“Dari kejadian ini seharusnya mereka nggak bakal berani lagi,” kata Stefan.“Biasanya siang kamu makan di mana?”“Di luar. Mau traktir aku?”“Aku mau traktir kalau kamu memang ada waktu. Kamu sudah ngebantu aku banyak banget. Yang bisa aku lakukan sebagai ucapan terima kasih cuma dengan traktir makan. Tapi kamu jangan pilih restoran yang terlalu mahal, takutnya aku nggak sanggup.”Stefan ingin tertawa mendengarnya. Katanya ingin traktir makan sebagai ucapan terima kasih, tapi takut tidak sanggup kalau pergi ke restoran yang terlalu mahal. Jadi sebenarnya dia tulus atau tidak?“Waktu istirahat siang nggak banyak, jam pulang kerja juga terlalu ramai. Kalau kamu beneran mau traktir aku makan, pulang lebih cepat terus buatin aku makanan yang enak. Porsinya nggak usah terlalu banyak. Yang penting cukup untuk berdua saja.”Stefan tidak akan membawakan makanan buatan Olivia untuk Calvin lagi. Lagi pula untuk apa juga dia membawakannya? Kalau Calvin ingin memakan masakan rumah, biar dari cari
Olivia memasukkan ponselnya ke saku celana dan ketika hendak kembali ke tokonya, dia melihat Odelina baru saja keluar.“Kakak mau ke mana?”“Aku mau beli bahan makanan buat kalian. Nanti siang nggak usah pesan, terlalu sering pesan makanan di luar nggak bagus. Liv, tolong jagain Russel, ya.”Tidak lupa Olivia mengingatkan kakaknya untuk berhati-hati di jalan. Dia lebih memilih menggunakan sepeda listriknya untuk berangkat kerja daripada mobil baru karena sepeda listrik lebih cepat dan praktis. Dia khawatir akan terjebak macet di jam sibuk jika menggunakan mobil.“Kak, uangnya aku transfer, ya.”Karena tidak ingin sang kakak menggunakan uang dari Roni untuk membeli bahan makanan, Olivia mentransfer sejumlah uang kepada kakaknya.Olivia masuk ke tokonya setelah mengantar kepergian kakaknya. Ini bukan pertama kalinya Russel datang kemari. Dia sudah cukup dekat dengan Junia, jadi ketika ibunya sedang tidak ada, dia tidak akan menangis atau merengek. Russel sudah biasa jalan ke sana kemari
Sarah cukup tertarik ketika mendengar Olivia menanyakan apa yang disukai oleh cucunya. Dia pun dengan senang hati memberi tahu apa yang Stefan sukai kepadanya, termasuk rahasia seperti apa warna celana dalam favoritnya. Semua pakaian Stefan dibuat khusus untuknya dan dikirim langsung ke rumah begitu selesai dibuat. Sarah bisa tahu warna celana dalamnya Stefan karena pernah melihatnya langsung.“Liv, barang yang Stefan suka nggak banyak, jadi kamu nggak usah terlalu pikirin. Beliin dia baju mana saja nggak masalah. Biar Nenek kasih tahu ukuran bajunya.”“Tapi gimana kalau yang aku beli ternyata dia nggak suka?”“Yang penting maksud kamu sudah tersampaikan. Dia pakai atau nggak itu urusan dia. Tapi, Nenek rasa dia pati bakal pakai.”Walau dari luar terlihat seolah dia tidak menyukai baju pemberian sang istri, sebenarnya dia akan tetap memakainya ke kantor. Sarah memang sudah tidak terlibat dengan urusan di kantor, tapi dia tetap tahu apa yang terjadi di sana terkait cucu sulungnya. Stefa
“Kan Kak Roni sendiri yang mau pakai sistem patungan. Sekarang kakakku nggak kerja, jadi dia fokus jagain Russel. Kalau Kak Roni bilang begitu, buat Kak Odelina, apa bedanya punya atau nggak punya suami? Kak Roni selalu bilang Kakak nggak ngapa-ngapain? Kakak sudah ngerjain setengahnya. Dia sudah beli bahan makanan, beras juga sudah dicuci. Kak Roni tinggal masak doang.”Roni ingin membalas perkataan Olivia, tapi Olivia tidak memberikan kesempatan untunya dan terus berbicara, “Kak Roni pikir keluarga kalian sudah benar? Russel kan masih kecil, pas lagi main, wajar kalau mainannya berantakan di lantai. Dia masih belum bisa beresin mainannya sendiri. Kak Roni pikir mainannya punya kaki bisa beresin diri sendiri? Bahkan baju yang Kak Roni pakai setiap hari juga Kakak yang cuci, ‘kan? Kak Roni setiap hari makan tiga kali bukan Kak Odelina yang masak? Kak Roni selalu bilang Kakak nggak punya pendapatan. Kalau Kak Odelina nggak ngurus pekerjaan rumah, apa Kak Roni masih bisa fokus kerja?”“
Rasanya aneh sekali! Kenapa bisa manis?! Apa jangan-jangan Roni salah memasukkan gula yang dia kira adalah garam? Dia langsung kembali ke dapur dan melihat bumbu yang tadi dia gunakan. Gula, garam dan vetsin diletakkan di satu kotak yang sama. Pasti tadi Roni mengira kalau gula yang dia tuangkan ke masakannya adalah garam.Biasanya selalu ada sang ibu yang memasak untuk Roni sebelum dia menikah. Setelah menikah, ada Odelina dan Olivia yang memasak untuknya, jadi dia tidak pernah sekali pun memasak. Gula dan garam saja bisa tertukar, hasil masakan yang dibuat juga tentu saja aneh. Berbeda dengan nasi yang masih bisa dimakan karena sudah ditakar oleh Odelina. Namun tanpa ada lauk-pauk yang menemani, tidak mungkin Roni hanya makan nasi putih saja.Amarah Roni meluap ketika tidak ada makanan di rumah setelah bekerja setengah hari di kantor. Kemarahannya semakin menjadi ketika dia mendapati Odelina sedang duduk santai sambil bermain dengan ponselnya di ranjang.Roni melempar ponselnyadan me
Odelina mengejar pria itu sambil memegang pisau dapur di tangannya.Roni sama sekali tidak menyangka bahwa istrinya bisa sehebat ini.Setelah menikah, Odelina selalu terlihat lembut dan penuh perhatian. Sekalipun beberapa waktu terakhir ini, Roni sering memaharinya, istrinya itu biasa akan selalu bersabar. Hanya kalau suaminya ini marah terlalu berlebihan, barulah perempuan itu menanggapi dan ribut dengan Roni.Kali ini, tidak cukup hanya ribut saja, istrinya ini bahkan sampai turun tangan seperti orang gila. Tidak hanya memukulnya, sekarang pisau dapur juga ikut turun.Roni buru-buru berlari keluar dari rumah.Odelina juga tidak berhenti, perempuan itu tetap mengejar Roni dengan pisau dapur di tangannya.Kedua suami istri itu terus saling kejar-kejaran hingga turun ke lantai satu.Keributan yang dibuat oleh sepasang suami istri ini telah membuat para tetangga sekitar mereka merasa terganggu.Odelina terus mengejar Roni dengan pisau dapur di tangannya hingga melewati lima blok perumah
Odelina tertawa dengan dingin, “Bukannya dia selalu menuntut kesamaan? Aku hanya melakukan seperti yang sudah dilakukannya, kalau dia marah bisa melampiaskan sesuka hatinya kepadaku. Kalian melihat dia seperti itu, kalian merasa kasihan, lantas aku yang sudah seperti ini apa kalian nggak kasihan?”“Anak kalian dibesarkan oleh kedua orangtuanya, apa kalian pikir aku nggak punya orang tua yang membesarkan aku? Benar, orang tuaku memang sudah nggak ada, tapi bukan berarti kalian bisa menyiksaku sesuka hati kalian!”“Kalian mau satu persatu atau datang sekaligus? Kalau nggak terima, cepat tuntaskan di sini, aku bukanlah perempuan yang mudah ditindas! Kalau kalian berani memukul dan memojokkan aku lagi, sekalipun aku harus mati di sini, aku pasti akan membawa kalian mati bersama!”“Roni, aku dari dulu sudah pernah bilang, kalau kamu berani memukulku lagi, kecuali kamu memukulku sampai mati, jangan harap kamu bisa tidur dengan tenang! Aku pasti akan menguliti kamu dan memotong daging mu menj
Roni melihat keluarganya sudah mengetahui hal ini, tapi tidak ada menyalahkannya sedikit pun, pria itu pun kembali bercerita. “Semenjak Odelina melahirkan, badannya semakin lama semakin gendut, aku semakin lama semakin nggak suka dengannya. Sebaliknya Yenny sangat perhatian dan lembut, dia juga masih muda dan cantik. Aku rasa perempuan yang sebenarnya aku cintai adalah Yenny.”Ibu Roni langsung menjawab anaknya dengan ketus, “Orang melihat kamu hanya karena jabatan dan juga pendapatan kamu! Coba kalau kamu hanya seorang pegawai biasa seperti kemarin, siapa yang mau melihat kamu?”“Walaupun Odelina memang sedikit kejam dan memukul kamu hingga seperti ini, dia adalah perempuan yang sudah kamu nikahi selama bertahun-tahun, menjaga kamu dan keluarga kamu dengan sangat baik. Dia adalah perempuan yang sudah merasakan pahitnya kehidupan, sudah tahu bagaimana harus menjalani kehidupan dan menjaga rumahnya. Nggak seperti perempuan yang kamu bilang itu, Odelina jauh lebih baik daripadanya.”Wala
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me