“Sayang, aku dandanin kamu.”Tanpa berpikir panjang Olivia langsung menolak permintaan lelaki itu.“Aku masih mau ketemu orang-orang!”Satu penolakan Olivia membuat Stefan tidak bisa berkata apa pun lagi. Respons lelaki itu membuat Olivia terbahak dan bertanya, “Memangnya kamu bisa? Jangan-jangan kamu malah buat aku seperti badut. Dengan begitu nggak akan ada orang yang mau melihatku.”“Aku memang belum pernah mendandani perempuan, tapi aku juga nggak akan dandanin kamu jadi badut buat ditertawakan orang-orang.”“Nggak apa-ap, aku nggak percaya denganmu. Biar aku sendiri saja dan kamu siap-siap.”Stefan tidak ingin pergi dan menjawab, “Nggak ada yang perlu aku persiapkan. Aku hanya perlu ganti jas, pasang sepatu dan kamu pasangin dasi. Selesai!”Lelaki itu tidak perlu mengenakan bedak karena sudah terlahir tampan. Seorang Stefan tidak akan mungkin dandan dan mengenakan bedak.“Kita nggak perlu buru-buru, nggak perlu tepat waktu. Yang penting hadir saja.”Selama ini, Stefan selalu tela
Olivia tidak tahan lelaki itu yang terus berceramah di sampingnya.“Sayang, kamu galak sama aku. Kamu nggak suka sama aku lagi.”Olivia ingin sekali menendang lelaki itu .“Kalau kamu masih nggak keluar, malam ini aku tidur di ruang tamu.”Stefan bergegas berbalik pergi sambil bergumam, “Istriku nggak mau sama aku. Dia sudah nggak mau sama aku lagi.”Olivia dibuat tidak tahu harus berkata apa karena lelaki itu. Semua miliknya sudah diserahkan pada lelaki itu. Apa yang harus Stefan khawatirkan?Dua menit kemudian, Stefan sudah duduk di hadapan kedua orang tuanya. Dia melihat ayahnya yang mengenakan setelan jas putih sambil berkata, “Pa, Papa sudah tua, kenapa masih pakai jas putih? Mau menyaingi anak Papa ini?”“Kenapa aroma persaingan begitu kuat? Memangnya Papa sudah tua sekali? Papa merawat diri Papa dengan sangat baik. Mama kamu bilang kalau kita bersebelahan akan terlihat seperti saudara, bukan ayah dan anak. Mama kamu bilang Papa ganteng kalau pakai jas putih, mirip pangeran di ne
“Iya, istriku memang hebat.”Handi membuka mulutnya tanpa tahu harus berkata apa. Saat keduanya saling bertatapan penuh permusuhan. Dua orang perempuan yang paling dikagumi seantero Mambera tampak menuruni tangga.Olivia mengenakan kalung berlian yang langsung dikenali oleh Stefan bahwa bukan pemberian lelaki itu. Tanpa bertanya dia langsung tahu kalau kalung tersebut pemberian ibunya. Dewi naik dan melihat menantunya tengah berdandan karena ingin memberikan kalung yang dia simpan dalam tas untuk Olivia.Dewi berkata jika perhiasan tersebut terlalu berlebihan dan tidak pantas untuk usianya. Lebih cocok jika digunakan oleh Olivia. Dewi terlahir dari keluarga kaya dan sejak kecil sudah menerima banyak sekali perhiasan mahal. Setelah menikah dengan Handi, dia disayang oleh lelaki itu dan menerima lebih banyak perhiasan mahal dari suami.Ditambah lagi saat dia melahirkan Stefan, mertuanya memberikan perhiasan dengan harga selangit sebagai hadiah. Dewi tidak memiliki anak perempuan, sehingg
Mambera Hotel tidak membuka untuk umum di siang hari. Ruangan di dalam hotel sudah didekor dengan indah. Saat langit sudah gelap, beberapa pebisnis senior sudah hadir di sana. Beberapa dari mereka menganggap dengan datang lebih awal maka akan ada kesempatan untuk berbincang dengan keluarga Kusuma lebih lama. Alangkah baiknya lagi jika bisa bertemu dengan Chandra.Jika datang terlambat, terlalu banyak orang dan akan ada banyak pebisnis penting. Pebisnis kecil seperti mereka akan tersingkirkan.Dari pengalaman yang lalu, Stefan pasti akan datang paling akhir. Jika ada lelaki itu, maka Aksa akan absen. Malam ini banyak yang menebak apakah kedua CEO terhebat di Mambera tersebut bisa hadir secara bersama?Apakah Olivia akan datang bersama dengan Stefan? Akhir-akhir ini Olivia kerap berseliweran di kalangan sosialita. Akan tetapi yang membawanya adalah Yuna. Oleh karena itu, ada banyak sekali gosip miring yang mengira hubungan Olivia dan Dewi tidak harmonis. Mereka tidak pernah datang ke seb
Tok! Tok!Suara ketukan pintu diikuti dengan suara Johan yang berasal dari luar bertanya, “Sayang, kalian sudah selesai? Cepetan karena kita sudah hampir terlambat.”Sinta tidak menyiksa Rosalina lagi karena tujuannya malam ini adalah untuk menjual gadis itu. Jika keadaan Rosalina menjadi berantakan, maka orang lain akan menolak dan mereka tidak bisa mendapatkan harga jual yang tinggi.“Sudah,” sahut Sinta dan kemudian berkata pada Rosalina, “Buruan keluar!”Rosalina meraba tongkatnya dan hendak melangkah. Mendadak tangannya menggapai udara karena tongkatnya sudah direbut oleh Sinta. Perempuan tua itu membuangnya dan berkata, “Jangan bawa tongkat kalau mau datang ke acara!”“Ikuti langkah saya!”Sinta tahu kalau putrinya ini bisa mengikuti langkah seseorang hanya dengan mendengar langkah kaki orang atau suara orang berbicara. Rosalina terdiam sesaat dan mengikuti langkah Sinta yang keluar dari kamar dalam diam.Johan sudah menunggu di depan pintu dengan raut tidak sabar. Matanya berbin
Dia hanya bicara dengan manusia saja dan tidak akan memedulikan sesuatu diluar manusia.Johan membawa Sinta turun ke ruang utama. Mobil mereka berdua sudah disiapkan, ditambah dengan sebuah mobil anak buahnya.“Sayang, kalau Stefan bawa istrinya datang, kamu harus tahan emosi. Kamu harus jalin hubungan baik dengan istrinya. Rendahkan ego kamu dan lihat apakah Olivia bisa melupakan kejadian yang lalu. Kalau memang nggak bisa, baru kita gunakan Rosalina.”“Memangnya kita kurang merendahkan diri kita? Dari awal kita juga sudah mencoba merendahkan diri kita dan mengucapkan permintaan maaf, tapi hasilnya apa? Stefan tetap menutup mata karena dia memang orang yang seperti itu. Olivia yang paling keterlaluan!”“Langsung main lapor polisi dan gugat orang lain. Nggak ada hati nurani sama sekali! Giselle masih kecil, untuk apa dia perhitungan dengan anak kecil? Memangnya dia nggak mau berteman baik dengan ibu-ibu sosialita seperti kami? Nggak menghargai aku sama sekali!”“Orang seperti itu nggak
Johan bukannya tidak ingin besanan dengan keluarga Adhitama, dia hanya tidak ada keberuntungan itu. Olivia bisa dengan mudahnya masuk dan menduduki posisi paling tinggi, tetapi bagi orang lain yang sudah berusaha keras justru berakhir sia-sia.“Kalau begitu, bagaimana dengan Aldi?”Johan melirik istrinya dan berkata, “Kamu itu hanya memikirkan mau menikahkan putrimu dengan orang kaya saja, tapi kamu lupa kalau Olivia itu keponakannya Yuna? Kamu mau putri kita jadi menantunya Yuna, apa kamu yakin Giselle nggak akan menderita?”Sinta terdiam seketika. Dia melupakan hal itu.“Giselle masih kecil dan nggak buru-buru, dia bisa pilih-pilih dulu. Yang paling penting adalah mengeluarkan dia dan cari orang dari keluarga Adhitama yang bisa bantu. Minta sama Olivia untuk cabut gugatannya.”Johan merasa selama posisi Olivia di keluarga Adhitama tidak bisa digoyahkan, putri kesayangannya tidak akan bisa menikah dengan orang kaya di Mambera. Lelaki itu mulai mencari sasaran pada pemuda kaya dari kot
Meski banyak sekali jenis gaun pesta yang sejenis, tetapi yang namanya lelaki tidak akan suka. Wanitanya ingin mereka jaga untuk mereka seorang saja dan tidak boleh dibagi meski hanya bahu saja.“Malam ini Bu Rosalina sangat cantik,” puji Calvin. Dia menarik kembali tatapannya dan berkata pada Johan dan Sinta, “Pak Johan, Bu Sinta, saya pamit karena ada orang yang dikenal. Kalian masuk saja, di dalam sudah ada banyak tamu.”“Silakan,” ujar Johan dengan santun.Tatapan Calvin ketika melihat Rosalina tadi tidak luput dari pandangan Johan. Ada sorot kagum di mata lelaki itu, sayangnya Calvin hanya melirik sekilas. Terlihat sekali dia tidak terpesona pada Rosalina.Awalnya Johan berpikir Rosalina bisa berhasil menaklukkan Calvin. Dengan begitu dia akan menyerahkan perempuan itu pada Calvin. Otomatis lelaki itu akan membantu Giselle dengan membujuk Olivia sehingga kakak iparnya itu bisa melepaskan Giselle.Sayangnya sosok Rosalina yang begitu cantik tidak mampu menaklukkan hati Calvin. Mere
Hari berlalu dengan cepat. Dalam sekejap mata, hari sudah malam. Olivia hanya beristirahat sebentar pada siang hari. Sore harinya, dia jadi pengikut Kellin. Dia melihat Kellin mengemas barang. Kellin memasukkan banyak obat yang Olivia tidak tahu namanya ke dalam koper. Semakin lama melihatnya, Olivia merasa semakin tegang.“Ini obat yang selalu aku bawa saat bepergian. Sudah terbiasa bawa. Kamu nggak usah pikir yang macam-macam,” jelas Kellin.“Selain itu, aku harus bawa semua obat-obat yang setiap hari diminum Kakek Setya. Obatnya sudah hampir habis.”Olivia mengatupkan bibir dan tidak bicara. Kellin berdiri dan menepuk bahu Olivia, lalu berkata, “Kalau kamu benar-benar khawatir, kamu ikut saja aku ke sana.”“Kellin.” Mulan memanggil nama Kellin.Olivia memang berada di sini, tapi pikirannya sudah terbang ke Kota Cianter. Bisa-bisanya Kellin bilang akan bawa Olivia ke sana. Membawa Olivia ke sana hanya akan membuat perhatian Stefan dan yang lainnya terbagi, rencana mudah menjadi kacau
“Tepat sekali. Dia belajar dari teman-temannya,” kata Olivia.“Tante.”“Mama.”Liam dan Russel sedang berlari mendekat dan memanggil Olivia dan Mulan secara bersamaan.“Liam, dari mana kamu dapatkan kincir angin?” tanya Mulan yang jelas-jelas sudah tahu.“Russel yang kasih. Ma, lihat kincir anginku bagus, nggak? Seru sekali. Hari ini anginnya kuat, cocok untuk main kincir angin. Coba ada layang-layang.”Liam sangat senang ketika menerima hadiah dari Russel. Dia pun berkata dengan tidak sabar kepada Mulan, “Ma, Russel kasih aku banyak banget mainan. Ada mainan, ada makanan, juga ada buku.”Mulan membelai kepala Liam dan bertanya, “Kamu sudah bilang terima kasih pada Russel? Kamu sudah kasih hadiah yang kamu siapkan untuk Russel?”“Aku sudah bilang terima kasih kepada Russel. Aku juga sudah kasih hadiahku ke Russel. Russel sangat suka,” jawab Liam.“Tante Mulan, aku sangat suka hadiah dari Liam,” ujar Russel ikut menimpali.Hadiah yang diberikan Liam adalah barang-barang yang tidak bisa
“Anak-anak nggak perlu takut gemuk. Aktif dan banyak olahraga, berat badan cepat turun. Liam juga sempat jadi gemuk, tapi hanya sebentar saja sudah turun berat badannya. Apalagi Russel latihan bela diri. Selama dia nggak makan berlebihan, berat badannya nggak akan naik.”“Olivia, Kellin benar. Mereka suka keramaian. Sekalipun aku nggak ajak mereka, mereka juga akan pergi sendiri. Kamu nggak perlu merasa utang budi terlalu banyak padaku.”Mulan menghibur Olivia dan berkata kepadanya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan situasi di Kota Cianter. Olivia juga tidak perlu merasa berutang budi pada Mulan hanya karena Mulan meminta kakak dan kakak iparnya pergi ke Kota Cianter. Dia hanya memberi kesempatan kepada kakak dan kakak iparnya pergi bersenang-senang.“Iya, aku nggak khawatir. Aku akan tunggu kakakku pulang dan rayakan Tahun Baru bersama,” kata Olivia sambil menganggukkan kepala.Dulu Stefan sengaja membawa Olivia ke sini agar dia bisa berteman dengan Mulan dan yang lainnya. Sekarang O
Setelah dua tahun mengembangkan diri, Odelina telah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan memiliki aura seperti tantenya.Untuk sejenak, Mulan tidak tahu harus berkata apa. Olivia menoleh ke arah Kellin dan bertanya, “Kellin, kamu kapan berangkat ke Kota Mambera? Malam ini atau besok?”“Malam ini. Kakek Setya sudah nggak sabar. Dia sudah menunggu datangnya hari ini selama puluhan tahun. Itu yang buat dia bisa bertahan hidup sampai saat ini.” Usai berkata, Kellin tersenyum dan bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku mau ke sana?”“Gurumu sudah pulang. Dia nggak mungkin bisa langsung pergi. Sedangkan Kakek Setya sudah tua, punya banyak penyakit bawaan. Dia nggak bisa jauh-jauh dari dokter. Gurumu nggak ikut, berarti kamu yang ikut. Tanpa bertanya pun semua orang bisa tebak. Yang lain bilang besok pamit mau pulang. Sebenarnya mereka pergi ke Kota Cianter.”Tidak seorang pun yang memberitahu Olivia tentang hal itu. Dia menebak dan menganalisis semuanya sendiri.“Olivia, kamu benar-benar pint
Kellin telah “diberi pelajaran” oleh gurunya. Dia berjanji kepada gurunya kalau dia tidak akan menggigit Tiano lagi. Masala akhirnya baru selesai. Saat Tiano kembali ke pelukan ibunya, anak itu tersenyum lebar pada ibunya, yang membuat hati Kellin langsung meleleh.Tidak heran kalau sang guru melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada Tiano. Sungguh, anak itu sangat menggemaskan. Keluarga Junaidi telah menyiapkan makan siang. Setelah duduk sebentar, semua orang masuk ke ruang makan untuk makan bersama.Selesai makan, Mulan dan Kellin menemani Olivia jalan-jalan di halaman untuk membantu pencernaan makanan. Olivia kuat makan, tapi selesai makan dia merasa perutnya kembung, perlu jalan-jalan sebentar. Setelah makanan tercerna, dia ingin makan lagi.“Di usia kandung segini, janin dalam tahap perkembangan pesat, butuh banyak nutrisi. Makanya kamu jadi cepat lapar. Semua ibu hamil seperti itu. Sering makan tapi dalam porsi kecil. Waktu itu aku makan lebih banyak dari kamu. Setelah melahirka
Russel dengan percaya diri berkata, "Aku ini sangat imut, jadi aku tahu semua orang pasti merindukanku!" "Anak ini makin lama makin narsis," kata Olivia sambil meledek keponakannya. Mulan tertawa dan mengambil putranya dari pelukan ibu mertuanya. "Russel nggak salah. Dia dan Liam memang sebanding." Ucapannya memiliki dua makna. Kedua anak kecil itu memang sama-sama pintar dan menggemaskan, tetapi mereka juga sama-sama nakal."Terutama Liam. Mulan merasa anak angkatnya ini makin dewasa sejak kembali kali ini. Dia masih kecil, tetapi pikirannya sudah sangat matang. Dengan beberapa guru yang tidak peduli norma duniawi mendidiknya, mereka pun tidak bisa menilai Liam dengan standar umum. "Aku dan Liam adalah teman baik, saudara seperjuangan. Om bilang, sejak kecil kami selalu bermain bersama, jadi kami ini sahabat sejati dan saudara sehidup semati," kata Russel dengan bangga. Liam dan Russel duduk di samping Kellin karena dia sedang menggendong Audrey. Para orang dewasa di ruangan itu
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan