“Mulai besok, aku akan mengirimimu bunga setiap hari, secara resmi mulai mengejar cinta calon tunanganku. Aku akan memberitahu semua orang di Mambera bahwa kamu, Rosalina, akan dilindungi olehku, Calvin.”Rosalina tidak bisa berkata-kata.“Aku akan mengatakannya satu kali lagi. Kalau kamu terus menghindariku, aku akan pindah dan tinggal di toko bungamu, atau tinggal di rumahmu. Jangan haram kamu bisa lepas dariku, kecuali kalau kamu nggak mau buka toko lagi, atau nggak mau pulang ke rumah lagi.”Rosalina diam saja.Dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena terlalu kesal pada Calvin.Sementara itu, suasana hati Calvin sedang sangat baik. Wanita ini sudah membuatnya sengsara hampir setengah bulan.Dia ingin mendapatkan kompensasinya, beserta bunga-bunganya.“Ini sudah larut. Pergilah ke kamarmu dan istirahatlah lebih awal. Aku akan datang dan sarapan bersamamu besok pagi. Tunggu aku datang. Aku akan mengantarmu ke toko bunga. Kalau kamu nggak menungguku, ….” Jari-jarinya yang ramping meny
Karena itulah, Reiki berpura-pura mabuk.“Sayang.”Tidak ada orang yang mengganggu di kamar pengantin mereka, jadi mereka bisa menikmati malam pertama sepuasnya.Reiki mendekat, duduk di tepi tempat tidur sambil memeluk Junia dan menatap Junia dengan mata membara.“Sayang, kita jangan buang-buang waktu lagi,” katanya, hendak mencium Junia, tapi Junia mendorongnya.“Aku belum menghapus riasanku, juga belum berganti pakaian. Aku juga masih harus mandi. Kamu juga,” ujar Junia sambil berdiri dan duduk di depan meja rias, lalu melepas satu per satu perhiasan yang dipakainya terlebih dahulu.Dia bisa dibilang pohon perhiasan berjalan hari ini.Reiki memberinya banyak sekali perhiasan, yang cukup untuk membuka toko perhiasan. Orang tuanya juga menyiapkan banyak perhiasan untuknya. Ketika dia keluar, leher dan tangannya penuh dengan perhiasan, yang kilauannya mungkin bisa membutakan semua orang.Junia merasa dirinya seperti toko perhiasan keliling saat itu.“Sayang, kamu terlihat sangat cantik
Matahari terbit dan hari baru dimulai.Olivia bangun tidur dan mendapati kakaknya sudah bangun.Setelah Odelina keluar dari rumah sakit, Olivia bersikeras meminta kakaknya untuk tinggal sementara di rumahnya dan Stefan, untuk menjaga kakaknya agar bisa pulih total.Mengingat diri sendiri masih harus memulihkan diri, tapi juga memiliki seorang anak berusia tiga tahun yang harus diurus, Odelina akhirnya menyetujui permintaan adiknya.Mereka pun pindah ke vila Stefan untuk sementara.Odelina mengajak putranya berjalan-jalan di halaman.Cuaca di Mambera terasa panas. Ketika matahari sangat terik di siang hari, banyak orang yang tidak tahan dan menyalakan AC.Namun, paginya masih terasa sejuk.Vila itu juga sangat sepi di pagi hari. Odelina suka jalan-jalan di halaman di pagi hari, untuk berolahraga dan menikmati pemandangan bunga.Stefan bukanlah orang yang menyukai bunga dan tanaman. Dulu, bunga dan tanaman yang ada di dalam vila hanya untuk menambah sedikit keindahan untuk vilanya. Namun
“Para siswa sedang libur Hari Buruh hari ini, jadi kami tutup toko untuk beberapa hari. Kak, kamu belum sembuh sepenuhnya. Kamu harus lebih banyak berbaring.”Olivia menurunkan Russel. Anak itu berlari di depan, sementara Olivia dan Odelina berjalan pelan di belakang.“Kalau aku berbaring lagi, kepalaku mungkin akan tumbuh jamur. Aku nggak merasa ada yang nggak nyaman lagi sekarang, hanya lukaku yang masih terasa sedikit nyeri dan gatal.”“Lusa, aku juga harus kembali ke toko.”Lusa adalah hari ketiga setelah pernikahan Junia. Olivia dan Odelina akan pergi makan-makan di rumah keluarga Santoso.Setelah itu, Reiki akan membawa Junia pergi bulan madu.Pria itu mendapat cuti pernikahan selama dua bulan.Saat mereka berdua sedang berjalan-jalan santai, seorang pelayan datang dan berkata dengan hormat, “Bu, Pak Daniel datang.”Setelah mendengar perkataan pelayan itu, Olivia refleks langsung menatap kakaknya.Odelina berkata dengan tenang, “Oliv, dia datang atau nggak, tidak ada hubungannya
“Kamu nggak tidur nyenyak tadi malam?” Daniel bertanya pada temannya dengan prihatin.Dia memperhatikan Stefan turun ke bawah dengan wajah cemberut, lalu melihat pria itu berjalan mendekat dan duduk di sofa.“Kamu nggak mabuk tadi malam?” Stefan bertanya balik.Daniel tersenyum dan berkata, “Aku hanya minum dua gelas, jadi aku nggak mabuk.”Setelah jeda sejenak, dia melanjutkan, “Kalian semua punya pasangan yang bisa menjaga kalian saat mabuk. Ada yang peduli. Aku ini jomblo. Mabuk pun nggak ada yang akan menjagaku. Jadi, aku nggak berani minum terlalu banyak.”Stefan terkekeh dan berkata, “Cherly akan menjagamu dengan senang hati.”Begitu nama Cherry diungkit, senyuman di wajah Daniel langsung memudar.“Aku dan Cherly nggak mungkin. Dia juga sudah pindah dari rumahku.”Cherly juga sudah bersiap untuk meninggalkan Mambera.Semua kerja sama yang wanita itu sedang negosiasikan sudah hampir selesai semua.Saat ini, ibu Daniel masih berusaha keras untuk menjodohkan Cherly dengan Daniel. Ch
Odelina melakukannya supaya Daniel bisa melihat dari matanya bahwa dia tidak memiliki perasaan sedikit pun pada pria itu.Dia benar-benar tidak pernah berpikir ke arah sana.Daniel sadar dan hal itu membuatnya merasa sedikit frustasi. Namun, dia dengan cepat menenangkan diri.Odelina pernah mengalami pernikahan yang gagal, dan kini keluarga mantan suaminya masih terus mengganggunya, sehingga membuatnya sangat tidak percaya dengan cinta dan pernikahan.Tentu butuh waktu lama baginya untuk meluluhkan hati Odelina dan membuat wanita ini percaya lagi pada cinta dan pernikahan.Daniel juga memberi waktu beberapa tahun pada dirinya untuk mengejar dan menunggu tanggapan Odelina.Lagi pula, dia tidak terburu-buru untuk menikah.Asalkan Odelina tidak menikah dengan orang lain, dia rela menunggu selamanya.“Odelina, pagi.” Daniel pun membalas sapaan Odelina.Stefan pergi lebih dulu, sambil menggendong Russel dan Olivia.Sambil berjalan, dia mengeluh kepada istrinya, “Sayang, aku mabuk tadi malam
Daniel berdiri di sana, memperhatikan Odelina berjalan melewatinya dalam diam.Setelah beberapa lama, dia baru melangkahkan kakinya.Dia sudah tahu bahwa menyatakan cintaku pada Odelina akan membuahkan hasil seperti ini.Dia pun sudah siap mental untuk menunggu beberapa tahun sebelum Odelina bisa jatuh hat padanya.Setelah kembali ke rumah Stefan, Daniel menerima tatapan prihatin dari temannya itu.Stefan melihat tidak ada yang aneh dengan Daniel, sehingga dia tidak bertanya apa pun dan hanya mengajak temannya itu sarapan bersama.Dia juga menepuk pundak pria itu dan berbisik, “Nggak usah terburu-buru, pelan-pelan.”Daniel tersenyum dan berkata, “Aku nggak terburu-buru. Lagi pula, aku punya waktu seumur hidup untuk dihabiskan bersamanya.”Asalkan Odelina tidak menikah dengan orang lain.Dia tidak akan menyerah.“Dukungan Russel sangat penting,” ujar Stefan pelan.Daniel bergumam mengiyakan. “Aku tahu. Aku juga menyukai Russel dari lubuk hatiku yang paling dalam.”Sebelum jatuh cinta p
Rosalina memaki Calvin ratusan kali dalam benaknya.Akhirnya, dia keluar dari mobil.Begitu Rosalina turun dari mobil, Calvin kemudian mengambil tindakan.Dia berjalan mendekat, mengambil tongkat Rosalina dengan lembut dan penuh perhatian, lalu menggandeng wanita itu menuju mobilnya.“Mulai sekarang, aku yang akan mengantarmu.”“Oh, iya.” Calvin memberi isyarat kepada dua pengawalnya untuk datang menghampirinyaMereka adalah pengawal yang dia pindahkan dari vila, karena dia biasanya pergi juga tanpa pengawal. Dia, sebagai cucu kedua keluarga Adhitama, tidak setenar Stefan. Dia juga tidak perlu membawa rombongan pengawal untuk berjaga-jaga agar tidak ada wanita yang mendekatinya.Dua pengawal itu datang menghampirinya, dan Calvin berkata kepada mereka, “Ini Rosalina, calon majikan kalian. Mulai sekarang, kalian berdua akan mengikutinya, bukan untuk mengawasinya, tetapi untuk melindunginya. Kalau dia menghadapi masalah yang nggak bisa diselesaikan, baru beri tahu aku.”Dia mengatakan itu
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa