Calvin mengambil segelas air hangat dan menyesapnya dengan anggun.“Calvin.” Rosalina menghadap pada pria itu dan berkata dengan tenang, “Aku bukan tunanganmu.”“Sekarang memang bukan, tapi kamu akan menjadi tunanganku dan bahkan istriku di masa depan.”Calvin berkata dengan sikap dominan, “Rosalina, aku sudah yakin mau memilihmu. Aku nggak akan menikahi wanita lain selain kamu. Terserah kamu mau menghindar, atau menerimanya. Yang jelas, aku hanya mau menikahimu.”“Aku tahu aku membuatmu tersinggung waktu itu. Itu salahku. Wajar saja kamu marah. Tapi, aku nggak menyesal. Aku memang menyukaimu dan ingin menciummu, ingin membuktikan dan memperlihatkannya pada semua orang bahwa kamu adalah milikku.”Rosalina sangat marah mendengar perkataan Calvin itu, sampai-sampai dia tidak mau berkata apa-apa.Tak peduli dia mau bilang apa, pria itu sepertinya tidak akan mendengar.“Rosalina, jangan menghindar dariku lagi.” Calvin bergeser mendekati Rosalina, lalu mengulurkan tangan dan mengambil tas w
“Mulai besok, aku akan mengirimimu bunga setiap hari, secara resmi mulai mengejar cinta calon tunanganku. Aku akan memberitahu semua orang di Mambera bahwa kamu, Rosalina, akan dilindungi olehku, Calvin.”Rosalina tidak bisa berkata-kata.“Aku akan mengatakannya satu kali lagi. Kalau kamu terus menghindariku, aku akan pindah dan tinggal di toko bungamu, atau tinggal di rumahmu. Jangan haram kamu bisa lepas dariku, kecuali kalau kamu nggak mau buka toko lagi, atau nggak mau pulang ke rumah lagi.”Rosalina diam saja.Dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena terlalu kesal pada Calvin.Sementara itu, suasana hati Calvin sedang sangat baik. Wanita ini sudah membuatnya sengsara hampir setengah bulan.Dia ingin mendapatkan kompensasinya, beserta bunga-bunganya.“Ini sudah larut. Pergilah ke kamarmu dan istirahatlah lebih awal. Aku akan datang dan sarapan bersamamu besok pagi. Tunggu aku datang. Aku akan mengantarmu ke toko bunga. Kalau kamu nggak menungguku, ….” Jari-jarinya yang ramping meny
Karena itulah, Reiki berpura-pura mabuk.“Sayang.”Tidak ada orang yang mengganggu di kamar pengantin mereka, jadi mereka bisa menikmati malam pertama sepuasnya.Reiki mendekat, duduk di tepi tempat tidur sambil memeluk Junia dan menatap Junia dengan mata membara.“Sayang, kita jangan buang-buang waktu lagi,” katanya, hendak mencium Junia, tapi Junia mendorongnya.“Aku belum menghapus riasanku, juga belum berganti pakaian. Aku juga masih harus mandi. Kamu juga,” ujar Junia sambil berdiri dan duduk di depan meja rias, lalu melepas satu per satu perhiasan yang dipakainya terlebih dahulu.Dia bisa dibilang pohon perhiasan berjalan hari ini.Reiki memberinya banyak sekali perhiasan, yang cukup untuk membuka toko perhiasan. Orang tuanya juga menyiapkan banyak perhiasan untuknya. Ketika dia keluar, leher dan tangannya penuh dengan perhiasan, yang kilauannya mungkin bisa membutakan semua orang.Junia merasa dirinya seperti toko perhiasan keliling saat itu.“Sayang, kamu terlihat sangat cantik
Matahari terbit dan hari baru dimulai.Olivia bangun tidur dan mendapati kakaknya sudah bangun.Setelah Odelina keluar dari rumah sakit, Olivia bersikeras meminta kakaknya untuk tinggal sementara di rumahnya dan Stefan, untuk menjaga kakaknya agar bisa pulih total.Mengingat diri sendiri masih harus memulihkan diri, tapi juga memiliki seorang anak berusia tiga tahun yang harus diurus, Odelina akhirnya menyetujui permintaan adiknya.Mereka pun pindah ke vila Stefan untuk sementara.Odelina mengajak putranya berjalan-jalan di halaman.Cuaca di Mambera terasa panas. Ketika matahari sangat terik di siang hari, banyak orang yang tidak tahan dan menyalakan AC.Namun, paginya masih terasa sejuk.Vila itu juga sangat sepi di pagi hari. Odelina suka jalan-jalan di halaman di pagi hari, untuk berolahraga dan menikmati pemandangan bunga.Stefan bukanlah orang yang menyukai bunga dan tanaman. Dulu, bunga dan tanaman yang ada di dalam vila hanya untuk menambah sedikit keindahan untuk vilanya. Namun
“Para siswa sedang libur Hari Buruh hari ini, jadi kami tutup toko untuk beberapa hari. Kak, kamu belum sembuh sepenuhnya. Kamu harus lebih banyak berbaring.”Olivia menurunkan Russel. Anak itu berlari di depan, sementara Olivia dan Odelina berjalan pelan di belakang.“Kalau aku berbaring lagi, kepalaku mungkin akan tumbuh jamur. Aku nggak merasa ada yang nggak nyaman lagi sekarang, hanya lukaku yang masih terasa sedikit nyeri dan gatal.”“Lusa, aku juga harus kembali ke toko.”Lusa adalah hari ketiga setelah pernikahan Junia. Olivia dan Odelina akan pergi makan-makan di rumah keluarga Santoso.Setelah itu, Reiki akan membawa Junia pergi bulan madu.Pria itu mendapat cuti pernikahan selama dua bulan.Saat mereka berdua sedang berjalan-jalan santai, seorang pelayan datang dan berkata dengan hormat, “Bu, Pak Daniel datang.”Setelah mendengar perkataan pelayan itu, Olivia refleks langsung menatap kakaknya.Odelina berkata dengan tenang, “Oliv, dia datang atau nggak, tidak ada hubungannya
“Kamu nggak tidur nyenyak tadi malam?” Daniel bertanya pada temannya dengan prihatin.Dia memperhatikan Stefan turun ke bawah dengan wajah cemberut, lalu melihat pria itu berjalan mendekat dan duduk di sofa.“Kamu nggak mabuk tadi malam?” Stefan bertanya balik.Daniel tersenyum dan berkata, “Aku hanya minum dua gelas, jadi aku nggak mabuk.”Setelah jeda sejenak, dia melanjutkan, “Kalian semua punya pasangan yang bisa menjaga kalian saat mabuk. Ada yang peduli. Aku ini jomblo. Mabuk pun nggak ada yang akan menjagaku. Jadi, aku nggak berani minum terlalu banyak.”Stefan terkekeh dan berkata, “Cherly akan menjagamu dengan senang hati.”Begitu nama Cherry diungkit, senyuman di wajah Daniel langsung memudar.“Aku dan Cherly nggak mungkin. Dia juga sudah pindah dari rumahku.”Cherly juga sudah bersiap untuk meninggalkan Mambera.Semua kerja sama yang wanita itu sedang negosiasikan sudah hampir selesai semua.Saat ini, ibu Daniel masih berusaha keras untuk menjodohkan Cherly dengan Daniel. Ch
Odelina melakukannya supaya Daniel bisa melihat dari matanya bahwa dia tidak memiliki perasaan sedikit pun pada pria itu.Dia benar-benar tidak pernah berpikir ke arah sana.Daniel sadar dan hal itu membuatnya merasa sedikit frustasi. Namun, dia dengan cepat menenangkan diri.Odelina pernah mengalami pernikahan yang gagal, dan kini keluarga mantan suaminya masih terus mengganggunya, sehingga membuatnya sangat tidak percaya dengan cinta dan pernikahan.Tentu butuh waktu lama baginya untuk meluluhkan hati Odelina dan membuat wanita ini percaya lagi pada cinta dan pernikahan.Daniel juga memberi waktu beberapa tahun pada dirinya untuk mengejar dan menunggu tanggapan Odelina.Lagi pula, dia tidak terburu-buru untuk menikah.Asalkan Odelina tidak menikah dengan orang lain, dia rela menunggu selamanya.“Odelina, pagi.” Daniel pun membalas sapaan Odelina.Stefan pergi lebih dulu, sambil menggendong Russel dan Olivia.Sambil berjalan, dia mengeluh kepada istrinya, “Sayang, aku mabuk tadi malam
Daniel berdiri di sana, memperhatikan Odelina berjalan melewatinya dalam diam.Setelah beberapa lama, dia baru melangkahkan kakinya.Dia sudah tahu bahwa menyatakan cintaku pada Odelina akan membuahkan hasil seperti ini.Dia pun sudah siap mental untuk menunggu beberapa tahun sebelum Odelina bisa jatuh hat padanya.Setelah kembali ke rumah Stefan, Daniel menerima tatapan prihatin dari temannya itu.Stefan melihat tidak ada yang aneh dengan Daniel, sehingga dia tidak bertanya apa pun dan hanya mengajak temannya itu sarapan bersama.Dia juga menepuk pundak pria itu dan berbisik, “Nggak usah terburu-buru, pelan-pelan.”Daniel tersenyum dan berkata, “Aku nggak terburu-buru. Lagi pula, aku punya waktu seumur hidup untuk dihabiskan bersamanya.”Asalkan Odelina tidak menikah dengan orang lain.Dia tidak akan menyerah.“Dukungan Russel sangat penting,” ujar Stefan pelan.Daniel bergumam mengiyakan. “Aku tahu. Aku juga menyukai Russel dari lubuk hatiku yang paling dalam.”Sebelum jatuh cinta p
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba
“Sayang, siapa yang telepon pagi-pagi begini?”Tiara mendengar suara dering ponsel. Dia membalikkan tubuhnya, lalu bangun dan duduk. Kemudian, dia membungkuk untuk menggendong anaknya yang menangis.“Jangan gendong dia, Sayang. Kalau kamu gendong dia, dia nggak akan mau minum susu yang aku buatkan.”Aksa segera menghentikan istrinya menggendong anak mereka. “Kecil-kecil dia sudah pintar sekali. Begitu cium aroma tubuhmu, dia nggak akan mau minum susu formula lagi.”Tiara melihat Aksa yang sudah mulai membuat susu. Dia pun tidak jadi menggendong anaknya. Tidak masalah bayi menangis sebentar.“Pengurus rumah tangga yang menelepon. Katanya ada bapak-bapak tua datang ke sini cari Mama. Mereka bilang mereka orang yang selama ini Mama cari.”Aksa menjawab pertanyaan istrinya sambil membuat susu. “Nggak tahu benar atau bukan. Aku suruh dia jamu mereka dulu. Habis kasih susu ke anak, aku baru turun.”“Orang yang selama ini Mama cari adalah orang kepercayaan Nenek saat Nenek masih hidup, kan?”
Pada saat ini, anak Aksa sedang menangis. Aksa menggendong putranya dan berjalan mengelilingi ruangan sambil membujuknya. Tiara bertanya bahkan tanpa membuka matanya, “Lagi lapar atau popoknya sudah harus diganti?”“Mungkin karena lapar. Sayang, kamu tidur saja. Biar aku yang bujuk. Aku buatkan susu dulu. Habis minum susu, dia bisa tidur sampai jam sembilan lewat.”Tiara bergumam pelan. Dia membalikkan badan dan tidur lagi. Ada pengasuh di rumah, tapi si kecil hanya bisa digendong oleh pengasuh saat tidur. Saat bangun, dia akan menangis dalam waktu dua menit jika digendong oleh pengasuh. Karena dia tidak mencium aroma ibunya.Oleh karena itu, Tiara harus mengurus anaknya sendiri hampir sepanjang hari. Untung saja mertua dan adik iparnya mau bantu. Si kecil juga sangat bekerja sama. Kalau tidak, Tiara pasti akan sangat lelah.Amelia sering memuji keponakannya karena sudah bisa mengenali orang. Kalau keluarga yang gendong, dia tidak akan menangis. Sekali digendong pengasuh, dia pasti men
Setya berkali-kali ingin kembali untuk membalaskan dendam, tapi Panca dan yang lainnya menghentikannya. Mereka bilang jika Setya kembali dan bisa membalaskan dendam, lantas siapa yang akan menjadi kepala keluarga Gatara? Kecuali Setya telah menemukan putri kepala keluarga sebelumnya.Setya baru mendapat kabar tentang putri kepala keluarga sebelumnya tahun ini. Itu juga berkat si Rubah Perak. Setelah mengetahui keberadaan putri kepala keluarga Gatara sebelumnya, Cipta ingin segera menemuinya. Apa daya, kondisi kesehatannya yang buruk membuatnya tidak bisa bepergian jauh.Panca butuh waktu lama untuk mengobati Setya, itu pun hanya sedikit lebih baik. Setya juga merasa dia sudah semakin tua. Dia berharap bisa segera menemui putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya ingin memberitahu semuanya serta menyerahkan sebagian bukti kecil yang ada di tangannya.Setya merasa bersalah kepada kepala keluarga Gatara sebelumnya karena gagal membalaskan dendamnya. Dia hanya bisa menyerahkan tanggun
“Aku baik-baik saja.” Si pria yang batuk berkata dengan suara pelan. “Cuma karena kita kejar perjalanan terus, aku sudah nggak sanggup lagi.”“Hei, cepat bukakan pintu untuk kami. Kamu nggak lihat kami sudah nggak sanggup lagi? Nggak usah peduli siapa kami. Karena kami datang ke sini, berarti kami tamu. Keluarga Sanjaya nggak tahu bagaimana cara menjamu tamu?”Pria tua yang berkata kalau dia bisa mendobrak pintu memiliki suara yang sangat keras, serta sifat yang agak kasar. Dia memelototi si pengurus rumah tangga, mendesaknya untuk membuka pintu. Seandainya dia tidak ditahan oleh yang lain, dia pasti sudah merobohkan gerbang pagar.“Putu.”Pria tua yang menopang pria tua yang batuk memanggil pria tua yang kasar itu dengan suara berat. Pria tua yang bernama Putu itu langsung terdiam.“Anak muda, kakak tertua kami ini adalah orang yang selalu dicari majikanmu. Tenang saja, kami bukan orang jahat.”“Tolong bukakan pintu untuk kami. Biarkan kami masuk dan minum segelas air hangat. Kakak te