Shella pergi ke luar menghampiri mobil Bobby. Dia menusuk keempat ban mobil dengan pisau. Setelah selesai, Shella membersihkan pisau dan meletakkannya kembali di dapur.Sebelum keluarga Pamungkas pergi, Shella berkata pada Olivia, "Aku yang nusuk ban mobilnya. Kalau mereka mau minta ganti rugi, suruh mereka datang cari aku, Shella.”"Olivia, kami nggak ganggu kamu lagi, deh. Kami pulang dulu, ya?” kata Rita sambil pergi.Setelah mereka pergi, Amelia melepaskan genggamannya pada Russel dan kaget menemukan bahwa Russel sudah tertidur di pangkuannya. Dia dengan geli mengatakan kepada Olivia, "Ternyata Russel tidur."Olivia mengambi Russel dari pangkuan Amelia dan meletakkannya di tempat tidur, kemudian menyelimuti Russel. "Aku memang nggak begitu suka sama keluarga Pamungkas. Tapi hari ini mereka ada gunanya juga,” kata Amelia dengan senang.Junia tertawa, "Itulah yang disebut penjahat mengalahkan penjahat."Olivia juga tersenyum, "Nenek Russel merasa kesal karena kakekku mencuri uang d
“Kring … kring … kring….”Ponsel Olivia terdengar berdering.Perempuan itu mengira bahwa telepon tersebut berasal dari suaminya. Olivia mengulurkan tangan mengambil ponselnya, ternyata tebakannya benar, itu adalah telepon dari Stefan.“Suamiku menelepon,” ucap Olivia kepada dua orang saudara perempuannya.Junia langsung memberi ruang kepada Olivia dan menyingkir ke salah satu rak buku dan mengambil sebuah novel yang belum selesai dibacanya.Amelia tertawa dan berkata, “Aku juga sudah seharusnya pulang, kalau sudah nggak ada masalah lagi dengan kontrak ini, besok aku akan mengutus orang untuk bertemu Kepala Desa dan menandatangani kontrak. Kalau sudah tandatangan kontrak, maka proyek kita ini sudah bisa dimulai.”Olivia tertawa dan mengangkat teleponnya.“Istriku.”Stefan sengaja memikat istrinya dengan menggunakan suaranya yang hangat dan lembut.Sebaliknya, Olivia tidak tahan mendengar suara Stefan yang seperti itu. Sambil bergetar menahan tawa, perempuan itu berkata, “Stefan, kamu ma
“Emm, mereka datang untuk berterima kasih kepadaku. Kakekku lagi-lagi membawa Om yang paling besar dan juga yang nomor dua, bersama kedua orang sepupuku untuk datang ke sini. Lalu kedua keluarga itu pun kembali bertengkar, Shella dan Mamanya membawa sapu mengusir mereka semua pergi, ban mobil Bobby lagi-lagi bocor gara-gara perbuataan Shella.”Stefan tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Akhirnya keluarga Pamungkas membuat suatu hal yang bisa dibilang baik.”Olivia menimpali dengan tawanya.“Mungkin maksud kedatangan Kakekku ke sini untuk memberitahu aku, bahwa Papaku bukanlah anak kandung mereka dan meminta kita menyerahkan hak warisan tersebut. Kalau kami nggak mau menyerah, mungkin Kakek akan mencoba jalur negosiasi dengan kami, sehingga tanpa perlu melewati pengadilan bisa mendapatkan hak warisan tersebut, bukankah itu sangat baik?”Kalau Bobby ingin mencoba bernegosiasi dengan dirinya, maka Olivia siap bernegosiasi dengan mereka.Akan tetapi kalau yang diinginkan Bobby dan Kakekny
“Emm, dia bilang siang ini ada rapat makan siang.”“Kalau begitu kamu bilang saja nggak jadi pergi, kita berdua nggak pernah makan dan jalan-jalan bersama di luar, Stefan masa masih tega berebutan denganku.” ucap Dewi dengan santai.Orang-orang di luar sana selalu mengatakan bahwa hubungan Olivia dengan mertuanya tidak bagus. Setiap kali Olivia pergi ke perjamuan atau pesta, pasti selalu bersama nenek Yuna. Ketika pulang ke rumah, perempuan itu juga tidak pernah menemani mertuanya, bahkan menantu dan mertua itu tidak pernah makan atau melakukan aktivitas bersama di luar rumah.Dewi juga tidak ingin menanggapi semua gosip-gosip umum tersebut, bagaimana hubungannya dengan menantunya, Dewi mempunyai perhitungan sendiri.Namun setiap kali dirinya keluar dan bermain kartu dengan teman-temannya, pasti mereka selalu menanyakan hal ini, hingga membuat Dewi merasa tidak senang.Dewi pun tidak jadi bermain kartu dan langsung mencari menantunya. Dirinya ingin mengajak menantu perempuannya ini unt
Perempuan itu hanya mengucapkan dua patah kata kepada Stefan lalu menutup teleponnnya.Tidak sampai dua menit, ponselnya bergetar dan sebuah pesan masuk berisi bahwa sejumlah uang telah masuk ke dalam rekeningnya.Nomor telepon yang didaftarkan pada kartu kredit di rumahnya, telah diubah menggunakan nomor ponsel Olivia. Stefan takut istrinya merasa kurang nyaman saat berbelanja karena setiap penggunaan kartu kredit akan masuk ke dalam ponselnya, sehingga pria itu berinisiatif untuk menggantinya menjadi nomor Olivia.Sehingga Olivia bisa sesukanya menghabiskan uang Stefan.Dalam hal ini, cara berpikir Stefan cukup bijaksana dan juga pengertian.Setelah nomor ponsel di dalam kartu kredit itu diganti, Olivia bisa menjadi lebih bebas berbelanja dengan kartu tersebut.Stefan mengirimkan uang ke dalam kartu tersebut, agar Olivia bisa menemani Ibunya belanja dengan bebas. Beberapa menit kemudian, Odelina tiba di toko buku Olivia.Setelah menyerahkan keponakannya ke tangan Kakaknya, barulah O
Di sisi lain.Olivia setelah melihat dirinya masuk ke berita hiburan, terdiam cukup lama baru setelah itu berkata kepada teman baiknya, “Status sudah berbeda, hal kecil saja bisa masuk berita dengan cepat.”Setelah Olivia menikah dengan Stefan, ini pertama kalinya dia masuk ke dalam berita.Junia yang sudah melihat berita ini dari tadi, langsung tertawa dan berkata, “Kamu menikah dengan seorang pengusaha besar di Mambera dan kamu sangat jarang sekali menghabiskan waktu bersama Ibu Mertua kamu. Apalagi belakangan ini kamu selalu bersama Tante Yuna menghadiri pesta dan perjamuan, tentu saja orang lain akan salah paham terhadap hubungan kalian berdua.””Kemarin ada salah seorang tante-tante yang menelepon Ibu Mertua kamu dan mengatakan bahwa kamu suka ikut campur masalah orang, minta agar Ibu Mertua kamu mengajari kamu sopan santun, kamu masih ingat kan hal ini?”“Mereka semua ingin agar Ibu Mertua kamu memperlakukanmu dengan buruk, mereka cemburu kamu bisa menikah dan masuk keluarga terh
Ponsel Olivia berdering, panggilan tersebut berasal dari Stefan.Perempuan itu melihat layar ponselnya dan tersenyum, “Panjang umur sekali, baru saja dibilang sudah menelepon.”Junia berkata, “Kamu sungguh beruntung sekali, pekerjaan Stefan begitu banyak masih bisa menyempatkan waktu untuk menelepon kamu, ini tandanya dia benar-benar mengutamakan kamu di hatinya. Tentu saja Reiki juga memperlakukanku dengan sangat baik, kalau bukan karena keluargaku, dia pasti sudah melamarku.”Olivia mengangkat telepon Stefan.“Istriku, aku sudah dijalan, sekitar sepuluh menit lagi aku sampai.”“Kamu mau datang ke sini?”Olivia awalnya terkejut dengan maksud kedatangan Stefan yang tiba-tiba ini. Namun otak perempuan itu langsung teringat kembali, bahwa hari ini mereka akan mengambil hasil tes DNA tersebut. Stefan sudah berjanji untuk menemaninya mengambil hasil tes.Perempuan itu melihat jam, jam setengah tiga sore adalah jam kerja Stefan.Pria itu mengesampingkan semua urusannya untuk menemani istrin
Sepuluh menit kemudian, Olivia mendengar suara klakson mobil. Perempuan itu langsung berpamitan kepada sahabatnya, lalu mengambil ponsel yang di atas meja, mengitari meja kasir, lalu beranjak pergi.Setelah berjalan beberapa Langkah, perempuan itu buru-buru kembali lagi dan mengambil tasnya. “Lupa harus menggunakan tas yang diberikan oleh Stefan, kalau nggak menggunakan tas yang dia berikan ketika keluar, dia bisa cemberut seharian sama aku.”Junia tertawa dan berkata, “Kamu beruntung sekali sampai menjadi masalah.”Olivia berjalan keluar dari toko buku dengan tas yang diberikan oleh Stefan. Ketika dua orang pengawal melihat Stefan datang menjemput Olivia dengan membawa pengawalnya sendiri, mereka pun mengerti dan tidak ikut naik ke mobil.Stefan turun dari mobil dengan memegang sebuah bunga ditangannya, sementara tangan yang lain membukakan pintu mobil untuk Olivia. Ketika Olivia sudah mendekat, barulah pria itu memberikan bunga itu.“Istriku, ini untukmu.”“Terima kasih suamiku.”Ol
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa