Amelia sama sekali tidak tahu kalau Aksa kembali lagi ke hotel. Setelah mereka berdua masuk ke cafe di lantai pertama hotel, Jonas memesan segelas jus untuk Amelia dan segelas kopi untuk dirinya sendiri.“Sekarang minum kopi, nanti malam kamu nggak akan insomnia?” tanya Amelia yang juga memesan beberapa dessert.“Nggak, kok. Pekerjaan kami terlalu banyak. Kalau nggak minum kopi, kami nggak punya energi untuk bertahan hingga larut malam.”Jadwal kerja Jonas sangat padat. Setiap hari dia harus bekerja sampai larut malam. Kalau dia memiliki kesempatan untuk menyelesaikan masalah besar dalam hidupnya, tentu saja dia bisa meluangkan waktu untuk bersantai.“Amelia.”Jonas dan Amelia baru mengobrol sebentar, Aksa sudah datang. Begitu dia melihat keduanya sedang duduk di dekat jendela, Aksa langsung berjalan mendekat sambil memanggil adiknya.Amelia spontan menoleh dan melihat kakaknya yang sedang berjalan. Tiba-tiba dia merasa seperti sedang tertangkap basah oleh orang tuanya.Tidak, tadi mer
Alasan utamanya karena Amelia dan Jonas bisa akrab.“Aku bertanggung jawab atas semua bisnis Ferda Group di Kota Mambera. Aku lebih sering tinggal di Kota Mambera, jadi sama saja sudah menetap di Kota Mambera. Sesekali aku akan pulang ke Vila Ferda. Tapi setiap pulang ke sana, aku merasa seperti tamu. Mamaku sering bilang aku anggap Vila Ferda sebagai hotel. Setelah menginap dua malam langsung pergi.”Amelia menurunkan tangannya ke bawah meja dan menyodok kaki kakaknya. Kemudian, dia mencondongkan tubuhnya ke dekat sang kakak dan berbisik, “Kak, kenapa kamu terus tanya pertanyaan pribadi ke Jonas, sih? Kesannya kasar banget. Kamu juga nggak akrab dengan Jonas, kan.”Setelah bertemu beberapa kali, Amelia dan Jonas juga baru bisa sedikit lebih akrab. Aksa spontan menatap adiknya. Dalam hati bertanya, apakah Amelia sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap Jonas?Aksa sedang membantu Amelia untuk mencari tahu dulu. Aksa teringat kembali bagaimana Amelia mengejar Stefan, lalu pada akhir
Di gerbang SMP Negeri Kota Mambera.Beberapa mobil berbelok dari jalan utama di luar ke jalan kecil menuju SMP Negeri Kota Mambera. Kemudian, mobil-mobil itu berhenti beberapa ratus meter dari gerbang sekolah.Seorang pengawal keluar dari mobil pengawal yang berada di paling depan. Pengawal itu membukakan pintu untuk orang yang duduk di kursi belakang, lalu berkata dengan suara dingin, “Kita sudah sampai di SMP Negeri Kota Mambera, Non.”Rosalina diam-diam mengambil tongkat yang ada di sampingnya. Kemudian, dia meraba-raba beberapa hadiah di kursi sebelahnya.Sinta yang menyiapkan hadiah itu. Rosalina sama sekali tidak tahu apa yang Sinta siapkan. Dia dijemput sang ibu dari toko bunganya.Mobil kedua adalah mobil pribadi Sinta. Dia menurunkan kaca jendela dan memberi isyarat kepada pengawalnya untuk mendekat. Begitu pengawal itu mendekat, dia pun berkata, “Katakan padanya, jalan sekitar 300 meter dari tempat dia turun. Toko pertama di sebelah kirinya adalah toko buku Olivia.”Pengawal
Setelah terpaksa membiarkan Rosalina tetap hidup, Sinta pun tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Jelas-jelas dia yang melahirkan Rosalina. Namun, dia tidak bisa merasa sayang pada putrinya ini. Setelah mantan suami Sinta meninggal, Rosalina masih seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Anak mana yang tidak menempel pada ibunya. Setiap kali Rosalina menangis minta digendong, Sinta anggap tidak mendengar apa pun. Kalau dia merasa kesal, dia akan menendang Rosalina ke samping. Bahkan pengasuh Rosalina pun kaget.Akan tetapi, semakin Sinta membenci Rosalina, tidak peduli dia memukul, memarahi atau bahkan menendang Rosalina, anak itu masih saja menangis dan memanggilnya, “Mama, gendong.”Setelah mantan suami Sinta meninggal, dia tidak perlu berpura-pura lagi. Jadi dia tidak mungkin mau menggendong Rosalina lagi. Dia akan menyuruh pengasuh untuk membawa Rosalina pergi dan jangan muncul di hadapannya. Dia benci melihat wajah putri sulungnya itu.Rosalina mewarisi ke
Rosalina pernah meminta karyawan toko bunga untuk membantunya mengukur langkah kakinya. Karena dia tidak bisa melihat, langkahnya lebih kecil dari orang biasa. Untuk jarak satu meter, dia perlu mengambil empat langkah. Sedangkan untuk jarak lebih dari 300 meter, tidak ada jumlah langkah yang pasti. Namun setidaknya, dia perlu berjalan 1.200 langkah.Rosalina diam-diam menghitung langkah yang dia ambil di dalam hati. Oleh karena itu, dia berjalan dengan sangat lambat. Sinta juga tidak peduli Rosalina mau berjalan cepat atau lambat.Setelah menutup kembali kaca jendela mobilnya, Sinta menelepon suaminya. Begitu sang suami mengangkat telepon, Sinta pun berkata, “Sayang, aku suruh Rosalina pergi temui Olivia.”Johan bergumam pelan, lalu menjawab, “Kamu harus ngomong baik-baik dengan Rosalina. Dengan begitu dia baru bersedia bantu Giselle minta maaf.”“Memangnya dia berani nggak melakukan apa yang aku suruh?”Suara Johan spontan tercekat, tidak bisa menanggapi kata-kata istrinya.“Sayang, k
Segera, Rosalina mendengar seseorang berlari mendekat. Kalau didengar dari suara langkah kakinya, orang itu pasti perempuan.“Bu Rosalina.”Rosalina mendengar suara yang familiar, sepertinya itu suara Olivia.“Bu Rosalina.”Olivia berlari ke arah Rosalina. Setelah di dekat Rosalina, Olivia membungkuk dan mengulurkan tangannya untuk membantu Rosalina sambil berkata, “Bu Rosalina nggak apa-apa?”“Aku nggak apa-apa.”Ternyata benar-benar Olivia. Rosalina spontan berpikir apa yang dikatakan pengawal tadi tidak akurat. Kalau jaraknya lebih dari 300 meter, Olivia tidak mungkin begitu cepat tahu kedatangannya. Mungkin toko buku Olivia sudah berada di dekatnya.Junia membantu mengambil tongkat Rosalina serta beberapa hadiah yang Rosalina bawa. Hadiah itu berupa dua kotak produk suplemen dan dua set produk perawatan kulit.Olivia tidak bertanya mengapa Rosalina ada di sini. Dia dan Junia membawa Rosaline ke toko buku dulu. Setelah meminta Rosalina untuk duduk, Olivia baru melihat hadiah-hadiah
Olivia sudah melaporkan dan menyerahkan masalah ini ke polisi. Dia tidak akan menuntut ganti rugi dari keluarga Siahaan secara pribadi.Kalau keluarga Siahaan memberikan mobil baru sebagai ganti rugi mobil Olivia yang hancur, maka Olivia akan menerimanya. Akan tetapi, dia hanya menerima mobil baru dengan merek yang sama. Mobil itu baru dibeli beberapa bulan yang lalu, juga baru digunakan kurang dari setengah tahun.Rosalina memasukkan kembali kartu bank itu ke saku celananya tanpa mengatakan apa pun. Olivia juga terdiam sebentar. Sesaat kemudian, dia bertanya dengan suara yang jauh lebih lembut, “Bu Rosalina, kalau aku bersikeras tuntut Giselle, apakah kamu masih bisa bertahan di keluarga itu?”“Paling jadi sedikit lebih sulit. Tapi hidupku di keluarga itu selalu seperti ini. Nggak peduli Bu Olivia mau tuntut Giselle atau nggak, sikap mereka terhadapku tetap sama.”Rosalina berkata dengan tenang, “Lakukan saja apa yang Bu Olivia inginkan. Nggak perlu khawatirkan aku. Pada akhirnya, mas
Tante Rosalina mendengar ada seorang dokter jenius yang sering muncul di Kota Aldimo akhir-akhir ini. Rosalina ingin meminta dokter jenius itu untuk menyembuhkan matanya. Tante bilang sekalipun tidak bisa bertemu dengan dokter itu, bisa meminta murid dokter untuk memeriksa mata Rosalina juga boleh.Murid dokter jenius adalah harapan terakhir Rosalina. Setelah menjalani pengobatan sekian lama, sebenarnya Rosalina bisa melihat sedikit samar-samar. Akan tetapi, masih tidak bisa melihat dengan jelas, masih buta seperti sebelumnya. Meskipun demikian, Rosalina juga sangat gembira. Akhirnya dia memiliki sedikit kepercayaan diri untuk bisa melihat cahaya lagi.Namun, Rosalina tidak berani memberi tahu siapa pun tentang hal ini kecuali tantenya. Bagaimanapun, dia masih seperti orang buta yang tidak bisa melihat dengan jelas.“Bu Rosalina nggak bisa melihat, bagaimana kamu bisa tahu ada orang lain di tokoku?”Rosalina tersenyum dan menjawab, “Sewaktu aku masuk ke sini, aku dengar suara langkah k
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send
Rosalina tersenyum dan berkata, "Kamu mau makan apa? Aku minta dia buatkan untukmu." "Asalkan masakan Kak Calvin, aku pasti suka," jawab Jordan dengan cepat. "Kalau begitu sudah beres. Selama dia ada di rumah, dia yang selalu memasak. Koki di rumah kita setiap hari khawatir pekerjaannya akan direbut oleh kakak iparmu," kata Rosalina sambil tertawa. Jordan tertawa terbahak-bahak. "Kak, kamu benar-benar beruntung." Kalau bukan karena kakaknya menikah dengan putra keluarga Adhitama, Jordan tidak akan tahu bahwa Calvin begitu pandai memasak. "Aku juga merasa sangat beruntung," jawab Rosalina. Seandainya bisa punya anak lebih awal, itu akan lebih sempurna. Dokter Dharma juga bilang, dua tahun lagi dia bisa hamil secara normal. Selama dia masih memiliki kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dia tidak khawatir. Selama ada takdir, bayi pasti akan datang mencarinya dan Calvin."Istriku, sudah bangun? Cuci tangan, ayo makan!" seru Calvin dari dapur. "Datang!" sahut Rosalina. Jor
Semua ini disebabkan oleh kedua orang tua Rosalina. Biar mereka menyalahkan saja diri mereka sendiri.Rosalina tersenyum dan berkata, "Makin buruk suasana hati mereka, makin bahagia hatiku. Baiklah, besok aku akan menemani Jordan menjenguk mereka di penjara. Bagaimanapun juga, salah satu dari mereka adalah om dan ibu kandungku sendiri. Secara emosional dan moral, aku harus melihat mereka." "Mereka makin nggak mau melihatku, aku justru makin ingin melihat mereka." Calvin berkata, "Kalau begitu, besok aku akan meminta izin sama Kak Stefan, lalu mengantar kalian ke sana. Aku juga mau ikut melihat." Mungkin Sinta akan marah besar. Putri yang paling dia sayangi tidak menikah dengan Calvin, tetapi putri yang paling dia benci justru menjadi permata hati lelaki itu. Mengingat bagaimana Rosalina pernah disakiti, Calvin tertawa dingin. Bahkan jika kedua orang itu sudah menerima hukuman mereka, dia tidak ingin mereka hidup nyaman. Biarkan saja kedua orang itu marah dan merasa tertekan sep
Rosalina berhenti sejenak, menoleh ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya. Setelah yakin, dia merangkul leher Calvin dan langsung mencium bibirnya. Sejak pulang tadi, dia memang sudah ingin memberikan suaminya sebuah ciuman dalam. Namun, karena baru saja masuk rumah dan adiknya juga langsung ikut masuk, dia merasa tidak enak melakukannya. Calvin, yang lebih merindukan istrinya, langsung memeluknya kembali dan memperdalam ciuman itu. Setelah ciuman selesai, Calvin mendekatkan bibirnya ke telinga istrinya dan berbisik, “Sayang, aku belum puas. Ini baru seperti hidangan pembuka saja.” “Jordan ada di rumah... nanti malam saja,” Rosalina menjawab dengan suara pelan. “Dia memang ada di rumah, tapi dia nggak akan masuk ke kamar kita. Setelah kita kembali nanti, kalau dia ada di lantai bawah, kita langsung naik ke atas. Kalau dia di atas, kita kunci pintu kamar. Dia cukup tahu diri untuk nggak sembarangan mengetuk pintu.” “Aku tidak bisa menunggu sampai malam, aku su
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa