Rita merasa lega sejenak dan menuntun Yenny kembali ke tempat tidur. Namun, tak lama kemudian, Yenny tampak pucat dan dengan cemas memegang tangan Rita, berkata, "Ma, perutku sakit banget."Segera setelah mendengar itu, Rita bergegas keluar sambil berteriak, "Shella, cepat telepon 119, Yenny sakit perut!" Shella yang sedang menikmati apelnya mendengar teriakan ibunya dan mendekat ke pintu sambil berkata, "Ma, dia sering banget ngeluh sakit perut. Jangan percaya. Lagian, telepon 119 ‘kan buang-buang sumber daya. Lebih baik simpan buat yang benar-benar butuh.""Tapi Yenny barusan jatuh!" Rita berseru dengan suara keras, "Cepat, telepon ambulansnya!"Melihat Yenny yang tampak sangat kesakitan terbaring di tempat tidur, Shella akhirnya percaya dan segera menelpon ambulans....Sinarnya matahari sore itu terasa hangat. “Makan Sepuasnya” kali ini berbeda. Restoran itu tidak tutup di tengah hari seperti biasa. Hari itu, pintu restoran terbuka sepanjang hari.Odelina sedang menemani Russel
Tentu saja, Shella bersikeras tidak mengakui bahwa apa yang terjadi ada hubungannya dengan dirinya. Menurutnya, karena Yenny berhati jahat dan mengatakan Odelina membawa sial. Yenny bahkan juga mengutuk Roni dan kedua anaknya, makanya sekarang dia mendapat balasan atas perbuatannya. Yenny keguguran seorang bayi laki-laki. Setelah mengetahui jenis kelaminnya, Rita dan Yenny menangis histeris. Shella sempat merasa sedih, tapi tak lama kemudian dia tidak peduli lagi. Baginya, Yenny pantas mendapatkan balasan karena telah mengutuk anak-anaknya dengan kata-kata jahat.Shella sangat yakin bahwa ini adalah balasan atas perbuatan Yenny. "Odelina, kamu nggak tahu seberapa jahatnya si Yenny itu. Dia tahu Pak Daniel kecelakaan, dan media yang tak bertanggung jawab itu malah menulis kamu di dalamnya. Si Yenny bilang kamu bawa sial, karena Pak Daniel suka sama kamu, jadi dia kecelakaan. Dia bahkan sinis bilang kalau Roni dan kamu balikan, Roni juga bisa kecelakaan karena dia sekarang jadi peng
Shella tersenyum canggung, melirik ke arah Russel, lalu berkata, "Russel pasti butuh sosok ayah.""Memangnya sekarang Russel nggak punya ayah? Terlepas dari hubunganku dengan Roni, dia tetap ayahnya Russel, dan fakta itu nggak bisa dihapus seumur hidup," jawab Odelina tegas."Ah, bukan begitu maksudku. Aku cuma berpikir Russel akan lebih bahagia tumbuh dalam keluarga yang lengkap," kata Shella mencoba menjelaskan."Russel sekarang sangat bahagia. Dia selalu ceria. Dulu, ayahnya sibuk kerja, sibuk dengan wanita lain, jarang menghabiskan waktu bersamanya. Sekarang ayahnya kadang datang menjenguk. Apa bedanya dengan sebelumnya?" ujar Odelina. "Russel sudah terbiasa hidup tanpa ayah. Ada aku, ada Oliv, kami mendampinginya. Dia tumbuh bahagia dan sehat."Shella terdiam, tahu bahwa membawa-bawa Russel dalam pembicaraan tidak akan berguna. Keluarganya selalu mengulang-ulang hal yang sama di depan Odelina, tapi hasilnya selalu sama. Roni mungkin menyesal, tapi dia tahu Odelina. Bahkan jika
Jelas, Yenny berusaha membuat Roni sepenuhnya memihak kepadanya saat itu. Sekarang Yenny benar-benar harus menanggung akibat dari tindakannya. Dia tidak layak mendapatkan simpati."Ma, kenapa Om Daniel nggak datang hari ini?" tanya Russel kepada ibunya. Russel kemudian teringat kemarin mereka berkunjung ke rumah sakit untuk melihat Om Daniel, lalu bertanya lagi, "Ma, Om Daniel belum sembuh, ya?"Om Daniel bilang dia akan cepat sembuh. Russel pikir Om Daniel mungkin sudah sembuh hari ini. Odelina dengan suara lembut menjawab, "Om Daniel masih butuh waktu lagi untuk sembuh, Russel kangen Om Daniel?"Russel mengangguk. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Daniel. Saat sudah terbiasa melihat seseorang setiap hari lalu tiba-tiba tidak bertemu, rasanya akan aneh."Ma, bisa bawa aku ke rumah sakit buat jenguk Om Daniel, nggak?"Odelina ingat saat Daniel berkata tidak ingin bertemu dengannya, tapi tidak pernah mengatakan tidak ingin bertemu Russel.Odelina juga khawatir tentang kondisi Dani
Setelah berpikir sejenak, Rosalina berkata, "Aku telepon pegawaiku dulu, tanya kapan dia bisa kembali. Aku cuma bisa pergi kalau ada yang jaga toko." Karena ingin menjalin hubungan dengan keluarga Lumanto, Rosalina merasa lebih baik jika dia pergi sendiri.Dengan menggunakan ponsel tua miliknya, Rosalina menelepon pegawainya. "Bu, saya sudah sampai di depan toko," kata pegawai itu dengan suara riang. Setelah menutup telepon, pegawai itu memarkirkan skuter listriknya dan masuk ke dalam toko. Dia menyapa Odelina dan Russel sambil senyum. Bahkan menggendong Russel sejenak.Russel merasa sangat disukai dan dihargai oleh semua orang. Setelah memberikan beberapa instruksi kepada pegawainya, Rosalina membawa sesuatu untuk Daniel dan ikut dengan Odelina dan Russel untuk mengunjungi Daniel di rumah sakit.Namun, setibanya di rumah sakit, Daniel tetap menolak untuk bertemu dengan Odelina. Rosalina sangat terkejut mendengarnya. Tidak hanya Odelina, Daniel bahkan tidak ingin bertemu dengan Russ
Dengan senyum mengembang, Kellin ringan mencubit pipi Jhon, suaminya. Karena perut Keliin sudah membuncit, mereka memutuskan untuk menunda pernikahan dan hanya mengurus buku nikah terlebih dahulu. Teman-teman mereka, Mulan dan Yannie, sudah melahirkan. Kellin pun tak lama lagi akan menyusul, menanti kelahiran buah hatinya. Mulan yang hamil kembar, melahirkan lebih cepat, membuat perbedaan usia antara anaknya dan bayi Kellin tidak terlalu jauh.Kellin masih harus bergelut dengan perutnya yang semakin membesar, serasa membawa semangka di dalamnya. Janinnya yang aktif sering bergerak-gerak, membuat perutnya terlihat seperti ada benjolan kecil, kadang kaki atau tangan bayi yang tampak.Jhon sekarang sangat antusias dengan kehamilan Kellin, sering menghabiskan waktu bermain dengan janin lewat perut Kellin. Kellin sudah bisa merasakan bahwa anaknya adalah anak laki-laki. Bagaimana pun Kellin adalah seorang dokter hebat. Dia pasti tahu.Meski Jhon terkadang kesal karena Kellin suka mencub
Jhon dengan wajah masam, tidak berkata apa-apa. Kellin berjalan menuju sebuah gazebo dan duduk di sana. Jhon, seperti biasa, mengikuti di belakangnya. "Minta orang bikinin teh dan camilan, gih. Supaya kita bisa menjamu Den Calvin nanti," ujar Kellin. Jhon mengeluarkan ponselnya, menelepon pelayan untuk meminta beberapa teh, camilan, dan buah-buahan, termasuk snack favorit Kellin. Sejak hamil, Kellin selalu ingin ngemil, terutama saat terjaga. Meski makan tiga kali sehari, tubuhnya tidak terlihat gemuk, seolah semua nutrisi diserap oleh bayi di dalam perutnya.Sekitar sepuluh menit kemudian, Calvin datang bersama pelayan masuk ke gazebo. "Den Jhon, Dokter Dharma," sapa Calvin tersenyum. Jhon masih dengan wajah datar. Dia segera mengubah ekspresinya menjadi lebih ramah saat menyambut Calvin, "Den Calvin, silakan duduk."Calvin bisa melihat bahwa Jhon tidak terlalu senang melihatnya. Calvin yang datang tiga atau empat kali sehari, mungkin sudah membuat Jhon jenuh. Tapi demi Rosal
Saat ini, dengan kondisi Kellin yang tengah hamil besar, setiap kali pergi melakukan pemeriksaan kehamilan Jhon selalu mengawal Kellin dengan beberapa pengawal pribadi untuk memastikan keselamatannya. Calvin dengan tergesa-gesa berkata, “Pak Jhon saya ngerti, kok. Bahkan kalau pun Dokter Dharma bersedia bantu tunangan saya, saya nggak akan membiarkan beliau keluar rumah."Calvin menatap Kellin, memohon, "Dokter Dharma, apa bisa minta guru Dokter Dharma yang datang? Nggak peduli berapa pun biayanya, saya sanggup bayar. Apa pun persyaratannya, saya bersedia memenuhinya." Kellin memang dokter yang hebat, tapi Dokter Panca lebih ulung. Nama Dokter Panca sudah sangat terkenal selama beberapa dekade. Reputasinya sebagai seorang ahli telah terbukti.Jika Dokter Panca bersedia membantu Rosalina, maka kesempatan Rosalina untuk sembuh sangatlah tinggi. Dokter Panca dan Kellin adalah harapan terakhir untuk Rosa. Calvin sudah berjanji pada Rosa bahwa ia akan mendapatkan bantuan dari Dokter Pa