Dengan senyum mengembang, Kellin ringan mencubit pipi Jhon, suaminya. Karena perut Keliin sudah membuncit, mereka memutuskan untuk menunda pernikahan dan hanya mengurus buku nikah terlebih dahulu. Teman-teman mereka, Mulan dan Yannie, sudah melahirkan. Kellin pun tak lama lagi akan menyusul, menanti kelahiran buah hatinya. Mulan yang hamil kembar, melahirkan lebih cepat, membuat perbedaan usia antara anaknya dan bayi Kellin tidak terlalu jauh.Kellin masih harus bergelut dengan perutnya yang semakin membesar, serasa membawa semangka di dalamnya. Janinnya yang aktif sering bergerak-gerak, membuat perutnya terlihat seperti ada benjolan kecil, kadang kaki atau tangan bayi yang tampak.Jhon sekarang sangat antusias dengan kehamilan Kellin, sering menghabiskan waktu bermain dengan janin lewat perut Kellin. Kellin sudah bisa merasakan bahwa anaknya adalah anak laki-laki. Bagaimana pun Kellin adalah seorang dokter hebat. Dia pasti tahu.Meski Jhon terkadang kesal karena Kellin suka mencub
Jhon dengan wajah masam, tidak berkata apa-apa. Kellin berjalan menuju sebuah gazebo dan duduk di sana. Jhon, seperti biasa, mengikuti di belakangnya. "Minta orang bikinin teh dan camilan, gih. Supaya kita bisa menjamu Den Calvin nanti," ujar Kellin. Jhon mengeluarkan ponselnya, menelepon pelayan untuk meminta beberapa teh, camilan, dan buah-buahan, termasuk snack favorit Kellin. Sejak hamil, Kellin selalu ingin ngemil, terutama saat terjaga. Meski makan tiga kali sehari, tubuhnya tidak terlihat gemuk, seolah semua nutrisi diserap oleh bayi di dalam perutnya.Sekitar sepuluh menit kemudian, Calvin datang bersama pelayan masuk ke gazebo. "Den Jhon, Dokter Dharma," sapa Calvin tersenyum. Jhon masih dengan wajah datar. Dia segera mengubah ekspresinya menjadi lebih ramah saat menyambut Calvin, "Den Calvin, silakan duduk."Calvin bisa melihat bahwa Jhon tidak terlalu senang melihatnya. Calvin yang datang tiga atau empat kali sehari, mungkin sudah membuat Jhon jenuh. Tapi demi Rosal
Saat ini, dengan kondisi Kellin yang tengah hamil besar, setiap kali pergi melakukan pemeriksaan kehamilan Jhon selalu mengawal Kellin dengan beberapa pengawal pribadi untuk memastikan keselamatannya. Calvin dengan tergesa-gesa berkata, “Pak Jhon saya ngerti, kok. Bahkan kalau pun Dokter Dharma bersedia bantu tunangan saya, saya nggak akan membiarkan beliau keluar rumah."Calvin menatap Kellin, memohon, "Dokter Dharma, apa bisa minta guru Dokter Dharma yang datang? Nggak peduli berapa pun biayanya, saya sanggup bayar. Apa pun persyaratannya, saya bersedia memenuhinya." Kellin memang dokter yang hebat, tapi Dokter Panca lebih ulung. Nama Dokter Panca sudah sangat terkenal selama beberapa dekade. Reputasinya sebagai seorang ahli telah terbukti.Jika Dokter Panca bersedia membantu Rosalina, maka kesempatan Rosalina untuk sembuh sangatlah tinggi. Dokter Panca dan Kellin adalah harapan terakhir untuk Rosa. Calvin sudah berjanji pada Rosa bahwa ia akan mendapatkan bantuan dari Dokter Pa
Setelah mendapat janji dari Kellin, Calvin merasa lega. Dia tidak enak hati berlama-lama di Vila Ferda, terutama karena Jhon tampak sangat tidak suka melihatnya. Calvin tahu cerita Jhon dan Kellin dari kakaknya. Awalnya, Kellin hanya ingin memiliki anak tanpa ingin terikat dengan pria mana pun. Meski tahu Jhon sedang mencarinya, Kellin tidak pernah mengungkapkan bahwa dirinya adalah orang yang dicari Jhon. Bahkan, Kellin sampai kabur dan tidak menghadiri pernikahan Mulan dan Yose. Baru ketika Jhon mengetahui bahwa Kellin adalah wanita yang dia cari, dia meninggalkan segalanya dan terbang menemui Kellin, menghabiskan lebih dari setengah tahun bersamanya hingga akhirnya Kellin bersedia kembali ke kota Aldimo dengannya.Apa saja yang Jhon lakukan selama waktu itu, dan berapa banyak yang dia korbankan, hanya diketahui oleh mereka berdua. Tapi, bisa dibayangkan betapa sulitnya bagi Jhon untuk memenangkan hati Kellin. Sekarang mereka sudah seperti pasangan baru. Jhon sangat menikmati
Melihat kedatangan keluarga Adhitama ke rumah sakit, pengawal keluarga Lumanto langsung merasa khawatir. “Den Stefan,” sapa mereka dengan hati-hati, sambil berusaha menghalangi langkah Stefan, Calvin, dan Olivia.Dengan nada penuh permintaan maaf, pengawal itu berkata, “Den Stefan, maaf, tapi saat ini Den Daniel belum siap untuk bertemu dengan siapa pun. Den Stefan bisa kembali lain waktu?”Pengawal itu berbicara dengan harapan agar Stefan dan yang lainnya mengerti dan tidak memaksa bertemu Daniel. Mereka sebenarnya berharap Daniel mau bertemu teman-temannya, berharap interaksi itu bisa membantu mendongkrak semangat Daniel. Namun, Daniel, yang bahkan tidak mendengarkan orang tuanya sendiri, tentu tidak akan mendengarkan nasihat dari para pengawal.Daniel sudah terbaring lemah di tempat tidur selama lebih dari sepuluh hari dengan keadaan mental yang sangat terganggu. Dia sangat ingin bisa kembali berdiri dan berjalan seperti biasa. Daniel tidak mau terus bergantung pada orang lain.
Mendengar teriakan keras Daniel, hati Darius juga terasa sangat sakit. Dia tidak bisa lagi menegur. Daniel yang biasanya tampak kuat dan gagah, kini kehilangan berat badan secara drastis selama sepuluh hari terbaring di rumah sakit. Penampilannya yang lemah membuat siapa pun yang peduli padanya merasa sedih. Daniel kehilangan semangat. Matanya yang dulu berbinar kini dipenuhi dengan rasa putus asa.Dokter menyatakan bahwa pemulihan Daniel sangat bergantung pada kemampuannya untuk membangun kembali kepercayaan diri dan kesediaannya untuk terus menjalani perawatan dan rehabilitasi. Ini akan jadi perjalanan yang panjang dan berat. Biasanya orang akan terpuruk jika tidak ada kemajuan yang terlihat.“Darius, jangan salahkan Daniel,” kata Yanti, mencoba menenangkan suaminya. “Ini salahku, Daniel sudah bilang nggak lapar, tapi aku tetap maksa dia makan.” Yanti tetap terus menyalahkan dirinya sendiri, berusaha menanggung semua kesalahannya.Daniel segera mengalihkan pandangannya. Dia tida
Olivia memapah Yanti berjalan ke sebuah kursi yang tidak terlalu jauh sana. Keduanya duduk di sana.“Dia enggan ketemu orang, nggak mau berinteraksi sama orang lain. Dia suka menyendiri. Kalau begini terus gimana mungkin dia bisa sembuh?”Yanti mengusap air matanya sambil meminta maaf kepada Stefan dan Calvin, “Stefan, Calvin, jangan salahkan Daniel, ya. Sekarang ini dia memang nggak pengin ketemu siapa pun. Kadang-kadang, bahkan ketika kakaknya datang jenguk pun, dia nggak mau ketemu. Dia juga nggak mengizinkan kakaknya masuk ke kamar rawat.”“Ketiga kakak iparnya ngirim sup. Lebih parah lagi, supnya saja yang bisa masuk, sementara ketiga kakak iparnya nggak boleh masuk. Sekarang dia merasa siapa pun yang dia lihat, mereka hanya merasa kasihan sama dia. Kalau sampai ada orang yang nyoba perhatian sama dia. Daniel selalu merasa itu cuma simpati.”Air mata Yanti tampak tak terbendung. Anak bungsunya selalu terkesan kuat.Keterpurukan anaknya saat ini membuat Yanti merasa tak berdaya. P
Mereka semua membawa semua bingkisan yang mereka bawa menuju ruang rawat setelah selesai menenangkan Yanti. Stefan dan yang lainnya juga memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit terlebih dahulu. Yanti ikut mengantar orang-orang yang hendak meninggalkan rumah sakit sampai ke pintu lift. Kemudian perempuan itu kembali berjalan menuju ruang rawat. Dia sempat terdiam di depan pintu ruang rawat sebelum membuka pintu dan masuk. Entah apa yang sedang Daniel pikirkan saat ini, tapi dia terus menatap langit-langit dengan tatapan mata kosong ketika Yanti masuk kembali ke ruang rawat. “Stefan dan yang lainnya sudah pergi?” tanya Darius ketika Yanti masuk. “Daniel juga nggak mau ketemu sama mereka. Jadi, mereka mau nggak mau harus pergi dari sini,” jawab Yanti lalu menghela napas dan berjalan menuju ranjang.Kemudian dia berkata dengan lembut kepada putranya, “Daniel, mereka datang ke sini karena peduli sama kamu bukan karena mereka mengasihanimu. Jadi, kamu seharusnya nggak perlu curiga begi