“Kalau membutuhkan bantuan kami, Bapak tinggal bilang saja. Kami pasti akan membantumu kalau bisa.”Stefan berkata, “Aku dan istriku ingin Amelia bahagia.”Yang menyukai Amelia adalah Jonas. Stefan yakin apabila Amelia menikah dengan Jonas, wanita itu akan bahagia.Keluarga Junaidi membawa kesan yang sangat positif.Di Kota Aldimo, ada banyak sekali wanita yang ingin menikah dengan Jonas.Pria itu adalah putra kelima dari keluarga Junaidi, adik kandung dari Yose, kepala keluarga besar mereka sekarang. Dibandingkan dengan saudaranya yang lain, dia lebih populer di antara wanita.Kalau dia tidak bertugas untuk mengurusi urusan bisnis keluarganya di Mambera dan harus menetap lama di Mambera, hidupnya pasti tidak akan tenang seperti sekarang.Di Mambera juga ada banyak wanita karier yang menginginkan Jonas.Hanya saja, meskipun Jonas terlihat lembut dan kalem, dia adalah pria yang tidak mudah dikejar. Dia sangat baik terhadap semua orang dan selalu tersenyum, jadi rasanya tidak mudah mau m
Cabang Ferda Group di Mambera juga sedang bersiap untuk berubah menjadi perusahaan grup.Bisnisnya terlalu besar.Jonas, penanggung jawabnya, akan semakin sibuk dan harus sering menetap di sini.Dulu, Jonas pasti akan pulang ke Vila Ferda selama seminggu setiap bulannya. Kalau sudah pulang ke rumah, dia pasti tidak ingin datang lagi. Namun, sekarang, dia rasanya ingin menetap di Mambera setiap hari.Kakak iparnya akan segera melahirkan.Jonas mengira kalau kakak iparnya melahirkan, kalau anaknya perempuan, dia akan pulang. Kalau anak yang dilahirkan sama seperti kakak ipar keduanya, laki-laki lagi, maka dia akan pulang ketika keponakan laki-lakinya itu berumur satu bulan saja.“Kamu harus membuat keluarga Sanjaya percaya padamu akan hal itu. Kamu harus membuat mereka tahu, meskipun Amelia menikah denganmu, Amelia akan tetap tinggal di Mambera, dan rumahnya juga akan sangat dekat dengan rumah orang tuanya. Setiap hari bisa pulang ke rumah orang tuanya dan makan di sana, hanya perlu berj
“Dari dulu, kamu sudah sering menemani Junia menghadiri banyak pesta yang diselenggarkan orang-orang kalangan atas. Sebenarnya, kamu nggak minder bertemu dengan mereka. Tutur kata dan sikapmu juga baik-baik saja. Hanya saja, kamu yang dulu nggak ingin menarik perhatian orang.”Yuna sangat paham mengenai masa laku kedua keponakannya.Olivia tersenyum dan berkata, “Junia dan aku selalu ikut dengan Tante Desy ke pesta karena kami ingin memakan makanan lezat yang ada di sana.”Setiap kali Junia memintanya untuk menemaninya, mereka berdua pasti akan mencari dua kursi di sudut ruangan, kemudian menikmati makanan lezat di pesta itu dengan senang hati.Mereka kan suka makan, jadi yang mereka incar pasti makanannya.Setelah makan dan minum dengan puas, mereka akan mengagumi pria tampan dan wanita cantik yang hadir di pesta tersebut, mengomentari orang-orang itu dengan suara pelan.Karena itulah, meskipun mereka berdua sering menghadiri pesta orang-orang kalangan atas, tidak ada yang mengingat n
“Oliv, apa ada kabar baik darimu?” Yuna tiba-tiba bertanya pada Olivia.Olivia yang sedang menonton video bersama Amelia. Dia mengangkat kepalanya dengan bingung saat mendengar pertanyaan bibinya itu, lalu bertanya, “Tante, maksudnya apa?”Amelia berhenti menonton video itu, juga menoleh ke arah ibunya.“Ma, maksudnya investasi yang aku lakukan bersama Olivia, ya? Kontraknya sudah ditandatangani dan pembangunan sudah dimulai. Aku sedang merekrut petani sayuran yang baik. Setelah sayurannya ditanam, Oliv dan aku harus mulai mencari klien.”Amelia juga sudah mulai menjalankan bisnis sendiri sekarang. Hanya saja, lahan tempat mereka akan menanam sayurannya masih dalam tahap pembangunan sekarang. Sayurannya belum ditanam, sehingga mereka juga belum menerima pesanan.Olivia menggumam mengiyakan. “Besok malam adalah kesempatan yang bagus.”Pesta yang diselenggarakan oleh Pak Chandra besok malam sebenarnya adalah pesta bisnis.Yuna terlihat bingung mendengar jawaban mereka.Melihat wajah ibun
Olivia berpikir sejenak dan berkata, “Aku juga nggak merasa tertekan. Keluarga Stefan juga nggak mendesak kami untuk punya anak. Nenek hanya terkadang bilang ingin menggendong cicit. Stefan bilang, dia akan membawaku jalan-jalan ke Kota Aldimo nanti. Dia juga ingin mengunjungi Yose Junaidi.”Stefan merasa teman Olivia terlalu sedikit. Dia ingin Olivia bisa berteman baik dengan istrinya Yose, Mulan.Olivia pikir, Jonas adalah anak kelima dari keluarga Junaidi. Pria itu juga menyukai Amelia. Kalau dia bisa berteman baik dengan Mulan, dia bisa membantu Amelia mencari tahu tentang keluarga Junaidi. Apa keluarga itu memang sebaik yang dikatakan orang-orang.Menurutnya, Amelia dan Jonas bisa berhubungan dengan baik. Keduanya juga sangat serasi. Kalau keluarga Junaidi memang sebaik itu, dan Amelia juga suka pada Jonas. Dia pasti akan mendukung Amelia dan membantu meyakinkan bibinya.Jonas memang berasal dari Kota Aldimo, tapi dia membeli rumah di sebelah rumah keluarga Sanjaya. Dia juga berta
Yuna juga mengantar Olivia ke pintu, mengamatinya menyetir mobil keluar dari vila dan melaju jauh, baru berbalik badan dan kembali masuk ke rumah.Ketika Olivia baru saja sampai di toko, Yenny datang.Olivia cukup terkejut melihat kedatangan wanita itu.“Olivia, mana kakakmu?” tanya Yenny langsung begitu masuk ke toko.Olivia menyimpan kunci mobilnya dan bertanya pada Yenny dengan dingin, “Untuk apa Bu Yenny mencari kakakku?”Junia juga memandangi wanita itu dengan tidak senang, sudah bersiap untuk mengambil sapu dan mengusir wanita itu kalau wanita itu mulai mencari gara-gara.Wajah Yenny masih sedikit lebam. Kantung matanya juga hitam. Wanita itu kelihatan lemah dan kuyu.Yenny baru berusia dua puluh lima tahun tahun ini, satu tahun lebih muda dari Olivia, dan sekarang dia terlihat beberapa tahun lebih tua dari Olivia.Mungkin, setelah menikah, Roni jadi tidak mau membelikan produk perawatan kulit yang mahal untuknya lagi. Perawatan yang dia lakukan bahkan tidak sebaik Odelina.Olivi
Wajah Yenny menjadi muram.Setelah beberapa saat, dia berbalik badan dan keluar dari toko.“Bu Yenny.” Olivia memanggil Yenny.Yenny menoleh ke arahnya, mengira dia akan memberi tahu keberadaan Odelina.Tak disangka, Olivia malah mengingatkannya dengan nada ramah, “Memar di wajahmu masih terlihat jelas. Pergilah ke toko obat dan beli salep, lalu oleskan. Jadinya akan sembuh lebih cepat. Kudengar kamu dan Pak Roni akan segera mengadakan resepsi pernikahan. Kalau wajahmu masih lebam saat itu, itu akan memengaruhi kecantikanmu nanti.”Wajah Yenny semakin masam.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia memalingkan wajah dan keluar dari toko buku itu dengan angkuh.Seolah dengan bersikap seperti itu, dia bisa terlihat baik-baik saja.***Ada driver pengantar makanan datang mengantar dua gelas milk tea yang dipesan Junia.Junia mengambil dua gelas milk tea itu, menyerahkan salah satunya kepada sahabatnya, lalu berkata dengan senang, “Dia kena KDRT, ‘kan? Bukannya dia hebat, sampai ibu mertua
Meskipun Calvin sudah membantunya mencari dua pesanan besar yang membuatnya menghasilkan sejumlah uang, dia tidak bisa menghabiskan semua keuntungannya itu hanya dengan mentraktir pria itu makan sekali, dong.“Oke, kamu yang traktir, jadi terserah kamu mau makan di mana. Mau kamu yang memasak untukku, aku juga menerimanya.”Calvin tidak mempermasalahkan mau makan di mana, asalkan yang mengajaknya makan malam adalah calon tunangannya satu ini.“Pak Calvin, aku nggak bisa melihat, jadi aku nggak bisa memasak sendiri.” Rosalina dengan tenang mengingatkan Calvin bahwa dia buta.Dia bisa bergerak dengan bebas di lingkungan yang dia kenal, tapi tetap saja, dia tidak bisa memasak.Kalau dia tidak buta, dia pasti tahu cara memasak.Dia, putri tertua dari keluarga Siahaan, suka melakukan segala hal dulu.Senyum di wajah Calvin memudar. Oh iya, dia tidak bisa melihat, bagaimana dia bisa memasak?Kalau penglihatannya masih belum pulih dan kembali setelah mereka menikah, dia mungkin tidak akan bis
Setelah dua tahun mengembangkan diri, Odelina telah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan memiliki aura seperti tantenya.Untuk sejenak, Mulan tidak tahu harus berkata apa. Olivia menoleh ke arah Kellin dan bertanya, “Kellin, kamu kapan berangkat ke Kota Mambera? Malam ini atau besok?”“Malam ini. Kakek Setya sudah nggak sabar. Dia sudah menunggu datangnya hari ini selama puluhan tahun. Itu yang buat dia bisa bertahan hidup sampai saat ini.” Usai berkata, Kellin tersenyum dan bertanya, “Kenapa kamu bisa tahu aku mau ke sana?”“Gurumu sudah pulang. Dia nggak mungkin bisa langsung pergi. Sedangkan Kakek Setya sudah tua, punya banyak penyakit bawaan. Dia nggak bisa jauh-jauh dari dokter. Gurumu nggak ikut, berarti kamu yang ikut. Tanpa bertanya pun semua orang bisa tebak. Yang lain bilang besok pamit mau pulang. Sebenarnya mereka pergi ke Kota Cianter.”Tidak seorang pun yang memberitahu Olivia tentang hal itu. Dia menebak dan menganalisis semuanya sendiri.“Olivia, kamu benar-benar pint
Kellin telah “diberi pelajaran” oleh gurunya. Dia berjanji kepada gurunya kalau dia tidak akan menggigit Tiano lagi. Masala akhirnya baru selesai. Saat Tiano kembali ke pelukan ibunya, anak itu tersenyum lebar pada ibunya, yang membuat hati Kellin langsung meleleh.Tidak heran kalau sang guru melimpahkan seluruh kasih sayangnya kepada Tiano. Sungguh, anak itu sangat menggemaskan. Keluarga Junaidi telah menyiapkan makan siang. Setelah duduk sebentar, semua orang masuk ke ruang makan untuk makan bersama.Selesai makan, Mulan dan Kellin menemani Olivia jalan-jalan di halaman untuk membantu pencernaan makanan. Olivia kuat makan, tapi selesai makan dia merasa perutnya kembung, perlu jalan-jalan sebentar. Setelah makanan tercerna, dia ingin makan lagi.“Di usia kandung segini, janin dalam tahap perkembangan pesat, butuh banyak nutrisi. Makanya kamu jadi cepat lapar. Semua ibu hamil seperti itu. Sering makan tapi dalam porsi kecil. Waktu itu aku makan lebih banyak dari kamu. Setelah melahirka
Russel dengan percaya diri berkata, "Aku ini sangat imut, jadi aku tahu semua orang pasti merindukanku!" "Anak ini makin lama makin narsis," kata Olivia sambil meledek keponakannya. Mulan tertawa dan mengambil putranya dari pelukan ibu mertuanya. "Russel nggak salah. Dia dan Liam memang sebanding." Ucapannya memiliki dua makna. Kedua anak kecil itu memang sama-sama pintar dan menggemaskan, tetapi mereka juga sama-sama nakal."Terutama Liam. Mulan merasa anak angkatnya ini makin dewasa sejak kembali kali ini. Dia masih kecil, tetapi pikirannya sudah sangat matang. Dengan beberapa guru yang tidak peduli norma duniawi mendidiknya, mereka pun tidak bisa menilai Liam dengan standar umum. "Aku dan Liam adalah teman baik, saudara seperjuangan. Om bilang, sejak kecil kami selalu bermain bersama, jadi kami ini sahabat sejati dan saudara sehidup semati," kata Russel dengan bangga. Liam dan Russel duduk di samping Kellin karena dia sedang menggendong Audrey. Para orang dewasa di ruangan itu
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa