Odelina diam saja, Olivia justru berkata, “Kalian nggak pernah asuh Russel. Dia nggak terbiasa dibawa pergi sama kalian, dia pasti bakal menangis. Kalau kalian kangen Russel, setiap pagi kalian boleh datang dan temani Russel main.”Andi berkata dengan raut wajah malu, “Olivia, Om dan Tante memang nggak pernah asuh Russel dulu. Makanya sekarang kami ingin tebus kesalahan kami. Kami berdua bosan di rumah saja. Kalau kami bantu kakakmu jaga Russel, kakakmu juga bisa kerja dengan tenang.”Usai berkata pada Olivia, Andi bertanya lagi pada cucu yang sedang digendongnya, “Russel mau ikut Kakek dan Nenek pulang, nggak?”“Mama ikut, nggak?” tanya Russel.Andi tertegun sejenak, lalu menjawab, “Mama nggak ikut. Tapi di rumah Kakek dan Nenek ada papamu. Ikut kami pulang, oke? Kalau kamu ikut kami, mamamu juga nggak akan terlalu capek.”Russel meronta minta diturunkan. Kemudian, dia berlari kembali ke meja makan. Setelah itu, dia memanjat dan duduk di kursinya.“Aku mau makan. Kalau Mama nggak perg
Rita bilang kalau dia kembali ke rumah mereka sendiri, maka Roni bukan putranya lagi. Roni akan dikendalikan sepenuhnya oleh Yenny.Selain itu, Roni dan Yenny masih belum mengadakan resepsi pernikahan. Yenny bilang dia akan menunggu sampai rumah selesai direnovasi baru mengadakan resepsi pernikahan. Dengan begitu, dia tidak akan merasa malu.Sekarang mereka tinggal di kontrakan. Kalau Yenny mengadakan resepsi pernikahannya, keluarganya yang datang tidak punya tempat untuk tinggal.Kalau Andi dan Roni bisa menjaga Russel, mereka juga tidak akan merasa terlalu bosan. Selain itu, mereka juga dapat memupuk hubungan dengan cucu mereka. Bagaimanapun, Russel adalah satu-satunya keturunan keluarga Pamungkas. Sampai sekarang Yenny belum hamil, entah dia bisa punya anak atau tidak.Odelina makan sayur-sayuran saja, makan sebentar saja sudah terasa kenyang. Begitu melihat kedua mantan mertuanya sedang berbisik-bisik, dia pun pergi ke ruang tamu dan mengambil empat kantong buah yang dibelikan Oliv
Setelah Stefan dan Olivia selesai makan, Stefan berkata pada istrinya, “Oliv, kamu bawa Russel ke sana saja. Biar aku yang bereskan meja makan.”Di rumahnya, Stefan juga yang melakukan pekerjaan rumah. Olivia pun sudah terbiasa. Begitu Stefan menyuruhnya membawa Russel ke ruang tamu, dia langsung menggendong Russel ke sana dan duduk di samping kakaknya.Setelah Olivia duduk, dia mendapati tiga orang sedang menatapnya. Kakaknya dan kedua mantan mertua kakaknya, mereka semua menatap lurus ke arahnya.Olivia kebingungan, “Kak, kenapa kalian lihat aku seperti ini? Ada nasi di wajahku?”Usai bertanya, Olivia mengangkat tangannya dan meraba wajahnya sendiri. Namun, dia tidak menemukan sebutir beras pun di sana.“Olivia, kenapa kamu biarkan Pak Stefan bersihkan meja makan dan lakukan pekerjaan rumah?” tanya Rita. Setelah itu, dia mulai menasehati Olivia, “Suami sudah capek kerja seharian di luar. Pulang ke rumah, kalian yang sebagai istri harus layani suami dengan baik. Biar mereka bisa meras
Russel baru cucu kandung keluarga Pamungkas. Begitu kembali ke rumah kontrakan, Andi dan Rita melihat Roni dan Yenny sedang menonton TV. Raut wajah keduanya terlihat muram.“Pa, Ma, nggak bawa Russel pulang?”Roni berdiri dan menyambut orang tuanya, tapi tidak melihat anaknya. Dia langsung bertanya kepada orang tuanya.Yenny juga pergi dan berkata, “Aku sudah rapikan kamar kecil dan dekorasi jadi kamar anak. Aku juga belikan banyak mainan baru untuk Russel. Kenapa kalian nggak bawa dia ke sini?”Yenny menerima seikat rambut dari perempuan tidak dikenal itu, juga sebuah catatan yang memberi tahu kalau rambut itu milik ibu Yenny. Orang itu meminta Yenny untuk melaksanakan rencananya secepat mungkin. Yenny harus membawa Russel ke tempat ramai seperti kebun binatang atau taman bermain.Kalau Yenny tidak melakukan perintah orang itu, lain kali paket yang Yenny terima adalah dua jari tangan ibunya. Yenny benar-benar ketakutan. Dia mengandalkan mertuanya untuk membawa Russel pulang. Namun, me
Yenny mengatupkan bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung berbalik dan kembali ke kamarnya, lalu membanting pintu kamarnya dengan keras.“Sayang, sayang.”Roni memanggilnya dua kali, tapi tidak mendapat jawaban.Rita spontan berkata, “Nggak usah pedulikan dia. Dia hanya nggak mau kamu dan Odelina pergi bareng. Lagi pula, kamu nggak pergi berdua dengan Odelina, kami semua ikut. Dia tetap saja cemburu. Dia nggak pikir pakai otak, kalau dia yang sudah rebut kamu dari Odelina.”Rita sangat tidak menyukai Yenny sekarang. Dulu dia merasa putranya sangat hebat. Sekarang, dia malah tidak menyukai Yenny menjadi orang ketiga dalam rumah tangga anaknya, lalu berhasil menggantikan posisi Odelina sebagai istri Roni.Keluarga Pamungkas sudah membuat keputusan bulat. Besok siang mereka akan pergi menjemput Odelina dan Russel pergi ke kebun binatang. Cuaca akhir-akhir ini tidak panas juga tidak dingin. Jadi cocok untuk jalan-jalan.Di sisi lain, Olivia dan Stefan main di rumah Odelina
“Tanya dia untuk apa dia datang ke sini?”Malam-malam begini mengadang jalan Stefan dengan mobil. Daniel makan kekenyangan dan tak ada kerjaan?Dimas menurunkan kaca jendela mobil dan bertanya kepada Daniel yang sedang berjalan ke arahnya, “Pak Daniel kenapa ada di sini?”“Stefan ada di dalam mobil, kan? Stefan, aku mau tinggal di tempatmu sebentar. Aku bahkan sudah bawa koperku ke sini. Tapi Pak Arif nggak berani buat keputusan. Dia nggak izinkan aku masuk, jadi aku mau nggak mau tunggu kamu di sini.”Wajah stefan langsung jadi cemberut ketika mendengar perkataan Daniel. Seandainya Daniel bukan sahabatnya yang sudah kenal bertahun-tahun, Stefan pasti sudah suruh sopir injak gas dan tabrak mobil yang menghalangi jalannya itu.Sedangkan Olivia merasa terkejut ketika mendengar hal itu. Setelah melihat wajah suaminya yang sudah sehitam arang, dia pun bertanya pada Daniel yang berdiri di samping mobil, “Pak Daniel mau pindah ke sini? Kenapa?”“Perempuan itu tinggal di rumahku terus, nggak
Stefan memiliki banyak rumah. Dia dan Olivia lebih sering tinggal di vila ini dan di Lotus Residence. Kebetulan dua rumah ini lokasinya yang paling dekat dengan perusahaan, sehingga lebih leluasa untuk pulang pergi kerja.Daniel tidak ingin tinggal terlalu jauh dari perusahaan. Oleh karena itu, dia memberanikan diri untuk pindah ke sini dan tinggal bersama Stefan untuk sementara waktu.“Stefan, semua ini ide kamu?”Daniel bertanya kepada sahabatnya yang sedang memasang raut wajah cemberut, “Dekorasinya bagus banget, seperti acara lamaran, juga seperti acara pernikahan. Kalau kamu dan Olivia mau adakan resepsi pernikahan, dekorasinya seperti ini saja. Dijamin bakal buat semua perempuan takjub.”Stefan menjawab dengan ketus, “Kalau bukan idemu, lantas ini idemu?”“EQ-ku nggak setinggi itu. Aku nggak bisa pikirkan cara seperti ini untuk buat menyenangkan hati perempuan.”Stefan langsung memelototinya, “Tentu saja kamu nggak punya EQ setinggi itu. Kamu hanya tahu terima uang, uang dan uang
“Stefan, aku benar-benar minta maaf,” kata Daniel dengan malu-malu.“Kalau merasa nggak enak hati, tinggal saja di hotel.”“Aku nggak merasa nggak enak hati. Lagi pula ini bukan pertama kalinya aku menginap di rumahmu. Dulu aku dan Reiki sering menginap di rumahmu. Kalau mabuk atau sudah terlalu malam, kita pasti menginap.”Stefan, “....”Stefan berdiri, dia juga menarik istri tercintanya berdiri lalu berkata dengan dingin, “Kamu pakai kamar tamu yang paling jauh dari kamar utama. Tidur lebih awal.”Usai berkata, Stefan langsung membawa Olivia ke lantai atas. Begitu sampai di kamar, Stefan pun menggerutu kesal, “Sejak kapan aku jadi tameng orang lain? Sejak kapan rumahku jadi tempat untuk berlindung?”Olivia tertawa pelan, “Pak Daniel juga nggak ada cara lain lagi, makanya dia datang untuk tinggal di sini selama beberapa hari. Kalian sudah berteman lama, kan.”“Siapa bilang dia nggak punya cara lain. Dia memang sengaja jadikan aku sebagai tameng. Kalau aku bilang EQ-nya rendah, dia tah