Russel kepada ibunya. Russel kemudian teringat kemarin mereka berkunjung ke rumah sakit untuk melihat Om Daniel, lalu bertanya lagi, "Ma, Om Daniel belum sembuh, ya?"Om Daniel bilang dia akan cepat sembuh. Russel pikir Om Daniel mungkin sudah sembuh hari ini. Odelina dengan suara lembut menjawab, "Om Daniel masih butuh waktu lagi untuk sembuh, Russel kangen Om Daniel?"Russel mengangguk. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Daniel. Saat sudah terbiasa melihat seseorang setiap hari lalu tiba-tiba tidak bertemu, rasanya akan aneh."Ma, bisa bawa aku ke rumah sakit buat jenguk Om Daniel, nggak?"Odelina ingat saat Daniel berkata tidak ingin bertemu dengannya, tapi tidak pernah mengatakan tidak ingin bertemu Russel.Odelina juga khawatir tentang kondisi Dani
Setelah berpikir sejenak, Rosalina berkata, "Aku telepon pegawaiku dulu, tanya kapan dia bisa kembali. Aku cuma bisa pergi kalau ada yang jaga toko." Karena ingin menjalin hubungan dengan keluarga Lumanto, Rosalina merasa lebih baik jika dia pergi sendiri.Dengan menggunakan ponsel tua miliknya, Rosalina menelepon pegawainya. "Bu, saya sudah sampai di depan toko," kata pegawai itu dengan suara riang. Setelah menutup telepon, pegawai itu memarkirkan skuter listriknya dan masuk ke dalam toko. Dia menyapa Odelina dan Russel sambil senyum. Bahkan menggendong Russel sejenak.Russel merasa sangat disukai dan dihargai oleh semua orang. Setelah memberikan beberapa instruksi kepada pegawainya, Rosalina membawa sesuatu untuk Daniel dan ikut dengan Odelina dan Russel untuk mengunjungi Daniel di rumah sakit.Namun, setibanya di rumah sakit, Daniel tetap menolak untuk bertemu dengan Odelina. Rosalina sangat terkejut mendengarnya. Tidak hanya Odelina, Daniel bahkan tidak ingin bertemu dengan Russ
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela