“Kak, pulang sana kamu! Kakak nggak usah ke sini lagi kalau nggak ada urusan apa pun! Kakak ini benar-benar pembuat onar!” seru Roni dari balik pintu.Apa yang Odelina terima selama dia menikah dengan Roni justru jauh lebih kejam daripada apa yang terjadi dengan Yenny. Apa Shella lupa kalau dia pernah mengejar Odelina beberapa kilometer jauhnya sambil membawa pisau dapur?“Iya, aku memang pembuat onar dan aku juga nggak suka melihat muka perempuan kurang ajar itu! Memangnya kenapa kalau aku ke sini? Ini adalah rumah orang tuaku, jadi aku bisa datang ke sini kapan pun aku mau! Dia bisa keluar dari rumah ini kalau dia nggak suka. Kalau dia punya uang, sana beli saja rumah sendiri. Aku jamin, aku nggak akan menginjakkan kakiku sedikit pun di rumahnya nanti!” seru Shella marah karena disebut pembuat onar oleh adiknya. Shella akan membuat hidup Yenny menderita!Yenny hanya bisa terduduk di atas lantai sambil menangis. Dia tidak pernah merasa sehancur ini, selain ketika Odelina memergoki da
Di sisi lain, Odelina sama sekali tidak peduli dengan kehidupan buruk mantan suaminya setelah mereka berdua bercerai. Dia sudah merasa bahagia dengan kehidupan keluarga kecilnya saat ini. Pukul 4 pagi, Odelina sudah membangunkan putranya dan membawanya ke restoran Makan Sepuasnya. Harinya yang sibuk sudah dimulai pagi-pagi sekali.Russel masih tertidur ketika Odelina membawanya pergi. Kemudian Odelina menyatukan dua buah kursi untuk menidurkan Russel dan juga beberapa kursi di sebelahnya agar Russel tidak terjatuh setelah mereka berdua tiba di restoran miliknya. Kedua asisten yang diperkerjakannya baru akan datang pada pukul 6 pagi. Biasanya pukul 6.30 sampai 9.30 adalah waktu tersibuk di restoran.Olivia menjemput Russel sekitar pukul 7 dan kebetulan Russel juga sudah terbangun dari tidurnya. Russel sama sekali tidak membuat keributan ketika dia bangun. Dia langsung saja pergi ke meja kasir dan bermain lego di sana tanpa merepotkan ibunya yang sedang bekerja. “Kak,” panggil Olivia k
Russel tidak mengerti ketika Yenny dan ibunya memberikan penjelasan kepadanya. Dia pun memiringkan kepalanya lalu bertanya kepada Daniel, “Om Daniel, sudah menikah, belum?”“Belum, Om belum menikah, kok,” jawab Daniel cepat.“Kenapa Om Daniel belum menikah?” tanya Russel lagi.“Karena nggak ada perempuan yang Om sukai, makanya Om belum menikah,” jawab Daniel.Russel mengedipkan matanya dengan tatapan bingung, lalu kembali bertanya, “Om nggak suka sama mamaku? Tante-tanteku juga sangat baik, memangnya Om nggak suka sama mereka semua?”Daniel sempat terdiam lalu berkata sambil tersenyum, “Om Daniel nggak suka sama Tante Olivia karena tantemu itu sudah punya Om Stefan. Lalu Tante Amelia itu bukan tipenya Om, sedangkan ibumu juga cuma teman Om. Om Daniel sering ke sini karena Om suka sama Russel.”Russel langsung menganggukkan kepalanya seakan mengerti.Lalu tiba-tiba saja dia bertanya lagi, “Kalau begitu, apa Om mau nikah sama aku? Om bilang kan Om Daniel suka sama aku.”“Russel, kita be
“Kamu nggak perlu khawatir kalau soal Odelina. Kamu akan terlihat lemah dan nggak percaya diri kalau kamu yang menghadapinya. Biar Tante yang hadapi dia. Bagaimanapun juga Tante kan ibunya Daniel. Semua ini benar-benar nggak normal. Pokoknya Tante nggak mau punya menantu seorang janda,” ujar Yanti kesal.Dia takut Cherly akan mencari masalah dengan Odelina dan membuat Daniel marah. Hal ini justru akan membuat Daniel semakin tidak menyukai Cherly.“Kamu hanya perlu fokus untuk mengejar Daniel. Kamu bisa serahkan urusan Odelina pada Tante. Daniel pasti nggak akan bisa marah lama-lama kalau sama Tante. Lagi pula, Tante kan ibunya dia,” ujar Yanti lagi.“Apa Tante sekarang mau menemui Odelina? Kalau aku lihat sih kayaknya Daniel nggak terlalu peduli sama Odelina. Dia kelihatannya cuma peduli sama anak laki-laki itu. Apa mungkin kita saja yang terlalu berlebihan?”“Mungkin saja Daniel sering datang ke sini karena dia suka sama anak laki-laki itu. Lagi pula, anak laki-laki itu kelihatannya j
“Gedung toko ini milik Pak Daniel. Pak Daniel sih bilangnya dia hanya akan menagih uang 16 juta setiap bulannya karena aku adalah kakak iparnya Stefan. Kurang lebih aku menghabiskan biaya sekitar 20 juta kalau ditambah dengan biaya listrik dan air setiap bulannya,” jawab Odelina jujur. Yanti bernapas dengan lega setelah mendengar jawaban jujur Odelina kalau dia masih membayar biaya bulanan kepada Daniel. Setidaknya, Daniel tidak menyewakan toko ini secara cuma-cuma kepada Odelina. Cukup masuk akal kalau Daniel menarik uang sebesar 16 juta per bulannya karena Odelina adalah kakak ipar Stefan. Bisnis akan tetap menjadi bisnis dan tetap tidak memandang bulu.“Dasar anak itu! Padahal kamu kan kakak ipar Pak Stefan seharusnya dia nggak perlu meminta uang sewa bulanan sama kamu,” ujar Yanti berpura-pura kesal. “Bisnis dan kehidupan pribadi kan memang nggak boleh disatukan. Aku juga nggak akan berani menyewa di tempat ini kalau Pak Daniel nggak bersedia menerima uangku,” balas Odelina.“Ap
“Bu Yanti,” ujar Odelina buru-buru mengembalikan ponsel Yanti setelah melirik foto perempuan itu. “Odelina, menurutmu perempuan ini, gimana?” tanya Yanti sambil memperhatikan raut wajah Odelina setelah Odelina mengembalikan ponselnya.“Perempuan ini cantik sekali. Dia juga terlihat cerdas dan tipe perempuan kuat. Sepertinya sifat perempuan ini baik dan hangat. Orang-orang pasti senang berada di dekatnya,” jawab Odelina tenang sambil tersenyum. Kemudian Yanti pun berkata, “Matamu itu bagus juga dalam menilai orang. Cherly ini bisa dibilang tipe perempuan kuat. Dia langsung bergabung dengan perusahaan keluarganya setelah lulus kuliah. Dia memulai kariernya dari bawah, loh. Dia menyembunyikan identitasnya dari para karyawan di sana.”“Sekarang dia adalah Wakil Direktur perusahaan keluarganya. Orang-orang akhirnya tahu kalau dia adalah adik perempuan dari CEO perusahaan ketika dia menjadi Wakil Direktur. Dia benar-benar baik dalam segala aspek. Dia juga anak dari teman baikku, loh,” uja
“Odelina, kamu sering kan ketemu sama Daniel? Hubunganmu dan Daniel juga sangat baik. Kamu bisa nggak bantuin Tante untuk membujuk Daniel?” tanya Yanti penuh harapan.Kemudian Odelina berkata sambil tersenyum, “Bu Yanti, tentu saja aku mau membantu. Aku senang apabila bisa membantu Bu Yanti. Selain itu, Daniel juga orang yang baik dan kami juga sering kali bertemu. Tapi, aku juga nggak tahu apa perkataanku akan dia dengarkan atau tidak.”“Aku akan coba membujuknya ketika dia datang ke restoranku besok. Dia sering datang ke sini di pagi hari dan bermain sama anakku.”“Tapi aku nggak bisa jamin dia akan mendengarkan bujukanku. Lagi pula, hubungan kami juga hanya sebatas penyewa dan orang yang menyewa. Bu Yanti saja yang orang tuanya tidak mau dia dengarkan, apa lagi aku yang nggak terlalu dekat dengannya. Jadi, aku harap Bu Yanti juga jangan berharap banyak padaku.”Yanti sempat berpikir sejenak lalu berkata, “Apa yang kamu katakan memang cukup masuk akal. Bagaimana kalau besok kamu sebu
Kemudian Cherly berkata sambil mengemudikan mobil, “Aku kan sudah bilang tadi sama Tante kalau Odelina kelihatan nggak suka juga sama Daniel. Lagi pula, dia baru saja bercerai, jadi pastinya dia nggak mau terburu-buru untuk membuka hatinya lagi.”“Kayaknya dia sedang fokus untuk mengembangkan bisnisnya agar bisa menghasilkan banyak uang. Dia sama sekali belum berpikir untuk menikah lagi.”Orang yang sudah pernah gagal dalam pernikahan pastinya akan lebih berhati-hati dalam memulai cinta yang baru. Odelina sekarang sedang berada di tahap ingin mengembangkan bisnisnya. Jadi, kemungkinan besar dia tidak akan berpikir untuk menikah lagi dalam waktu dekat.Kemudian Yanti berkata, “Aku pasti akan menyuruhnya pergi dan nggak akan mengizinkannya untuk membuka toko di tempat itu kalau saja dia mengatakan kalau dia memiliki rasa sama Daniel. Tapi, dia nggak mengatakan semua itu. Entah kenapa, aku merasa kalau mereka berdua akan memiliki hubungan khusus di masa depan.” “Kayaknya terlalu nggak
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa
"Benar, Kakek Setya, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak masalah. Bagaimana kalau kami menemani Kakek jalan-jalan?" Aldi ikut menimpali perkataan ibunya. Bahkan Elang juga berkata, "Kakek, Tante Yuna benar. Sudah menunggu selama puluhan tahun, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak ada bedanya. Yang terpenting adalah kesehatanmu. Kellin mungkin akan tiba malam ini." "Sejak melahirkan, dia selalu ingin pergi ke luar. Katanya anaknya suka menangis dan rewel." Elang tertawa, "Tiano mirip sekali dengan Kellin saat kecil, suka menangis dan rewel." "Tapi kenapa aku ingat waktu Kellin kecil sangat mudah diurus?" Kenangan Setya tentang Kellin saat kecil berhenti pada usia dua atau tiga tahun. Pada usia itu, Kellin tidak banyak menangis dan sangat penurut. Ingatannya juga luar biasa, dia bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan kepadanya meskipun belum bisa menguasainya sepenuhnya. Setelah mengingatnya, dia akan mencerna dan memahaminya sendiri perlahan-lahan. Elang yang
Olivia merupakan menantu paling tua di keluarga Adhitama. Ibu kandung Olivia, Reni, adalah putri kedua dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya. Kelak, Odelina akan menjadi menantu keempat keluarga Lumanto. Perempuan itu memiliki status dan kedudukan yang sama dengan Olivia. Keluarga Sanjaya juga memiliki hubungan dengan keluarga Gatara karena Yuna, adalah putri sulung dari kepala keluarga Gatara sebelumnya. Oleh karena itu, keluarga Adhitama, keluarga Sanjaya, dan keluarga Lumanto adalah tiga keluarga yang bersedia dijaga hubungannya oleh Organisasi Lima Kaisar dalam jangka panjang. Semua ini berkat pengaruh Setya. Elang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan ketiga keluarga ini. Namun, setelah gurunya datang ke Mambera, dia telah menyelidiki semua keluarga besar di sana dan mengetahui bahwa empat keluarga tersebut menguasai Mambera. Umumnya, tidak ada yang berani menyinggung mereka. Para pemimpin dari empat keluarga besar itu juga mampu mengendalikan anggota keluarganya, me
“Dokter Panca bilang, dia akan mengatur agar Dokter Dharma datang dan menemani kita pergi ke Cianter,” kata Yuna. “Dengan adanya Dokter Dharma bersama kita, setidaknya kita bisa lebih tenang,” lanjutnya. Setya sudah sangat tua. Perjalanan jauh membuat semua orang khawatir dan takut jika sewaktu-waktu napasnya tersendat, dia akan langsung pergi begitu saja. Dengan kehadiran Dokter Dharma atau Dokter Panca, mereka bisa merasa lebih lega. “Dokter Dharma sering bepergian untuk mengobati orang. Kalau dia pergi selama beberapa hari, Olivia juga nggak akan curiga,” lanjut Yuna. “Kalau saja Olivia nggak sedang hamil, kami juga nggak perlu menyembunyikan ini darinya.” “Bayinya lebih penting, lebih baik kita merahasiakannya,” kata Setya, yang juga setuju untuk menyembunyikan ini dari Olivia. Apalagi setelah mengetahui bahwa Olivia baru bisa hamil setelah satu tahun menikah. Kehamilan ini tidak mudah baginya, ditambah lagi dengan tekanan besar yang dia hadapi. Jika perempuan itu tahu bahwa s