“Emm, dia bilang siang ini ada rapat makan siang.”“Kalau begitu kamu bilang saja nggak jadi pergi, kita berdua nggak pernah makan dan jalan-jalan bersama di luar, Stefan masa masih tega berebutan denganku.” ucap Dewi dengan santai.Orang-orang di luar sana selalu mengatakan bahwa hubungan Olivia dengan mertuanya tidak bagus. Setiap kali Olivia pergi ke perjamuan atau pesta, pasti selalu bersama nenek Yuna. Ketika pulang ke rumah, perempuan itu juga tidak pernah menemani mertuanya, bahkan menantu dan mertua itu tidak pernah makan atau melakukan aktivitas bersama di luar rumah.Dewi juga tidak ingin menanggapi semua gosip-gosip umum tersebut, bagaimana hubungannya dengan menantunya, Dewi mempunyai perhitungan sendiri.Namun setiap kali dirinya keluar dan bermain kartu dengan teman-temannya, pasti mereka selalu menanyakan hal ini, hingga membuat Dewi merasa tidak senang.Dewi pun tidak jadi bermain kartu dan langsung mencari menantunya. Dirinya ingin mengajak menantu perempuannya ini unt
Perempuan itu hanya mengucapkan dua patah kata kepada Stefan lalu menutup teleponnnya.Tidak sampai dua menit, ponselnya bergetar dan sebuah pesan masuk berisi bahwa sejumlah uang telah masuk ke dalam rekeningnya.Nomor telepon yang didaftarkan pada kartu kredit di rumahnya, telah diubah menggunakan nomor ponsel Olivia. Stefan takut istrinya merasa kurang nyaman saat berbelanja karena setiap penggunaan kartu kredit akan masuk ke dalam ponselnya, sehingga pria itu berinisiatif untuk menggantinya menjadi nomor Olivia.Sehingga Olivia bisa sesukanya menghabiskan uang Stefan.Dalam hal ini, cara berpikir Stefan cukup bijaksana dan juga pengertian.Setelah nomor ponsel di dalam kartu kredit itu diganti, Olivia bisa menjadi lebih bebas berbelanja dengan kartu tersebut.Stefan mengirimkan uang ke dalam kartu tersebut, agar Olivia bisa menemani Ibunya belanja dengan bebas. Beberapa menit kemudian, Odelina tiba di toko buku Olivia.Setelah menyerahkan keponakannya ke tangan Kakaknya, barulah O
Di sisi lain.Olivia setelah melihat dirinya masuk ke berita hiburan, terdiam cukup lama baru setelah itu berkata kepada teman baiknya, “Status sudah berbeda, hal kecil saja bisa masuk berita dengan cepat.”Setelah Olivia menikah dengan Stefan, ini pertama kalinya dia masuk ke dalam berita.Junia yang sudah melihat berita ini dari tadi, langsung tertawa dan berkata, “Kamu menikah dengan seorang pengusaha besar di Mambera dan kamu sangat jarang sekali menghabiskan waktu bersama Ibu Mertua kamu. Apalagi belakangan ini kamu selalu bersama Tante Yuna menghadiri pesta dan perjamuan, tentu saja orang lain akan salah paham terhadap hubungan kalian berdua.””Kemarin ada salah seorang tante-tante yang menelepon Ibu Mertua kamu dan mengatakan bahwa kamu suka ikut campur masalah orang, minta agar Ibu Mertua kamu mengajari kamu sopan santun, kamu masih ingat kan hal ini?”“Mereka semua ingin agar Ibu Mertua kamu memperlakukanmu dengan buruk, mereka cemburu kamu bisa menikah dan masuk keluarga terh
Ponsel Olivia berdering, panggilan tersebut berasal dari Stefan.Perempuan itu melihat layar ponselnya dan tersenyum, “Panjang umur sekali, baru saja dibilang sudah menelepon.”Junia berkata, “Kamu sungguh beruntung sekali, pekerjaan Stefan begitu banyak masih bisa menyempatkan waktu untuk menelepon kamu, ini tandanya dia benar-benar mengutamakan kamu di hatinya. Tentu saja Reiki juga memperlakukanku dengan sangat baik, kalau bukan karena keluargaku, dia pasti sudah melamarku.”Olivia mengangkat telepon Stefan.“Istriku, aku sudah dijalan, sekitar sepuluh menit lagi aku sampai.”“Kamu mau datang ke sini?”Olivia awalnya terkejut dengan maksud kedatangan Stefan yang tiba-tiba ini. Namun otak perempuan itu langsung teringat kembali, bahwa hari ini mereka akan mengambil hasil tes DNA tersebut. Stefan sudah berjanji untuk menemaninya mengambil hasil tes.Perempuan itu melihat jam, jam setengah tiga sore adalah jam kerja Stefan.Pria itu mengesampingkan semua urusannya untuk menemani istrin
Sepuluh menit kemudian, Olivia mendengar suara klakson mobil. Perempuan itu langsung berpamitan kepada sahabatnya, lalu mengambil ponsel yang di atas meja, mengitari meja kasir, lalu beranjak pergi.Setelah berjalan beberapa Langkah, perempuan itu buru-buru kembali lagi dan mengambil tasnya. “Lupa harus menggunakan tas yang diberikan oleh Stefan, kalau nggak menggunakan tas yang dia berikan ketika keluar, dia bisa cemberut seharian sama aku.”Junia tertawa dan berkata, “Kamu beruntung sekali sampai menjadi masalah.”Olivia berjalan keluar dari toko buku dengan tas yang diberikan oleh Stefan. Ketika dua orang pengawal melihat Stefan datang menjemput Olivia dengan membawa pengawalnya sendiri, mereka pun mengerti dan tidak ikut naik ke mobil.Stefan turun dari mobil dengan memegang sebuah bunga ditangannya, sementara tangan yang lain membukakan pintu mobil untuk Olivia. Ketika Olivia sudah mendekat, barulah pria itu memberikan bunga itu.“Istriku, ini untukmu.”“Terima kasih suamiku.”Ol
“Bagaimana?”Stefan belum membaca hasilnya. Melihat sikap Olivia, dan tidak ada senyum di wajah istrinya itu, Stefan jadi mengira ayah mertuanya benar-benar bukan keturunan kandung dari keluarga Hermanus.“Hasilnya menunjukkan bahwa aku dan kakekku memiliki hubungan darah, dan ayahku memang anak kandung mereka.”“ …. Ternyata benar-benar anak kandung. Perlakuan mereka pada kalian benar-benar jahat. Aku selalu mengira bukan anak kandung.”Olivia menatap suaminya, tidak tahu harus menangis atau tertawa. “Kamu sepertinya berharap papamu bukan anak kandung mereka.”Stefan tersenyum dan berkata, “Mereka yang terlalu nggak berperasaan, sampai membuat orang berpikir papamu bukan anak kandung mereka. Kalau papamu ternyata anak kandung, dan mereka memperlakukannya dengan seperti itu, itu benar-benar membuat orang sedih melihatnya.”“Aku dan kakakku kan memang sudah sampai dibuat mati rasa sama mereka. Kami mungkin nggak akan bisa berdamai lagi dengan mereka seumur hidup.”Olivia menyimpan hasil
Olivia berkata, “Aku yang menyuruhnya untuk mencabut rambut Kakek.”“Kamu yang menyuruhnya? Kamu gila, ya? Untuk apa cabut rambutku? Anak itu juga, disuruh kamu ngapain langsung melakukannya. Olivia, apa kamu memberi banyak keuntungan untuk Hendra?”Olivia memberi cucu bungsunya uang, tapi tidak memberi kakaknya ini uang. Untuk apa punya cucu seperti ini? Sudah kaya, tapi tidak tahu cara berbakti pada kakeknya.“Kudengar Kakek bilang ke orang-orang di desa bahwa papaku bukan anak kandung Kakek. Papaku sudah meninggal selama puluhan tahun, jadi dia nggak bisa membantah kebohongan yang dibuat ayahnya sendiri. Jadi, sebagai putrinya, aku terpaksa membantunya membantah hal tersebut.”“Menurut hukum tentang harta warisan, Kakek dan Nenek seharusnya bisa mendapatkan sebagian dari peninggalan ayahku. Baik dibawa ke pengadilan, maupun bernegosiasi, hasilnya akan sama. Kalau Kakek dan Nenek nggak rakus, masalahnya nggak mungkin akan jadi seperti ini.”Olivia mengeluarkan hasil tes DNA dan berka
Yoga membujuk Kakek untuk bernegosiasi dengan Olivia dan kakaknya, untuk menyelesaikan masalah rumah yang ditinggalkan oleh paman ketiganya.“Oke.” Olivia setuju.Kalau bisa dinegosiasikan, dinegosiasikan saja. Dia tidak ingin membuang waktu untuk menggugat mereka di pengadilan.Satu jam kemudian.Stefan menyiapkan satu kamar di Mambera Hotel untuk tempat Olivia dan kakeknya bernegosiasi.Odelina datang membawa Russel.Adi juga menyuruh Bobby datang. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memperjuangkan rumah itu, karena dia ingin memberikannya pada Bobby. Dia paling mementingkan cucu keduanya itu. Dia selalu mendiskusikan segalanya dengan Bobby.Ketika mengetahui Olivia memperalat Hendra untuk mengambil rambut kakeknya, lalu melakukan tes darah DNA, Bobby juga tahu mereka hanya akan terlihat seperti badut kalau mereka terus berdebat seperti ini.Operasi Samatha juga gagal. Jelas-jelas mintanya agar Samantha dioperasi agar menjadi mirip dengan Olivia, tetapi hasilnya malah mirip kakak sepupu
Olivia tersenyum, "Anak-anak memang seperti itu. Dalam hidup ini, masa yang paling bahagia dan tanpa beban adalah masa kanak-kanak. Saat mereka bertambah besar dan mulai bersekolah, mereka akan menghadapi tekanan belajar dan nggak bisa lagi sebebas dan seceria sekarang." Mulan mengangguk setuju. "Itu benar, aku bahkan ingin kembali ke masa kecil. Waktu masih jadi anak kecil, rasanya sangat menyenangkan." Saat kecil, dia adalah anak kesayangan di keluarganya. Semua orang memanjakannya, bahkan lebih bahagia dibandingkan anak angkat mereka. Liam harus belajar ilmu medis dan seni bela diri. Sementara sebelum masuk sekolah dasar, Mulan hanya bermain sepanjang waktu. Olivia berkata padanya, "Ucapanmu itu sebaiknya jangan terlalu keras, jangan sampai Yose mendengarnya. Nanti dia malah mengira kamu merasa nggak bahagia setelah menikah dengannya, lalu dia akan memikirkan berbagai cara untuk membuatmu senang." Mulan secara refleks menoleh ke arah Yose. Seolah memiliki telepati, lelaki itu j
Anak perempuan memang sangat menggemaskan. Anak perempuan juga lebih patuh dibandingkan anak laki-laki, tidak terlalu nakal. Ibu mertuanya berkata, “Bukannya bilang nggak mau punya anak kedua? Kalau mau lagi, sebaiknya tunggu beberapa tahun lagi. Nanti setelah Tiano masuk taman kanak-kanak, baru kalian coba punya anak kedua.” Dia tidak mempermasalahkan berapa banyak anak yang ingin dimiliki oleh menantunya. Tidak ikut campur, tidak mendesak mereka untuk memiliki anak. Anak-anaknya sudah dewasa, mereka punya pemikiran sendiri. Asalkan mereka tahu apa yang mereka lakukan, itu sudah cukup. Selama anak-anaknya merasa bahagia, dia tidak peduli apakah mereka menikah atau tidak, memiliki anak atau tidak, dan berapa banyak anak yang ingin mereka miliki.“Ya, sekarang belum saatnya memiliki anak lagi. Sekarang pun aku nggak ada waktu untuk hamil dan melahirkan,” kata Kellin. Dia teringat bahwa malam ini dia harus berangkat ke Mambera, menemani Setya ke Cianter. Setiap hari dia sibuk ke san
Kellin tersenyum dan berkata, "Archie, Tante Kelli nggak bisa menggendong kamu, duduk saja dulu dan mainkan mainanmu." Archie yang sudah mengulurkan tangan tetapi tidak digendong langsung tidak senang dan mulai berteriak ke arah Kellin. "Wah, sekarang kalau nggak digendong, sudah bisa protes, ya?" Kellin tertawa, lalu melepaskan satu tangan dan meraih pinggang Archie, menggendongnya juga. Begitu digendong, bocah itu melihat adiknya masih memegang mainan di tangannya. Dengan sikap dominan, dia langsung mengulurkan tangan untuk merebutnya. Audrey menggenggam erat mainannya, tidak membiarkan kakaknya merebutnya. Archie tetap berusaha merebut, tetapi Audrey lebih kuat. Dia menarik mainannya kembali dengan sekuat tenaga, lalu langsung mengayunkannya ke arah kakaknya. Archie yang terkena pukulan beberapa kali dengan mainan itu, langsung merengut, matanya memerah, bersiap untuk menangis keras-keras. "Bibi, cepat gendong Archie, dia mau menangis!" Kellin paling takut jika anak-anak menan
Di mata ibu mertuanya, Kellin mungkin terkenal suka menggigit orang dan yang paling sering digigitnya adalah anak kecil. Siapa suruh kulit bayi begitu halus dan lembut? Melihatnya saja sudah membuat orang ingin menggigit, dan kalau sudah tidak bisa menahan diri, ya benar-benar menggigit. Kellin pun mengikuti ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. "Ma, kapan guruku dan yang lainnya sampai?" "Mereka sudah datang. Yose dan adiknya keluar untuk menjemput mereka," jawab Wanita itu. Kellin mengangguk, lalu merasa lega saat melihat anaknya sudah berhenti menangis. Dia takut anaknya masih menangis saat gurunya masuk ke dalam rumah nanti. "Lain kali jangan sering-sering menggigit Tiano," ujar mertuanya."Kalau memang nggak bisa menahan diri, setidaknya jangan gigit terlalu keras. Kulit bayi masih lembut, meskipun hanya digigit pelan, tetap akan memerah cukup lama. Lagi pula, dia anakmu sendiri, apa kamu nggak kasihan sama dia? Sering menggigit seperti ini, seperti harimau saja." "Waktu hamil
Kellin tertawa kecil sambil mencubit lembut pipi anaknya, "Maunya selalu digendong. Siapa yang punya waktu untuk terus menggendongmu? Semua gara-gara papamu yang terlalu memanjakanmu, waktu di masa nifas selalu menggendongmu." Saat pertama kali menjadi ayah, setiap kali anaknya menangis, Jhon langsung menggendongnya. Akibatnya, Tiano jadi terbiasa digendong, sehingga begitu lepas dari pelukan orang dewasa, ia mudah terkejut dan menangis. "Belum lagi kakekmu juga sangat memanjakanmu. Dia yang paling menyayangimu." Tiano tersenyum pada ibunya. Melihat senyum anaknya, hati Kellin menjadi luluh. Dia pun mencium pipi anaknya yang halus. Merasa kulit anaknya begitu lembut, dia tidak tahan untuk menggigitnya sedikit. Menurutnya, dia menggigit dengan sangat pelan. Namun, sesaat kemudian, anaknya cemberut lalu menangis keras. "Dasar bocah, Mama cuma menggigitmu sedikit saja. Siapa suruh kulitmu begitu halus dan lembut? Mama jadi nggak bisa menahan diri. Lagipula Mama nggak menggigitmu denga
Kellin mengambil putranya yang terus menangis dari pelukan pengasuh dan bertanya, "Apa dia buang air?" "Nggak, baru saja diganti popoknya." "Dia juga baru saja makan, lalu kenapa menangis lagi? Ribut sekali, siang menangis, malam pun menangis. Nggak bisakah dia sedikit tenang?" Kellin menggendong putranya sambil menenangkannya, lalu bertanya kepada pengasuh, "Papanya di mana?" "Pak Jhon mungkin ada di tempat Pak Yose."Karena Dokter Panca dan beberapa tamu termasuk Olivia hari ini datang, maka Yose dan saudaranya tidak pergi ke kantor dan tetap di vila untuk menunggu para tetua. Kellin pun berkata kepada pengasuh, "Baiklah, aku akan membawanya bermain dengan kakak-kakaknya." Meskipun kakak-kakak Tiano juga masih anak-anak, mereka sering berkumpul dan saling menatap. Terkadang juga menangis bersama, tetapi lebih sering bermain bersama.Namun, karena Tiano lebih kecil beberapa bulan dari mereka, dia belum bisa duduk dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Bocah itu tidak bisa
"Benar, Kakek Setya, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak masalah. Bagaimana kalau kami menemani Kakek jalan-jalan?" Aldi ikut menimpali perkataan ibunya. Bahkan Elang juga berkata, "Kakek, Tante Yuna benar. Sudah menunggu selama puluhan tahun, menunggu satu atau dua hari lagi juga nggak ada bedanya. Yang terpenting adalah kesehatanmu. Kellin mungkin akan tiba malam ini." "Sejak melahirkan, dia selalu ingin pergi ke luar. Katanya anaknya suka menangis dan rewel." Elang tertawa, "Tiano mirip sekali dengan Kellin saat kecil, suka menangis dan rewel." "Tapi kenapa aku ingat waktu Kellin kecil sangat mudah diurus?" Kenangan Setya tentang Kellin saat kecil berhenti pada usia dua atau tiga tahun. Pada usia itu, Kellin tidak banyak menangis dan sangat penurut. Ingatannya juga luar biasa, dia bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan kepadanya meskipun belum bisa menguasainya sepenuhnya. Setelah mengingatnya, dia akan mencerna dan memahaminya sendiri perlahan-lahan. Elang yang
Olivia merupakan menantu paling tua di keluarga Adhitama. Ibu kandung Olivia, Reni, adalah putri kedua dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya. Kelak, Odelina akan menjadi menantu keempat keluarga Lumanto. Perempuan itu memiliki status dan kedudukan yang sama dengan Olivia. Keluarga Sanjaya juga memiliki hubungan dengan keluarga Gatara karena Yuna, adalah putri sulung dari kepala keluarga Gatara sebelumnya. Oleh karena itu, keluarga Adhitama, keluarga Sanjaya, dan keluarga Lumanto adalah tiga keluarga yang bersedia dijaga hubungannya oleh Organisasi Lima Kaisar dalam jangka panjang. Semua ini berkat pengaruh Setya. Elang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan ketiga keluarga ini. Namun, setelah gurunya datang ke Mambera, dia telah menyelidiki semua keluarga besar di sana dan mengetahui bahwa empat keluarga tersebut menguasai Mambera. Umumnya, tidak ada yang berani menyinggung mereka. Para pemimpin dari empat keluarga besar itu juga mampu mengendalikan anggota keluarganya, me
“Dokter Panca bilang, dia akan mengatur agar Dokter Dharma datang dan menemani kita pergi ke Cianter,” kata Yuna. “Dengan adanya Dokter Dharma bersama kita, setidaknya kita bisa lebih tenang,” lanjutnya. Setya sudah sangat tua. Perjalanan jauh membuat semua orang khawatir dan takut jika sewaktu-waktu napasnya tersendat, dia akan langsung pergi begitu saja. Dengan kehadiran Dokter Dharma atau Dokter Panca, mereka bisa merasa lebih lega. “Dokter Dharma sering bepergian untuk mengobati orang. Kalau dia pergi selama beberapa hari, Olivia juga nggak akan curiga,” lanjut Yuna. “Kalau saja Olivia nggak sedang hamil, kami juga nggak perlu menyembunyikan ini darinya.” “Bayinya lebih penting, lebih baik kita merahasiakannya,” kata Setya, yang juga setuju untuk menyembunyikan ini dari Olivia. Apalagi setelah mengetahui bahwa Olivia baru bisa hamil setelah satu tahun menikah. Kehamilan ini tidak mudah baginya, ditambah lagi dengan tekanan besar yang dia hadapi. Jika perempuan itu tahu bahwa s