Shella pernah bilang selama dia ada di sini, dia tidak akan membiarkan Yenny hidup dengan tenang.Yenny berhenti dan menoleh, lalu berkata dengan dingin, “Ada apa?”Shella menaruh remote TV, lalu berdiri dan berjalan ke arah Yenny. Matanya memperhatikan tas belanjaan berbagai ukuran di tangan Yenny dan bertanya, “Kamu beli apa? Belanja sebanyak itu. Tahunya hambur-hamburkan uang saja. Sekarang kamu dan Roni sama-sama nggak punya pekerjaan, nggak punya penghasilan. Nggak tahu harus hemat-hemat?”“Sekarang semua yang kamu makan, rumah tempat kamu tinggal, barang-barang yang kamu pakai semuanya dibayar pakai uang Roni. Kamu sendiri sudah kerja bertahun-tahun. Tabungan sendiri nggak mau dipakai, malah pakai uang Roni terus. Nggak tahu harus berhemat lagi. Kamu kira uang Roni jatuh begitu saja dari langit?”Shella memarahi Yenny tidak tahu harus menghemat uang sambil merebut tas belanjaan di tangan Yenny dengan paksa.“Kamu apa-apaan sih, Kak?” Roni menegur kakaknya.Shella langsung melotot
“Bukankah sungguh memalukan kalau sampai kamu menyuruhku pergi dari sini? Apa tempat ini punyamu? Apa kamu membayar sewa di sini? Kalau memang kamu membayar sewa di tempat ini, maka aku akan langsung pergi dari sini dan nggak akan pernah kembali lagi,” ujar Shella kesal. Yenny masih sangat muda dan dia juga terbiasa duduk di dalam kantor dengan kehidupan monoton. Dia tidak terbiasa berdebat dengan orang lain. Jadi, wajar saja kalau dia kalah dari Shella. Yenny langsung berbalik dan berteriak marah kepada suaminya setelah sadar kalau dirinya tidak bisa mengalahkan Shella, “Roni, kamu lihat nggak kalau kakakmu sudah memarahiku? Apa kamu nggak mau membawa kakakmu keluar dari sini? Aku kan sudah bilang sama kamu kalau aku akan pergi dari sini kalau kakakmu berada di rumah ini.”“Kak, Yenny, kenapa sih kalian berdua ini selalu saja berantem setiap hari? Mungkin kalian nggak merasa terganggu sama perkelahian kalian, tapi aku sangat terganggu,” ujar Roni muak.Dia merasa tidak pernah ada ke
“Kak, pulang sana kamu! Kakak nggak usah ke sini lagi kalau nggak ada urusan apa pun! Kakak ini benar-benar pembuat onar!” seru Roni dari balik pintu.Apa yang Odelina terima selama dia menikah dengan Roni justru jauh lebih kejam daripada apa yang terjadi dengan Yenny. Apa Shella lupa kalau dia pernah mengejar Odelina beberapa kilometer jauhnya sambil membawa pisau dapur?“Iya, aku memang pembuat onar dan aku juga nggak suka melihat muka perempuan kurang ajar itu! Memangnya kenapa kalau aku ke sini? Ini adalah rumah orang tuaku, jadi aku bisa datang ke sini kapan pun aku mau! Dia bisa keluar dari rumah ini kalau dia nggak suka. Kalau dia punya uang, sana beli saja rumah sendiri. Aku jamin, aku nggak akan menginjakkan kakiku sedikit pun di rumahnya nanti!” seru Shella marah karena disebut pembuat onar oleh adiknya. Shella akan membuat hidup Yenny menderita!Yenny hanya bisa terduduk di atas lantai sambil menangis. Dia tidak pernah merasa sehancur ini, selain ketika Odelina memergoki da
Di sisi lain, Odelina sama sekali tidak peduli dengan kehidupan buruk mantan suaminya setelah mereka berdua bercerai. Dia sudah merasa bahagia dengan kehidupan keluarga kecilnya saat ini. Pukul 4 pagi, Odelina sudah membangunkan putranya dan membawanya ke restoran Makan Sepuasnya. Harinya yang sibuk sudah dimulai pagi-pagi sekali.Russel masih tertidur ketika Odelina membawanya pergi. Kemudian Odelina menyatukan dua buah kursi untuk menidurkan Russel dan juga beberapa kursi di sebelahnya agar Russel tidak terjatuh setelah mereka berdua tiba di restoran miliknya. Kedua asisten yang diperkerjakannya baru akan datang pada pukul 6 pagi. Biasanya pukul 6.30 sampai 9.30 adalah waktu tersibuk di restoran.Olivia menjemput Russel sekitar pukul 7 dan kebetulan Russel juga sudah terbangun dari tidurnya. Russel sama sekali tidak membuat keributan ketika dia bangun. Dia langsung saja pergi ke meja kasir dan bermain lego di sana tanpa merepotkan ibunya yang sedang bekerja. “Kak,” panggil Olivia k
Russel tidak mengerti ketika Yenny dan ibunya memberikan penjelasan kepadanya. Dia pun memiringkan kepalanya lalu bertanya kepada Daniel, “Om Daniel, sudah menikah, belum?”“Belum, Om belum menikah, kok,” jawab Daniel cepat.“Kenapa Om Daniel belum menikah?” tanya Russel lagi.“Karena nggak ada perempuan yang Om sukai, makanya Om belum menikah,” jawab Daniel.Russel mengedipkan matanya dengan tatapan bingung, lalu kembali bertanya, “Om nggak suka sama mamaku? Tante-tanteku juga sangat baik, memangnya Om nggak suka sama mereka semua?”Daniel sempat terdiam lalu berkata sambil tersenyum, “Om Daniel nggak suka sama Tante Olivia karena tantemu itu sudah punya Om Stefan. Lalu Tante Amelia itu bukan tipenya Om, sedangkan ibumu juga cuma teman Om. Om Daniel sering ke sini karena Om suka sama Russel.”Russel langsung menganggukkan kepalanya seakan mengerti.Lalu tiba-tiba saja dia bertanya lagi, “Kalau begitu, apa Om mau nikah sama aku? Om bilang kan Om Daniel suka sama aku.”“Russel, kita be
“Kamu nggak perlu khawatir kalau soal Odelina. Kamu akan terlihat lemah dan nggak percaya diri kalau kamu yang menghadapinya. Biar Tante yang hadapi dia. Bagaimanapun juga Tante kan ibunya Daniel. Semua ini benar-benar nggak normal. Pokoknya Tante nggak mau punya menantu seorang janda,” ujar Yanti kesal.Dia takut Cherly akan mencari masalah dengan Odelina dan membuat Daniel marah. Hal ini justru akan membuat Daniel semakin tidak menyukai Cherly.“Kamu hanya perlu fokus untuk mengejar Daniel. Kamu bisa serahkan urusan Odelina pada Tante. Daniel pasti nggak akan bisa marah lama-lama kalau sama Tante. Lagi pula, Tante kan ibunya dia,” ujar Yanti lagi.“Apa Tante sekarang mau menemui Odelina? Kalau aku lihat sih kayaknya Daniel nggak terlalu peduli sama Odelina. Dia kelihatannya cuma peduli sama anak laki-laki itu. Apa mungkin kita saja yang terlalu berlebihan?”“Mungkin saja Daniel sering datang ke sini karena dia suka sama anak laki-laki itu. Lagi pula, anak laki-laki itu kelihatannya j
“Gedung toko ini milik Pak Daniel. Pak Daniel sih bilangnya dia hanya akan menagih uang 16 juta setiap bulannya karena aku adalah kakak iparnya Stefan. Kurang lebih aku menghabiskan biaya sekitar 20 juta kalau ditambah dengan biaya listrik dan air setiap bulannya,” jawab Odelina jujur. Yanti bernapas dengan lega setelah mendengar jawaban jujur Odelina kalau dia masih membayar biaya bulanan kepada Daniel. Setidaknya, Daniel tidak menyewakan toko ini secara cuma-cuma kepada Odelina. Cukup masuk akal kalau Daniel menarik uang sebesar 16 juta per bulannya karena Odelina adalah kakak ipar Stefan. Bisnis akan tetap menjadi bisnis dan tetap tidak memandang bulu.“Dasar anak itu! Padahal kamu kan kakak ipar Pak Stefan seharusnya dia nggak perlu meminta uang sewa bulanan sama kamu,” ujar Yanti berpura-pura kesal. “Bisnis dan kehidupan pribadi kan memang nggak boleh disatukan. Aku juga nggak akan berani menyewa di tempat ini kalau Pak Daniel nggak bersedia menerima uangku,” balas Odelina.“Ap
“Bu Yanti,” ujar Odelina buru-buru mengembalikan ponsel Yanti setelah melirik foto perempuan itu. “Odelina, menurutmu perempuan ini, gimana?” tanya Yanti sambil memperhatikan raut wajah Odelina setelah Odelina mengembalikan ponselnya.“Perempuan ini cantik sekali. Dia juga terlihat cerdas dan tipe perempuan kuat. Sepertinya sifat perempuan ini baik dan hangat. Orang-orang pasti senang berada di dekatnya,” jawab Odelina tenang sambil tersenyum. Kemudian Yanti pun berkata, “Matamu itu bagus juga dalam menilai orang. Cherly ini bisa dibilang tipe perempuan kuat. Dia langsung bergabung dengan perusahaan keluarganya setelah lulus kuliah. Dia memulai kariernya dari bawah, loh. Dia menyembunyikan identitasnya dari para karyawan di sana.”“Sekarang dia adalah Wakil Direktur perusahaan keluarganya. Orang-orang akhirnya tahu kalau dia adalah adik perempuan dari CEO perusahaan ketika dia menjadi Wakil Direktur. Dia benar-benar baik dalam segala aspek. Dia juga anak dari teman baikku, loh,” uja
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa