“Apa kamu sudah bisa melihat sedikit-sedikit?” Calvin duduk di sebelah Rosalina.Jika Rosalina tidak bisa melihat, dia seharusnya tidak bisa mengambil kembali kacamata hitamnya dengan akurat.“Pak Calvin duduk di sebelahku, jadi aku bisa mencium aroma Bapak dan mengira-ngira jarak kita berdua. Makanya aku jadi bisa mengambil kembali kacamataku dengan mudah. Aku sih berharapnya aku bisa melihat sedikit-sedikit, tapi sayangnya nggak bisa.”Dunianya masih gelap.“Kamu sangat cantik tanpa kacamata hitam.” Calvin memuji penampilan wanita itu.“Menurut Pak Calvin mamaku ingin melakukan dengan kecantikanku?”“Kamu juga sudah bisa mengira-ngira, ‘kan? Memang enak kalau ngobrol dengan orang cerdas, nggak perlu aku bilang juga sudah paham. Kamu bisa memahami maksud dari perkataanku.”Wanita ini adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. IQ-nya tidak mungkin rendah.Meskipun neneknya tidak peduli dengan latar belakang saat memilih calon istrinya, neneknya masih peduli dengan OQ. Takutnya
Adik laki-lakinya juga sangat protektif terhadapnya, tapi adiknya itu hanya bisa melindunginya selama beberapa tahun. Agar adik laki-lakinya tidak melindunginya, ibunya dengan kejam mengirim adik laki-lakinya ke sekolah yang mengharuskan mereka menginap di asrama sekolah.Ibunya selalu “menyingkirkan” orang-orang yang baik padanya.“Bukannya Pak Calvin bilang buket bunga ini untuk tunangan Bapak?”Calvin tersenyum dan berkata, “Apa kamu pernah dengar tentang pertunanganku? Nggak pernah, ‘kan? Itu hanya alasan yang aku cari untuk membohongi mamamu.”Meski Rosalina tidak bisa melihat, dia juga mengikuti gosip-gosip tentang keluarga terkaya di Mambera, yaitu keluarga Adhitama.Dia memang tidak pernah mendengar kalau putra kedua keluarga Adhitama sudah bertunangan.Yang dia tahu hanyalah putra pertama mereka sudah menikah, dan wanita itu adalah Olivia.Setelah Olivia membantunya, Stefan bahkan memberi tahu ayah tirinya bahwa Olivia dan dirinya begitu kenal langsung cocok menjadi teman. Jad
Tidak ada seorang pun di keluarganya yang memberikan tekanan pada Olivia.Yuna adalah bibi Olivia, seharusnya lebih menyayangi Olivia.“Tante juga nggak mendesakku untuk cepat punya anak. Dia hanya bertanya saja. Kita sudah beberapa bulan berhubungan suami istri, tapi aku masih belum hamil. Jadi, wajar saja kalau Tante menanyakannya.”Olivia mengulurkan tangannya untuk mencubit wajah Stefan dengan lembut, membelai alis pria itu, dan berkata kepadanya, “Jangan muka masam seperti itu. Jangan mengerutkan kening juga. Menakutkan sekali. Istrimu ini penakut, bisa ketakutan dibuat kamu.”“Kamu kalau menakuti orang di dalam kegelapan saja nggak perlu riasan wajah.”Stefan terhibur dengan kata-kata istrinya, menjentikkan jarinya di kening wanita itu dan berkata, “Memangnya kamu pernah melihat hantu setampan aku? Kalau kamu penakut, nggak ada orang pemberani lagi di dunia ini.”“Oke, aku nggak marah. Yang jelas, urusan anak adalah urusan kita berdua. Orang lain nggak boleh ikut campur. Papa mam
Olivia berkata, “Menurutku juga begitu, tapi masih terlalu awal untuk mengatakannya. Coba kita lihat saja dulu. Menurutku, Amelia juga menyukai Jonas. Selama mereka saling menyukai, Tante pasti akan menyetujuinya.”Amelia adalah orang yang berani mengejar cinta.Ketika Amelia masih mencintai Stefan, dia masih mengejar Stefan dengan berani, meskipun pria ini tidak menyukainya.Kalau dia suka pada Jonas, dia pasti akan mengusahakan agar mereka mendapatkan persetujuan dari keluarganya.“Sayang, jangan mengkhawatirkan mereka. Mereka bukan orang lemah. Mereka bisa menangani urusan mereka sendiri. Sudah malam. Ayo istirahat.”Stefan menunduk dan mencium kening Olivia, lalu berbisik di telinganya. “Aku akan lebih menahan diri kedepannya, agar kamu juga bisa istirahat. Malam ini, aku hanya akan memelukmu sambil tidur dan nggak akan menyentuhmu.”Olivia menatapnya, lalu membalas ciumannya.Lalu, mereka pun tidur sambil berpelukan.Olivia selalu cepat terlelap.Dalam beberapa menit, dia sudah te
Stefan berkata dengan lembut, “Aku juga orang yang terbiasa dengan kehidupan malam. Dulu, biasanya aku belum pulang ke rumah di jam segini.”Setelah menikah, dia baru menjalani kehidupan normal. Jam istirahatnya baru menyesuaikan normal lagi.“Silakan duduk.”Bram mempersilakan Stefan duduk. “Mau minum wine? Wine koleksiku.”Ada sebotol anggur dan dua gelas untuk minum wine di atas meja tamu itu. Di dalam gelasnya sudah ada wine. Mungkin mereka berdua sudah minum tadi.Stefan menolak, “Terima kasih, Pak Bram. Istriku nggak suka aku minum alkohol, karena baunya terlalu kuat. Aku juga sudah jarang minum alkohol saat makan dengan klien sekarang.”Bram terdiam sesaat, lalu tertawa terbahak-bahak.“Reiki bilang kekuatan cinta itu hebat dan sudah mengubahmu. Sekarang aku percaya kata-katanya. Kamu memang telah banyak berubah.”Stefan tidak tahu berapa banyak minuman beralkohol yang sudah dia minum di masa lalu.Stefan melirik Reiki, tersenyum, dan berkata, “Reiki juga nggak banyak minum seka
Setelah membacanya tiga kali, Stefan merapikan kembali semua dokumen yang ada seperti semula, lalu memasukkannya kembali ke dalam folder dokumen, lalu menyerahkannya kembali pada Bram dan mengucapkan terima kasih.“Aku nggak menyangka si Yenny ternyata dimanfaatkan oleh mereka,” kata Stefan dengan dingin.“Kakakku merasa ada yang nggak beres, lalu bilang padaku. Aku baru curiga setelah itu. Memang ada yang nggak beres. Wanita itu nggak pernah mau Roni bertemu dengan Russel dulu, tapi sekarang menemani Roni datang, bahkan ingin mendekati Russel.”Mereka semua mencurigai pasangan dari keluarga Siahaan dan mencurigai orang-orang yang pernah ada masalah dengan Stefan, tapi tidak pernah menyangka Yenny akan diperalat.Keluarga Pamungkas adalah keluarga Russel, jadi orang-orang tidak akan curiga apabila mereka mendekati Russel.“Mereka ingin balas dendam pada istrimu, bukan kamu. Tapi, kamu bisa mengatur pengawal untuk melindungi istrimu. Istrimu juga bisa bela diri. Karena identitas dan kek
“Mau setengah tahun saja?”“Mau, mau. Kalau gitu setengah tahun saja.”Bram berkata sambil tersenyum, “Aku lihat kamu mau langsung mau ambil cuti hamil. Pak Stefan, nggak usah ladeni dia, kasih saja cuti dua bulan, jangan lebih. Setelah dua bulan, kalau dia nggak kembali kerja, bilang padaku. Aku akan mengantarnya sendiri.”“Kak, aku ini adikmu.”“Adikku saja nggak bisa gitu, apalagi adik sepupu.”Reiki berkata, “... Nggak seru.”Dia sebenarnya juga bercanda. Cuti nikah selama dua bulan sudah cukup.Lagi pula, proyek yang diinvestasikan Junia dan Olivia juga sedang berjalan lancar. Junia terus memikirkan proyek itu, ingin menghasilkan banyak uang.Bram menghabiskan wine yang ada di gelas dan berkata pada Stefan, “Pak Stefan, ini sudah larut. Pulanglah dan beristirahat.”Stefan berdiri, mengucapkan terima kasih lagi pada Bram, lalu berjalan keluar rumah utama dengan ditemani Reiki.Beberapa menit kemudian, mobil-mobil yang mengiringinya Stefan melaju keluar dari rumah keluarga Ardaba.M
“Oke.”Adiknya ingin makan mie kuah dengan jeroan, jadi Odelina pun memasak dua mangkok mie kuah dengan jeroan.Dia tidak suka ketumbar, jadi hanya mangkuk adiknya yang diberikan ketumbar.“Mienya sudah siap.”Odelina memanggil adiknya untuk datang dan menyajikan mie yang sudah dimasak.Olivia menghentikan pekerjaan di tangannya, pergi mencuci tangannya, lalu pergi mengambil semangkuk mie itu.Mereka duduk di meja. Olivia mengeluarkan ponselnya seperti biasa, bersiap untuk membaca berita sambil makan mie.“Makan dulu. Kenapa main ponsel? Simpan ponselnya.”Odelina tidak mengizinkan Olivia memainkan ponselnya sambil makan seperti ini.“Aku hanya melihat-lihat.”Setelah mengatakan itu, Olivia memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya dengan patuh.“Mulai sekarang, kamu nggak boleh main ponsel sambil makan.”“Oke.”Olivia tidak bisa melawan kakaknya. Selain itu, makan sambil main ponsel memang bukan kebiasaan yang baik.“Kak, apa Kakak benar-benar nggak akan pergi ke pesta bersa
Setelah dua tahun mengembangkan diri, Odelina telah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan memiliki aura seperti tantenya.Untuk sejenak, Mulan tidak tahu harus berkata apa. Olivia menoleh ke arah Kellin dan bertanya, “Kellin, kamu kapan berangkat ke Kota Mambera? Malam ini atau besok?”“Malam ini. Kakek Setya sudah nggak sabar. Dia sudah menunggu datangnya hari ini selama puluhan tahun. Itu yang buat dia bisa bertahan hidup sampai saat ini.” Usai berkata, Kellin tersenyum dan bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku mau ke sana?”“Gurumu sudah pulang. Dia nggak mungkin bisa langsung pergi. Sedangkan Kakek Setya sudah tua, punya banyak penyakit bawaan. Dia nggak bisa jauh-jauh dari dokter. Gurumu nggak ikut, berarti kamu yang ikut. Tanpa bertanya pun semua orang bisa tebak. Yang lain bilang besok pamit mau pulang. Sebenarnya mereka pergi ke Kota Cianter.”Tidak seorang pun yang memberitahu Olivia tentang hal itu. Dia menebak dan menganalisis semuanya sendiri.“Olivia, kamu benar-benar pint
Kellin telah “diberi pelajaran” oleh gurunya. Dia berjanji kepada gurunya kalau dia tidak akan menggigit Tiano lagi. Masala akhirnya baru selesai. Saat Tiano kembali ke pelukan ibunya, anak itu tersenyum lebar pada ibunya, yang membuat hati Kellin langsung meleleh.Tidak heran kalau sang guru melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada Tiano. Sungguh, anak itu sangat menggemaskan. Keluarga Junaidi telah menyiapkan makan siang. Setelah duduk sebentar, semua orang masuk ke ruang makan untuk makan bersama.Selesai makan, Mulan dan Kellin menemani Olivia jalan-jalan di halaman untuk membantu pencernaan makanan. Olivia kuat makan, tapi selesai makan dia merasa perutnya kembung, perlu jalan-jalan sebentar. Setelah makanan tercerna, dia ingin makan lagi.“Di usia kandung segini, janin dalam tahap perkembangan pesat, butuh banyak nutrisi. Makanya kamu jadi cepat lapar. Semua ibu hamil seperti itu. Sering makan tapi dalam porsi kecil. Waktu itu aku makan lebih banyak dari kamu. Setelah melahirka
Russel dengan percaya diri berkata, "Aku ini sangat imut, jadi aku tahu semua orang pasti merindukanku!" "Anak ini makin lama makin narsis," kata Olivia sambil meledek keponakannya. Mulan tertawa dan mengambil putranya dari pelukan ibu mertuanya. "Russel nggak salah. Dia dan Liam memang sebanding." Ucapannya memiliki dua makna. Kedua anak kecil itu memang sama-sama pintar dan menggemaskan, tetapi mereka juga sama-sama nakal."Terutama Liam. Mulan merasa anak angkatnya ini makin dewasa sejak kembali kali ini. Dia masih kecil, tetapi pikirannya sudah sangat matang. Dengan beberapa guru yang tidak peduli norma duniawi mendidiknya, mereka pun tidak bisa menilai Liam dengan standar umum. "Aku dan Liam adalah teman baik, saudara seperjuangan. Om bilang, sejak kecil kami selalu bermain bersama, jadi kami ini sahabat sejati dan saudara sehidup semati," kata Russel dengan bangga. Liam dan Russel duduk di samping Kellin karena dia sedang menggendong Audrey. Para orang dewasa di ruangan itu
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa