“Tapi setelah diperlakukan seperti itu oleh kalian, yang memutar balikkan fakta dan menyebut kami nggak berbakti, aku jadinya nggak akan pergi menjenguk Nenek lagi. Aku juga nggak akan memberikan uang. Kalian sudah memakiku dan kalian mengharapkan aku datang untuk mendapat makian lagi?”“Olivia, mereka adalah kakek dan nenek kita. Kalaupun Nenek memarahimu, kamu juga nggak kenapa-napa. Meskipun kalian berdua nggak perlu mengurus Kakek dan Nenek, tapi kalau kalian cucu yang berbakti, kalian pasti akan memberi sedikit uang untuk biaya hidup mereka. Kalian juga nggak pulang untuk melihat mereka selama bertahun-tahun ini, juga nggak memberikan uang. Kalau kalian tega melakukan itu, kami juga nggak bisa berkata apa-apa lagi.”“Kami sudah menghapus postingan yang kami tulis. Kamu juga seharusnya menghapus postinganmu. Kamu nggak tahu perbuatan itu berdampak besar pada kami. Ini namanya mem-bully kami di internet. Kami bisa menuntutmu, tapi karena kita masih saudara, kami pikir lebih baik ber
Yang berbicara adalah sepupu Olivia yang paling kecil, yang baru berusia tujuh belas atau delapan belas tahun. Anak itu masih di umur yang gampang impulsif.Dia juga memiliki temperamen yang buruk. Melihat Olivia masih tidak mau pergi ke rumah sakit dan menolak untuk menghapus postingannya, anak itu menjadi marah dan berteriak, bahwa dia akan menghancurkan toko buku Olivia.Olivia menyapukan matanya pada anak itu dengan dingin dan berkata, “Kalau kamu berani menghancurkan tokoku, coba saja!”Matanya tajam dan dingin, dan kata-katanya tegas. Hal itu membuat sepupu-sepupunya dari keluarga Hermanus itu mundur.“Kamu.” Yoga menoleh dan memelototi sepupu mereka yang paling kecil itu, sehingga anak tidak berani berbicara lagi. Lalu, dia memandang Olivia dan memaksakan senyum, “Olivia, jangan terlalu perhitungan dengannya. Dia memang seperti itu kalau bicara.”“Olivia, tadi Kak Bobby sudah bicara mengatakan begitu banyak hal padamu. Bagaimanapun juga, kita semua masih sepupu dan memiliki hubu
Olivia tertawa dan berkata, “Kudengar Kakek dan Nenek selama di rumah sakit kalau nggak makan, ya tidur. Mereka nggak merasa bersalah sama sekali. Apa mereka benar-benar ingin meminta maaf pada kami?”Yoga membuka mulut untuk membela kakek neneknya, tetapi tidak bisa mengatakan apa-apa.Kakek dan nenek mereka tidak benar-benar mengalah, tetapi karena dibujuk oleh mereka. Mereka ingin mengakhiri masalah ini secepat mungkin agar semua orang tidak terkena dampaknya lagi.Asalkan kedua belah pihak berdamai, masalah ini perlahan akan mereda. Trending topic baru akan muncul dan mengalihkan perhatian netizen, dan tak lama setelah itu, netizen tidak akan mengingat mereka lagi dan mereka akan kembali tenang.Kejadian ini juga membuat mereka sadar bahwa Internet itu kuat, tapi netizen di dalamnya bisa membalikkan perahu mereka. Jangan sembarangan menggunakan Internet untuk menyerang orang lain.“Kalau nggak ada urusan lain, tolong pergi. Jangan mengerumuni aku dan mengganggu bisnisku di sini.”O
Albert juga merasa orang-orang itu tidak bermoral dan bermuka tebal.“Olivia, aku merekam percakapan kalian barusan.”Junia berkata, “Aku akan mengirimkan rekamannya padamu, untuk mencegah orang-orang itu mengada-ngada dan mengarang cerita di internet.”Mendengar ini, Olivia mengacungkan jempol pada temannya. Dia sangat marah pada orang-orang itu, sehingga dia lupa merekam percakapan mereka secara diam-diam.“Albert, kamu masih belum mau pergi ke kantor?” Setelah mengirimkan rekaman itu ke Olivia, Junia teringat sepupunya masih ada di toko. Dia pun langsung mendesak pria itu untuk pergi bekerja.Albert tidak ingin pergi, jadi dia berkata, “Aku kan bekerja di perusahaan keluarga sendiri, nggak apa-apa terlambat dikit.”“Justru karena kamu bekerja di perusahaan keluargamu sendiri, kamu harus bekerja lebih keras, mematuhi aturan perusahaan, dan menjadi contoh yang baik sehingga orang-orang nggak bisa menemukan kesalahanmu. Cepat pergi. Kalau Tante tahu kamu masih belum pergi ke kantor, ka
Stefan merasa agak khawatir dalam hati, takut Olivia tidak bisa menghadapi saudara-saudaranya dari keluarga Hermanus itu. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, bahkan tidak menelepon Olivia.Sudah hampir sebulan sejak mereka menikah. Dia sudah mengenal Olivia sedikit lebih baik dari sebelumnya. Jika wanita benar-benar tidak bisa mengatasinya sendiri, wanita itu pasti akan meneleponnya untuk meminta bantuan. Karena tidak ada telepon, itu berarti wanita itu bisa mengatasinya.Selain itu, Olivia sangat berpendirian dan tidak akan kalah.Memikirkan hal ini, sorenya setelah pulang kerja, Stefan pun mengganti mobilnya dan pergi ke SMP Negeri Kota Mambera.Ketika dia meninggalkan kantor, Reiki masih mengeluh kepadanya dan bilang bahwa dia sudah jarang ikut bersosialisasi dengan klien akhir-akhir ini, sehingga Reiki merasa tertekan karena harus melakukannya sendiri.Stefan langsung menjawab Reiki, “Aku punya istri. Begitu pulang kerja, aku harus pulang untuk menghabiskan waktu bersama istriku,
Setelah jeda sebentar, dia menambahkan, “Aku akan mengantarmu ke sini besok pagi.”Karena Stefan sangat perhatian, Olivia pun meninggalkan motor listriknya di toko dan masuk ke mobil Stefan.Junia memperhatikan pasangan itu pergi dan berkata pada dirinya sendiri, “Mereka semakin terlihat seperti pasangan.”Meski Stefan selalu cuek dan pendiam, kebaikannya kepada Olivia tercermin dari hal-hal kecil yang dia lakukan.“Kalau aku bisa bertemu dengan pria seperti Stefan, aku akan dengan senang hati menikah dengan pria itu.”Sayangnya, pria-pria yang kencan buta dengannya tidak ada yang sebaik Stefan. Mereka disebut pria berkualitas tinggi karena penghasilan yang tinggi. Nyatanya, mereka jauh dari kualitas tinggi.Sebelumnya, pasangan kencan butanya di Avana Coffeehouse malah suka pada Olivia. Pria itu diam-diam menanyakan tentang Olivia, masih saja bermimpi, padahal tahu Olivia sudah menikah.Junia langsung menelepon dan memarahi kencan butanya itu, memperingatkannya bahwa jika pria itu ber
Olivia dan kakaknya sangat dekat. Semua orang di kompleks tahu itu.Odelina tidak ingin adiknya tahu, karena tidak ingin adiknya khawatir. “Tante Susi, terima kasih.”Olivia berterima kasih kepada Tante Susi, lalu menarik Stefan ke gedung tempat kakaknya tinggal.“Kemarin waktu aku antar kakakku pulang, kakak iparku menyalahkannya karena nggak memasak untuknya. Waktu itu, kakak iparku kelihatan seperti ingin memukul orang. Tapi, waktu melihatku, dia langsung mengubah ekspresinya,” kata Olivia pada Stefan.“Kenapa kakakku nggak memberitahuku?”Olivia sangat menyayangi kakaknya. Pernikahan itu bagai kelahiran kembali bagi seorang wanita, tapi kehidupan kakaknya setelah “kelahiran kembali” ini sangatlah tidak bagus.Baru menikah tiga tahun, sikap kakak iparnya terhadap kakaknya sudah berubah.Stefan berkata dengan lembut, “Kakakmu juga nggak ingin kamu khawatir. Tante Susi tadi bilang kakakmu mengejar kakak iparmu dengan pisau dapur. Itu berarti kakakmu bukan pihak yang kalah. Kamu jangan
Dulu, kakaknya yang selalu melindunginya. Namun sekarang, setelah dia sudah dewasa dan mampu, giliran dirinya yang melindungi kakaknya.“Oliv.” Odelina buru-buru meraih adiknya dan berkata, “Jangan pergi. Luka Kakak cuma sedikit luka luar. Dia juga nggak bisa melakukan apa-apa. Aku mengejarnya dengan membawa pisau sampai melewati beberapa blok. Dia sampai ketakutan setengah mati. Aku yakin dia nggak akan berani memukuliku lagi ke depannya.”“Kakak, kekerasan dalam rumah tangga itu hanya ada nggak pernah atau berkali-kali. Dia sudah berani memukul Kakak. Kalau kita nggak memberi pelajaran padanya, dia nggak akan takut dan akan berbuat kasar lagi padamu nanti.”Jangan pernah menoleransi kekerasan dalam rumah tangga!“Kakak tahu, makanya Kakak juga nggak mau kalah dan memukulinya. Lalu, Kakak juga mengejarnya dengan membawa pisau. Kamu nggak tahu, waktu itu dia ketakutan setengah mati. Kedua kakinya sampai gemetaran. Orang-orang pada bilang, pasangan suami istri kalau bertengkar pertama k
Dania tidak menjawab melainkan melayangkan satu tamparan kuat. Jejak tangan perempuan itu langsung tercetak di wajah Fani. Bahkan sudut bibirnya tampak berdarah.Dania masih belum puas melampiaskan kemarahannya. Dia mengayunkan tasnya dan terus memukuli Fani sambil memaki, "Rendahan! Perempuan murahan! Nggak tahu malu!" Fani sendiri tidak tinggal diam. Kakak ipar dan adik ipar itu pun bergumul, saling menyerang tanpa henti. Keributan mereka begitu besar, dan karena malam itu adalah Minggu malam, hampir semua tetangga sedang berada di rumah. Para tetangga keluar untuk melihat apa yang terjadi. Namun, melihat dua wanita sedang berkelahi sengit, mereka ragu untuk melerai karena tidak tahu duduk perkaranya. Ketika Dania memukuli Fani, dia juga menarik dan merobek pakaian tidur seksi yang dikenakan perempuan itu, sambil memaki, "Perempuan murahan! Menggoda suamiku! Akan kuhancurkan kamu, perempuan nggak tahu malu!" Barulah para tetangga menyadari apa yang sedang terjadi. Rupanya, ini ad
“Buat perhitungan dengan kakakmu. Sifatnya nggak akan bisa berubah.”Dania berjalan sambil menjawab Felicia. Dia berjalan dengan penuh emosi, langkahnya sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah melewati ruang tamu dan keluar dari rumah utama. Tidak lama kemudian, Felicia mendengar suara mobil yang menyala dari luar. Kakak iparnya benar-benar pergi. Setelah mengantarkan makanan ke lantai atas untuk ibunya, perempuan itu mencari alasan untuk pergi dan buru-buru keluar rumah untuk mengejar kakak iparnya. Dia bukan khawatir kakak iparnya akan melakukan sesuatu dalam keadaan marah, tetapi takut kakaknya dan Fani akan bekerja sama dan membuat kakak iparnya dirugikan. Di tengah jalan, Felicia menerima telepon dari Vandi.“Bu, kamu ke mana?” tanya lelaki itu yang tahu jika Felicia keluar dan menanyakan tujuannya.“Kakak iparku pergi menangkap basah suaminya selingkuh. Aku takut dia akan disakiti, jadi aku mengikutinya untuk membantu.” Vandi terkekeh dan berkata, “Bukannya Bu Felicia mau meno
Semua ini bisa terjadi karena Patricia yang sangat menyayangi Fani. Bahkan Patricia memperlakukan Fani jauh lebih baik daripada Felicia pada awalnya. Mereka tahu kalau mereka harus menghormati dan membuat senang ibu mertua mereka ketika mereka menikah dengan putra Patricia. Ibu mertuanya sangat baik kepada Fani, jadi dia juga harus bersikap baik kepada gadis itu, sekalipun dia tidak menyukainya. “Cukup,” ujar Patricia menyela perkataan menantunya. “Aku nggak akan menyalahkanmu dalam masalah ini. Semua ini terjadi karena Mama sangat menyayangi Fani sebelumnya.”Di rumah ini, semua orang bertindak atas dasar kepala keluarga Gatara. Jadi, Patricia akan menjadi orang yang bersalah dalam setiap masalah yang terjadi di rumah ini. Kemudian Dania berbisik, “Mama sangat menyayangi Patricia sampai tidak sadar kalau perempuan itu adalah palsu. Aku juga punya seorang anak perempuan, jadi aku paham perasaan Mama.”“Apa kamu sudah mengantar semua anakmu kembali ke sekolah?” tanya Patricia. Patri
Felicia terlihat sangat penasaran. Hal ini membuat Dania juga semakin penasaran. Foto siapa itu?“Kakak, cepat masuk. Jangan sampai Mama menunggu terlalu lama,” desak Felicia sambil berbisik lalu bergegas pergi. Dania menarik napas dalam-dalam. Entah berkah atau hukuman yang akan didapatkannya kali ini, tapi sekarang dia tidak lagi bisa lari ke mana pun. Lagi pula, ibu mertuanya tidak akan mungkin menggigitnya. Dania berjalan masuk ke dalam ruangan dan menemukan ada banyak foto yang berserakan di atas lantai ruang kerja. Ibu mertuanya sedang duduk di kursi yang berada di balik meja sambil memakan permen manisan buah yang sepertinya dibelikan oleh Felicia. Patricia terus memakan permen itu tanpa memedulikan ekspresi menantunya. Kemudian dia berkata kepada Dania setelah selesai menyantap permennya, “Ambil semua foto yang ada di atas lantai.”“Baik, Ma,” ujar Dania langsung mematuhi perintah ibu mertuanya.Dia meletakkan tas tangannya di atas kursi lalu berlutut untuk mengambil foto-f
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma