Setelah terpaksa membiarkan Rosalina tetap hidup, Sinta pun tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Jelas-jelas dia yang melahirkan Rosalina. Namun, dia tidak bisa merasa sayang pada putrinya ini. Setelah mantan suami Sinta meninggal, Rosalina masih seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Anak mana yang tidak menempel pada ibunya. Setiap kali Rosalina menangis minta digendong, Sinta anggap tidak mendengar apa pun. Kalau dia merasa kesal, dia akan menendang Rosalina ke samping. Bahkan pengasuh Rosalina pun kaget.Akan tetapi, semakin Sinta membenci Rosalina, tidak peduli dia memukul, memarahi atau bahkan menendang Rosalina, anak itu masih saja menangis dan memanggilnya, “Mama, gendong.”Setelah mantan suami Sinta meninggal, dia tidak perlu berpura-pura lagi. Jadi dia tidak mungkin mau menggendong Rosalina lagi. Dia akan menyuruh pengasuh untuk membawa Rosalina pergi dan jangan muncul di hadapannya. Dia benci melihat wajah putri sulungnya itu.Rosalina mewarisi ke
Rosalina pernah meminta karyawan toko bunga untuk membantunya mengukur langkah kakinya. Karena dia tidak bisa melihat, langkahnya lebih kecil dari orang biasa. Untuk jarak satu meter, dia perlu mengambil empat langkah. Sedangkan untuk jarak lebih dari 300 meter, tidak ada jumlah langkah yang pasti. Namun setidaknya, dia perlu berjalan 1.200 langkah.Rosalina diam-diam menghitung langkah yang dia ambil di dalam hati. Oleh karena itu, dia berjalan dengan sangat lambat. Sinta juga tidak peduli Rosalina mau berjalan cepat atau lambat.Setelah menutup kembali kaca jendela mobilnya, Sinta menelepon suaminya. Begitu sang suami mengangkat telepon, Sinta pun berkata, “Sayang, aku suruh Rosalina pergi temui Olivia.”Johan bergumam pelan, lalu menjawab, “Kamu harus ngomong baik-baik dengan Rosalina. Dengan begitu dia baru bersedia bantu Giselle minta maaf.”“Memangnya dia berani nggak melakukan apa yang aku suruh?”Suara Johan spontan tercekat, tidak bisa menanggapi kata-kata istrinya.“Sayang, k
Segera, Rosalina mendengar seseorang berlari mendekat. Kalau didengar dari suara langkah kakinya, orang itu pasti perempuan.“Bu Rosalina.”Rosalina mendengar suara yang familiar, sepertinya itu suara Olivia.“Bu Rosalina.”Olivia berlari ke arah Rosalina. Setelah di dekat Rosalina, Olivia membungkuk dan mengulurkan tangannya untuk membantu Rosalina sambil berkata, “Bu Rosalina nggak apa-apa?”“Aku nggak apa-apa.”Ternyata benar-benar Olivia. Rosalina spontan berpikir apa yang dikatakan pengawal tadi tidak akurat. Kalau jaraknya lebih dari 300 meter, Olivia tidak mungkin begitu cepat tahu kedatangannya. Mungkin toko buku Olivia sudah berada di dekatnya.Junia membantu mengambil tongkat Rosalina serta beberapa hadiah yang Rosalina bawa. Hadiah itu berupa dua kotak produk suplemen dan dua set produk perawatan kulit.Olivia tidak bertanya mengapa Rosalina ada di sini. Dia dan Junia membawa Rosaline ke toko buku dulu. Setelah meminta Rosalina untuk duduk, Olivia baru melihat hadiah-hadiah
Olivia sudah melaporkan dan menyerahkan masalah ini ke polisi. Dia tidak akan menuntut ganti rugi dari keluarga Siahaan secara pribadi.Kalau keluarga Siahaan memberikan mobil baru sebagai ganti rugi mobil Olivia yang hancur, maka Olivia akan menerimanya. Akan tetapi, dia hanya menerima mobil baru dengan merek yang sama. Mobil itu baru dibeli beberapa bulan yang lalu, juga baru digunakan kurang dari setengah tahun.Rosalina memasukkan kembali kartu bank itu ke saku celananya tanpa mengatakan apa pun. Olivia juga terdiam sebentar. Sesaat kemudian, dia bertanya dengan suara yang jauh lebih lembut, “Bu Rosalina, kalau aku bersikeras tuntut Giselle, apakah kamu masih bisa bertahan di keluarga itu?”“Paling jadi sedikit lebih sulit. Tapi hidupku di keluarga itu selalu seperti ini. Nggak peduli Bu Olivia mau tuntut Giselle atau nggak, sikap mereka terhadapku tetap sama.”Rosalina berkata dengan tenang, “Lakukan saja apa yang Bu Olivia inginkan. Nggak perlu khawatirkan aku. Pada akhirnya, mas
Tante Rosalina mendengar ada seorang dokter jenius yang sering muncul di Kota Aldimo akhir-akhir ini. Rosalina ingin meminta dokter jenius itu untuk menyembuhkan matanya. Tante bilang sekalipun tidak bisa bertemu dengan dokter itu, bisa meminta murid dokter untuk memeriksa mata Rosalina juga boleh.Murid dokter jenius adalah harapan terakhir Rosalina. Setelah menjalani pengobatan sekian lama, sebenarnya Rosalina bisa melihat sedikit samar-samar. Akan tetapi, masih tidak bisa melihat dengan jelas, masih buta seperti sebelumnya. Meskipun demikian, Rosalina juga sangat gembira. Akhirnya dia memiliki sedikit kepercayaan diri untuk bisa melihat cahaya lagi.Namun, Rosalina tidak berani memberi tahu siapa pun tentang hal ini kecuali tantenya. Bagaimanapun, dia masih seperti orang buta yang tidak bisa melihat dengan jelas.“Bu Rosalina nggak bisa melihat, bagaimana kamu bisa tahu ada orang lain di tokoku?”Rosalina tersenyum dan menjawab, “Sewaktu aku masuk ke sini, aku dengar suara langkah k
Tin tin ....Klakson mobil berbunyi. Rosalina cepat-cepat berdiri, tapi dia tidak tahu harus pergi ke arah mana. Sepertinya sudah waktunya pulang sekolah. Dia terus mendengar suara klakson mobil.Rosalina langsung berjalan ke arah kanan tanpa pikir panjang. Namun siapa sangka, dia mendengar suara klakson mobil lagi. Apakah dia salah arah? Rosalina ragu-ragu sejenak, lalu dia berbalik dan berjalan ke arah sebaliknya.Calvin tidak punya pilihan selain keluar dari mobilnya dan berjalan dengan cepat ke arah Rosalina. Kemudian, dia mengulurkan tangan dan meraih pergelangan tangan Rosalina. Rosalina spontan meronta dan menarik tangannya. Namun, begitu dia mencium bau cologne di tubuh Calvin, dia pun berhenti meronta.Calvin langsung membawa Rosalina ke dalam mobilnya. Setelah itu, dia kembali ke tempat Rosalina jatuh tadi untuk mengambil hadiah dan tongkat di tanah. Semua barang itu dia masukkan ke dalam mobil, di samping Rosalina.Tringgg ....Ponsel Calvin berdering. Dia menepikan mobilnya
Di sore hari, para orang tua datang untuk menjemput anak pulang dari sekolah. Setelah melewati jam sibuk, Olivia pergi ke rumah kakaknya untuk makan. Sedangkan Junia akan berkencan dengan Reiki. Oleh karena itu, malam ini toko buku tutup.Olivia membeli dua kantong buah untuk dibawa ke rumah kakaknya. Hubungan mereka berdua masih sama seperti dulu, tidak berubah karena Olivia telah menjadi menantu keluarga Adhitama.Olivia memiliki kunci rumah kontrakan kakaknya. Dia langsung membuka pintu dengan kuncinya. Begitu membuka pintu, dia melihat seorang gadis kecil. Tidak, lebih tepatnya itu Russel. Akan tetapi, Russel mengenakan rok dan berkeliling di dalam rumah. Dia terlihat sangat bahagia.“Russel?”Olivia masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Kemudian, dia memanggil keponakannya sambil tertawa pelan, “Kenapa kamu pakai rok?”“Tante.”Russel berlari ke arah Olivia, lalu memamerkan roknya, “Tante, aku pakai rok ini bagus, nggak?”Olivia meletakkan dua kantong buah segar di atas meja. Se
Namun, begitu Odelina memikirkan Daniel yang memiliki kekayaan bersih puluhan triliun, wajar saja kalau pria itu selalu memilih yang paling baik dan mahal serta tidak tahu cara menawar saat membeli barang.Odelina tidak mengungkapkan pemikirannya tersebut. Kebiasaan Daniel saat berbelanja tidak ada hubungannya dengan dirinya. Dia hanya seorang penyewa toko.“Tante, kapan aku baru punya adik perempuan?” tanya Russel dengan polos.Olivia tersenyum sambil mengambil makanan untuk keponakannya, “Tante juga nggak tahu. Sekalipun Tante hamil, bagaimana kalau ternyata itu adik laki-laki?”Olivia juga telah berdiskusi dengan Stefan kalau keluarga Adhitama selalu memiliki anak laki-laki. Dia curiga feng shui keluarga Adhitama tidak bagus untuk memiliki anak perempuan.Russel berpikir sejenak dan berkata, “Tante, aku mau adik perempuan, nggak mau adik laki-laki.”“Kenapa nggak mau adik laki-laki?”“Adik laki-laki juga nggak bisa pakai rok seperti aku.”Olivia tertawa terpingkal-pingkal mendengar