“Mereka cuma menganggap aku sebagai mesin ATM. Mereka kira aku banyak uang, padahal sekarang aku cuma jadi sopir taksi online!”Suasana hati Roni jauh memburuk setelah Odelina menutup teleponnya, dan dia jadi terus mengomel ke Yenny tanpa henti. Dulu ketika Yenny masih bekerja sebagai sekretaris, dia juga merasakan hal yang sama. Yang jelas dia sudah memberikan separuh gajinya kepada orang tua, setelah itu mau seperti apa ibunya berkata, dia tetap tidak memberi lebih. Lama kelamaan, ibunya pun sudah tidak meminta lagi. Akan tetapi lama-lama Yenny kesal karena Roni terus mengomel. Seburuk-buruknya, tetap saja yang Roni bicarakan adalah orang tuanya sendiri.“Kamu jangan salahin mereka terus. Mereka sudah susah payah ngerawat aku sampai sekarang. Kalau kita menikah, kamu akan jadi menantu mereka. Apa salahnya kasih uang buat mereka berobat? Memangnya orang tua kamu nggak pernah minta uang sama kamu? Kakak kamu itu juga nggak tahu malu banget pula. Seumur-umur belum pernah aku ketemu oran
Yenny berlutut di lantai dan menutupi wajahnya yang sudah bercucuran air mata. Setelah menangis untuk waktu yang cukup lama, dia berdiri dan menyeka air matanya dengan tisu dan mulai melangkah ke depan. Untuk sementara waktu, dia masih belum mau cerai dengan Roni. Kalau dia cerai, dia tidak akan bisa menjalankan tugas yang diberikan oleh wanita misterius itu. Jika itu terjadi, bagaimana dengan keluarganya nanti?Roni adalah pria yang dia Yenny rampas dari orang lain. Kalau Yenny semudah itu berpisah dengan Roni, bukankah nanti dia yang akan jadi bahan tertawaan orang lain? Dalam hati Yenny berkata kepada dirinya sendiri untuk tidak gentar ataupun terlihat lemah. Dia harus bisa menangani keluarganya Roni dengan baik agar tidak menjadi sama seperti Odelina!Odelina tidak tahu tentang konflik antara Roni dengan Yenny. Dia paling tidak suka dengan nada bicara Roni, maka itu dia langsung menutup telepon. Dia sudah memberi tahu ukuran bajunya Russel. Kalau memang Roni benar-benar berniat mem
“Daniel …?”Daniel tidak berkedip satu kali pun menatap Odelina, bahkan ketika dipanggil olehnya. Ketika Daniel tersadar, barulah dia menjawab sambil tersenyum malu, “Mungkin karena setiap hari kita ketemu, aku baru sadar kayaknya kamu sudah kurusan jauh, ya. Kamu jadi kelihatan lebih cantik jauh, nggak kalah sama Cherly.”Ketika sudah terlanjur mengucapkannya, Daniel baru sadar betapa bodohnya dia membandingkan Odelina dengan Cherly.“Kamu bisa saja. Mukaku biasa-biasa saja, Cherly jauh lebih cantik.”“Odelina, Cherly itu … dia anak teman baiknya mamaku. Dia lagi datang ke Mambera untuk keperluan bisnis. Dia sekarang tinggalnya di rumahku. Mamaku memperlakukan dia sudah kayak anaknya sendiri. Kamu tahu sendiri aku ini empat bersaudara cowok semua. Mamaku nggak pernah punya anak cewek, padahal dia senang banget kalau bisa punya anak cewek. Nenek Sarah mau banget gendong cucu cewek, kalau mamaku senang banget anak cewek. Mereka berdua memang sama saja. Cherly lebih kecil dariku sedikit.
“Kamu benar-benar ngerasa aku cocok sama Cherly? Apa kamu nggak merasa Cherly mendekat karena jabatanku?”“Keluarganya Cherly juga punya perusahaan, bahkan dia sendiri diangkat jadi wakil CEO. Intinya dia sudah punya apa pun yang kamu punya, jadi mustahil kalau dia mengincar jabatan kamu. Justru kalian berdua bisa jadi sekutu yang kuat kalau bersatu.”Odelina menatap Daniel bagaikan sedang melihat monster. Dia sungguh tidak mengira Daniel akan bertanya seperti itu kepadanya. Yanti adalah orang yang memiliki standar tinggi. Gadis mana pun yang bisa disukai olehnya sudah pasti adalah orang yang cerdas.“Bukan. Maksudku, di antara semua cowok yang Cherly kenal, bisa dibilang aku yang paling mapan. Mungkin saja dia mau sama aku bukan karena rasa suka. Lihat saja bekas luka yang ada di mukaku ini, masa dia nggak takut?”“Nanti kalau kamu sudah jatuh cinta sama Cherly, aku berani jamin, tanpa harus dia minta pun kamu pasti langsung lari pontang-panting ke bedah plastik untuk hilangin bekas l
Kebetulan saat itu mobil yang Stefan naiki baru saja memasuki area rumahnya. Sebelum Stefan turun dari mobil, dia sudah mendengar suara tangisan Russel. Begitu mobilnya berhenti, dia langsung turun dan berlari ke arah Olivia.Saat itu Olivia dan kakaknya sedang sibuk membujuk Russel agar tidak menangis lagi. Ketika melihat Stefan pulang, Olivia langsung berkata kepada Russel, “Russel, lihat tuh Om Stefan sudah pulang. Dia bisa betulin sepeda kamu.”“Russel, nggak usah sedih, biar Om saja yang betulin sepeda kamu,” ujar Daniel menyambung perkataan Olivia.Ketika Stefan berjalan mendekati mereka, Russel langsung menjulurkan tangannya meminta digendong oleh Stefan. Kemudian dia bertanya kepada Stefan sambil menangis, “Om Stefan, sepedaku rusak. Om bisa betulin, nggak?”Stefan meminta Olivia mengambilkannya selembar tisu. Olivia mengambil selembar tisu dan memberikannya kepada Stefan, lalu Stefan mengelap air mata Russel dan berkata, “Om Daniel sudah bantu kamu betulin sepedanya. Tenang sa
“Kalau Russel belajar bela diri, nanti kamu bisa jadi lebih jago naik sepeda, lho. Russel mau?”“Mau!”Lantas Stefan menggendong Russel menghampiri seorang pria berpakaian hitam yang berdiri tak jauh dari sana. “Russel, Om sudah cariin kamu guru untuk ngajarin kamu bela diri. Kamu belajarnya yang serius, ya.”Spontan semua orang langsung menoleh ke arah pria asing tersebut.“Stefan pernah bilang mau cariin guru bela diri biar Russel jadi lebih kuat dan bisa jagain dirinya sendiri,” kata Olivia kepada kakaknya.“Wah, makasih banget, ya.”Odelina sungguh tersentuh dengan kebaikan Stefan terhadap Russel. Setelah apa yang terjadi di kebun binatang tempo hari, Stefan memang pernah bilang ingin Russel belajar bela diri. Odelina pun sependapat, bahwa yang namanya anak laki-laki setidaknya harus bisa melindungi dirinya sendiri.“Padahal tinggal kasih tahu aku saja. Biar aku sendiri yang ngajarin Russel bela diri,” kata Daniel.“Kerjaan kamu kan sudah sibuk banget. Aku mana enak ngerepotin kamu
Odelina segera meminta Russel untuk menyapa gurunya.“Halo, Pak Yandra,” sapa Russel dengan suaranya yang menggemaskan, dan Yandra menyahutnya singkat. Bakat Russel dalam bela diri memang biasa saja, tapi Yandra cukup menyukainya karena tampangnya sangat menggemaskan.“Silakan masuk ke dalam, Pak Yandra.”Stefan dan Olivia sama-sama mempersilakan Yandra masuk ke dalam, sementara Odelina menuntun Russel berjalan bersama dengan Daniel.“Odelina, siang nanti kamu mau ambil mobil, ya?” tanya Daniel.“Iya,” jawab Odelina.Wajah Odelina langsung berseri-seri ketika membahas soal mobil. Meskipun mobil yang dia beli bukan mobil mahal, itu adalah mobil pertama yang dia beli sendiri.“Kebetulan, siang nanti aku juga kosong. Biar aku temani kamu.”“Nggak usah, Daniel. Cuma ambil mobil saja, kok, habis itu langsung pulang. Lagian sudah ada Olivia juga yang pergi bareng aku.”“Oh, aku kira kamu perginya sendiri. Kalau ada Olivia yang menemani, aku nggak ganggu, deh. Pertama kali bawa mobil kamu har
Itu berarti, sisanya tinggal tergantung kepada kemampuannya sendiri untuk merebut hati Daniel.Pelayan datang membawakan sebuah teh hangat. Cherly mengambil cangkir teh tersebut dan menyesapnya dengan gerakan nan anggun dan gemulai.Olivia membuka salah satu kotak camilan yang Cherly bawa dan mencicipinya. Merasa rasanya cukup enak, dia juga menawarkan yang lain untuk mencoba. Stefan tidak suka dengan makanan manis, begitu pun dengan Daniel, tapi Daniel tetap memakannya agar orang yang membuatnya tidak tersinggung. Setelah mencicipi camilan buatan Cherly, ternyata rasanya enak juga. Rasanya pas dan tidak terlalu manis, maka Daniel pun mengambil satu lagi. Cherly terlihat begitu senang Daniel suka dengan camilan buatannya. Meskipun kedatangannya ini untuk memberikan camilan untuk Olivia, semua orang yang ada di sana, terkecuali Yandra dan Russel sudah tahu kalau Cherly tertarik dengan Daniel.Stefan dan Daniel adalah teman baik. Cherly menyukai Daniel. Jika Cherly berhasil mendapatkan h
Jhon merasa dia sering ditinggal sendirian di rumah, menunggu istrinya pulang sambil menjaga anaknya yang suka menangis. Dalam perjalanan jauh kali ini, entah kapan Kellin baru bisa kembali.Jhon tahu Kellin pergi kali ini untuk menjadi dokter pribadi Setya, menjaga dan melindungi nyawa Setya. Tetua lainnya juga ikut, Jhon pun tidak bisa berkata apa-apa.“Setelah Kakek Setya kembali ke rumah keluarga Sanjaya, aku akan pulang.”Kellin melingkarkan satu tangannya di lengan Jhon dan berkata, “Saat aku nggak di rumah, kamu habiskan lebih banyak waktu dengan anak kita. Kalau dipikir-pikir kasihan juga dia. Mamanya sering tinggalkan dia. Dia lahir dengan sendok perak di mulutnya, tapi dia hanya diasuh oleh pengasuh. Kamu juga sibuk, hanya bisa temani dia di malam hari.”“Kasihan apanya? Begitu lahir dia sudah menang dari banyak orang. Dia sangat bahagia,” kata Jhon. “Ada Guru yang asuh dia, dia bahkan nggak tahu aku siapa. Dia nggak butuh ditemani papanya ini lagi. Guru akan bawa dia tidur.”
“Ada yang perlu aku bawa kembali ke sana?” tanya Kellin pada Olivia.Olivia menggelengkan kepala. “Aku baru datang ke sini hari ini. Nggak ada yang perlu dibawa pulang.”Setelah Russel datang menjemputnya dan Russel, Olivia akan beli beberapa oleh-oleh untuk mertuanya.“Iya juga, ya. Kamu baru datang hari ini. Oke, aku sudah selesai kemas-kemas. Ayo kita turun ke bawah untuk makan. Habis makan, aku akan berangkat,” kata Kellin.Mulan juga berkata kepada Olivia, “Ayo kita turun. Jhon sendiri yang masak. Kita numpang makan di sini saja.”Semua orang di keluarga Junaidi sangat baik. Mereka sering berkumpul dan makan bersama. Tidak peduli pergi rumah siapa, mereka tidak perlu khawatir akan kelaparan. Suasana ini sama seperti di keluarga Adhitama.“Dia bukan koki yang hebat. Biar dia yang masak, paling dia hanya bisa masak beberapa masakan rumahan. Nggak ada masakan baru,” ujar Kellin.“Semua yang dia masak adalah makanan kesukaan kamu. Tentu saja dia nggak bisa buat masakan baru. Kalau dia
Tidak peduli seberapa baik hubungan Olivia dengan Rosalina, juga tidak melampaui kedekatan Olivia dan Junia. Dia tahu segalanya tentang Junia, bahkan hal terkecil sekalipun. Bagaimanapun juga, mereka sudah berteman selama lebih dari sepuluh tahun, sudah seperti saudara kandung.“Iya, aku tahu. Guruku juga sudah periksa Rosalina. Nggak tahu guruku kasih dia obat atau nggak. Aku nggak tanya guruku. Nggak apa-apa, aku akan kasih dia obat lagi sesuai dosis yang aku berikan terakhir kali.”Penglihatan Rosalina sudah hampir pulih. Namun, butuh waktu untuk menghilangkan sepenuhnya hawa dingin di tubuhnya. Setiap kali Kellin menyiapkan obat untuk Rosalina, dia akan merasa kasihan pada Rosalina. Ibunya Rosalina benar-benar kejam. Sekalipun dia tidak mencintai mantan suaminya, Rosalina tetaplah anak kandungnya, darah daging yang dikandungnya selama sepuluh bulan. Dengar-dengar Rosalina sangat mirip dengan ibunya. Sedangkan Giselle tidak begitu mirip ibunya.Namun, sang ibu tidak menyukai Rosali
Hari berlalu dengan cepat. Dalam sekejap mata, hari sudah malam. Olivia hanya beristirahat sebentar pada siang hari. Sore harinya, dia jadi pengikut Kellin. Dia melihat Kellin mengemas barang. Kellin memasukkan banyak obat yang Olivia tidak tahu namanya ke dalam koper. Semakin lama melihatnya, Olivia merasa semakin tegang.“Ini obat yang selalu aku bawa saat bepergian. Sudah terbiasa bawa. Kamu nggak usah pikir yang macam-macam,” jelas Kellin.“Selain itu, aku harus bawa semua obat-obat yang setiap hari diminum Kakek Setya. Obatnya sudah hampir habis.”Olivia mengatupkan bibir dan tidak bicara. Kellin berdiri dan menepuk bahu Olivia, lalu berkata, “Kalau kamu benar-benar khawatir, kamu ikut saja aku ke sana.”“Kellin.” Mulan memanggil nama Kellin.Olivia memang berada di sini, tapi pikirannya sudah terbang ke Kota Cianter. Bisa-bisanya Kellin bilang akan bawa Olivia ke sana. Membawa Olivia ke sana hanya akan membuat perhatian Stefan dan yang lainnya terbagi, rencana mudah menjadi kacau
“Tepat sekali. Dia belajar dari teman-temannya,” kata Olivia.“Tante.”“Mama.”Liam dan Russel sedang berlari mendekat dan memanggil Olivia dan Mulan secara bersamaan.“Liam, dari mana kamu dapatkan kincir angin?” tanya Mulan yang jelas-jelas sudah tahu.“Russel yang kasih. Ma, lihat kincir anginku bagus, nggak? Seru sekali. Hari ini anginnya kuat, cocok untuk main kincir angin. Coba ada layang-layang.”Liam sangat senang ketika menerima hadiah dari Russel. Dia pun berkata dengan tidak sabar kepada Mulan, “Ma, Russel kasih aku banyak banget mainan. Ada mainan, ada makanan, juga ada buku.”Mulan membelai kepala Liam dan bertanya, “Kamu sudah bilang terima kasih pada Russel? Kamu sudah kasih hadiah yang kamu siapkan untuk Russel?”“Aku sudah bilang terima kasih kepada Russel. Aku juga sudah kasih hadiahku ke Russel. Russel sangat suka,” jawab Liam.“Tante Mulan, aku sangat suka hadiah dari Liam,” ujar Russel ikut menimpali.Hadiah yang diberikan Liam adalah barang-barang yang tidak bisa
“Anak-anak nggak perlu takut gemuk. Aktif dan banyak olahraga, berat badan cepat turun. Liam juga sempat jadi gemuk, tapi hanya sebentar saja sudah turun berat badannya. Apalagi Russel latihan bela diri. Selama dia nggak makan berlebihan, berat badannya nggak akan naik.”“Olivia, Kellin benar. Mereka suka keramaian. Sekalipun aku nggak ajak mereka, mereka juga akan pergi sendiri. Kamu nggak perlu merasa utang budi terlalu banyak padaku.”Mulan menghibur Olivia dan berkata kepadanya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan situasi di Kota Cianter. Olivia juga tidak perlu merasa berutang budi pada Mulan hanya karena Mulan meminta kakak dan kakak iparnya pergi ke Kota Cianter. Dia hanya memberi kesempatan kepada kakak dan kakak iparnya pergi bersenang-senang.“Iya, aku nggak khawatir. Aku akan tunggu kakakku pulang dan rayakan Tahun Baru bersama,” kata Olivia sambil menganggukkan kepala.Dulu Stefan sengaja membawa Olivia ke sini agar dia bisa berteman dengan Mulan dan yang lainnya. Sekarang O
Setelah dua tahun mengembangkan diri, Odelina telah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan memiliki aura seperti tantenya.Untuk sejenak, Mulan tidak tahu harus berkata apa. Olivia menoleh ke arah Kellin dan bertanya, “Kellin, kamu kapan berangkat ke Kota Mambera? Malam ini atau besok?”“Malam ini. Kakek Setya sudah nggak sabar. Dia sudah menunggu datangnya hari ini selama puluhan tahun. Itu yang buat dia bisa bertahan hidup sampai saat ini.” Usai berkata, Kellin tersenyum dan bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku mau ke sana?”“Gurumu sudah pulang. Dia nggak mungkin bisa langsung pergi. Sedangkan Kakek Setya sudah tua, punya banyak penyakit bawaan. Dia nggak bisa jauh-jauh dari dokter. Gurumu nggak ikut, berarti kamu yang ikut. Tanpa bertanya pun semua orang bisa tebak. Yang lain bilang besok pamit mau pulang. Sebenarnya mereka pergi ke Kota Cianter.”Tidak seorang pun yang memberitahu Olivia tentang hal itu. Dia menebak dan menganalisis semuanya sendiri.“Olivia, kamu benar-benar pint
Kellin telah “diberi pelajaran” oleh gurunya. Dia berjanji kepada gurunya kalau dia tidak akan menggigit Tiano lagi. Masala akhirnya baru selesai. Saat Tiano kembali ke pelukan ibunya, anak itu tersenyum lebar pada ibunya, yang membuat hati Kellin langsung meleleh.Tidak heran kalau sang guru melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada Tiano. Sungguh, anak itu sangat menggemaskan. Keluarga Junaidi telah menyiapkan makan siang. Setelah duduk sebentar, semua orang masuk ke ruang makan untuk makan bersama.Selesai makan, Mulan dan Kellin menemani Olivia jalan-jalan di halaman untuk membantu pencernaan makanan. Olivia kuat makan, tapi selesai makan dia merasa perutnya kembung, perlu jalan-jalan sebentar. Setelah makanan tercerna, dia ingin makan lagi.“Di usia kandung segini, janin dalam tahap perkembangan pesat, butuh banyak nutrisi. Makanya kamu jadi cepat lapar. Semua ibu hamil seperti itu. Sering makan tapi dalam porsi kecil. Waktu itu aku makan lebih banyak dari kamu. Setelah melahirka
Russel dengan percaya diri berkata, "Aku ini sangat imut, jadi aku tahu semua orang pasti merindukanku!" "Anak ini makin lama makin narsis," kata Olivia sambil meledek keponakannya. Mulan tertawa dan mengambil putranya dari pelukan ibu mertuanya. "Russel nggak salah. Dia dan Liam memang sebanding." Ucapannya memiliki dua makna. Kedua anak kecil itu memang sama-sama pintar dan menggemaskan, tetapi mereka juga sama-sama nakal."Terutama Liam. Mulan merasa anak angkatnya ini makin dewasa sejak kembali kali ini. Dia masih kecil, tetapi pikirannya sudah sangat matang. Dengan beberapa guru yang tidak peduli norma duniawi mendidiknya, mereka pun tidak bisa menilai Liam dengan standar umum. "Aku dan Liam adalah teman baik, saudara seperjuangan. Om bilang, sejak kecil kami selalu bermain bersama, jadi kami ini sahabat sejati dan saudara sehidup semati," kata Russel dengan bangga. Liam dan Russel duduk di samping Kellin karena dia sedang menggendong Audrey. Para orang dewasa di ruangan itu