Reiki memang sering berbuat romantis padanya dan Junia tidak merasa terkejut sama sekali. Sedangkan Stefan adalah lelaki yang tidak berpengalaman dan Reiki sering sekali meledek lelaki itu ketika menjadikannya sebagai konsultan cinta.Tidak mudah bagi Stefan hingga bisa mencapai tahap seperti ini. Tidak heran Olivia bisa merasa terharu hingga membuatnya bangun kesiangan.“Dia memang banyak berubah demi aku dan memang layak untuk aku perjuangkan,” ujar Olivia.Sesama suami istri saling berjuang dan membangun hubungan pernikahan mereka secara bersama agar bisa bertahan lama.“Aku iri!”“Kamu juga sering sekali buat orang lain iri.”Junia terkekeh dan berkata, “Benar juga, aku memang suka menjadi orang yang emmbuat orang lain iri. Semenjak ada Reiki, aku merasa sangat bahagia sekali. Orang rumah juga nggak pernah menjodohkan aku lagi.”“Seharusnya tantemu sering diam-diam tertawa karena dia ingin sekali kamu menikah dengan orang kaya.”“Aku nggak ingin menikah dengan orang kaya. Tapi aku
Setelah Junia menghabiskan makanan ringan yang diberikan oleh Reiki, dia mengambil ponsel dan mengirimkan pesan pada lelaki itu, “Pak Reiki, makanan yang kamu kasih sangat enak. Aku suka sekali! Love you!”Reiki langsung membalas pesan itu, “Kalau kamu suka, besok aku kirim dua kotak lagi buatmu.”Bagi Reiki hal yang paling mudah jika kekasihnya suka makan. Dia hanya perlu mengirimkan makanan yang enak saja.“Hari ini Amelia nggak datang.”“Teman baiknya putus cinta, dia harus menghibur temannya itu,” jawab Olivia.Sebenarnya Amelia bukan menghibur temannya yang patah hati, tetapi dia sedang mendatangi tetangga barunya. Sore ini Amelia berencana keluar rumah, ketika mobilnya berhenti di depan rumah tetangganya, dia melihat gerbangnya terbuka lebar. Mobil yang sering Jonas kendarai terparkir di dalam sana dan lelaki itu tampak duduk di teras. Oleh karena itu Amelia menghentikan mobilnya.Dia berencana menyapa lelaki itu, tetapi Jonas justru mempersilakan Amelia untuk masuk dan berkelili
Amelia menyetujuinya tanpa berpikir panjang.“Kalau kamu datang, kamu telepon aku saja. Aku akan datang melihat-lihat dan aku jamin istrimu kelak juga akan sangat menyukainya. Kalau sampai dia suka, kamu harus kasih aku uang terima kasih yang tebal!”Jonas tertawa dan mengangguk. Perempuan itu menatap wajah tertawa jonas dan menyadari kebiasaan lelaki itu adalah tertawa sebelum berbicara dan selalu tersenyum lebar.“Ok, aku jadi konsultan rumah kamu.”“Ayo, aku traktir minum kopi,” ujar Jonas.“Aku jarang minum kopi dan teh di siang hari.”Jonas terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa. Amelia tertawa melihat raut lelaki itu dan berkata, “Meski aku nggak minum kopi, bukan berarti kita nggak boleh ke kafe. Kamu mau traktir aku ke kafe yang mana?”“Kalau aku lagi kosong, aku sering ke kafe di Hotel Mambera untuk minum kopi dan melepas penat. kalau di kotaku, aku ke Parto Kafe. Part Kafe adalah milik kakak iparku dan juga teman baiknya.”“Parto Kafe sangat terkenal dan sudah ada dua hingg
“Kamu menjadikan aku tameng?” tanya Amelia.Dengan santai Jonas berkata, “Aku akan bayar biaya tameng.”Amelia tertawa dan berkata, “Dulu aku nggak mengerti tentang keluarga Junaidi. Setelah kenal denganmu, aku sengaja cari tahu tentang keluarga kalian dari kakakku. Dari sana aku tahu kalau kemampuan bela diri kamu sangat buruk dan kemana-mana harus bawa anak buah, benar?”“Iya, waktu kecil aku sangat gemuk dan sudah pasti nggak hobi olahraga. Belajar bela diri juga selalu malas-malasan. Hasilnya di antara saudaraku, aku yang paling lemah dan hanya bisa mengandalkan anak buah.”Di antara sepuluh saudaranya, hanya Jonas yang membawa anak buah ketika berpergian. Orang yang lain hanya membawa beberapa anak buah saja untuk gaya-gayaan. Sedangkan Jonas akan merasa bahaya jika berjauhan dengan anak buahnya.Amelia melajukan mobilnya sambil berkata, “Aku yang perempuan lemah saja nggak pernah bawa anak buah kalau berpergian. Aku hanya bawa mereka waktu belanja di mall untuk bantu membawa bela
“Amelia, sekarang kita termasuk berteman, kan?” Jonas menolehkan kepalanya dan bertanya pada Amelia.Amelia juga meliriknya sekilas, lalu kembali fokus mengemudikan mobilnya. Dia tertawa pelan dan berkata, “Kita sudah berteman, tetanggaan lagi.”Jonas menatap wajah Amelia dari samping dengan tenang. Amelia adalah seorang perempuan yang cantik dan ceria. Kecantikannya sangat mencolok.“Kalau begitu, boleh aku tanya sesuatu yang bersifat pribadi?”“Tanya saja. Kalau aku rasa bisa jawab, aku pasti jawab. Kalau aku nggak bisa jawab, aku harap kamu bisa maklumi. Semua orang punya hak untuk melindungi privasinya.”Jonas tersenyum dan bertanya, “Aku ingin tanya kamu suka pria seperti apa? Selain seperti Pak Stefan.”Jonas tentu saja tahu tentang Amelia yang mengejar Stefan. Bagaimanapun, dia memiliki hubungan yang baik dan kerja sama yang mendalam dengan Adhitama Group. Ditambah lagi ketika Amelia mengejar Stefan, hal itu cukup menghebohkan. Jonas tidak ingin tahu pun tidak bisa.Amelia tiba-
Kenapa Aksa datang ke Mambera Hotel lagi? Padahal Sanjaya Group juga memiliki hotel bintang lima. Aksa biasanya bertemu dengan klien di hotelnya sendiri. Terakhir kali, karena seorang klien penting tinggal di Mambera Hotel, mau tidak mau Aksa harus menginjakkan kakinya di Hotel Mambera.“Ada apa?”Jonas melihat Amelia menatap mobil di sebelah sambil terpelongo. Jonas pun bertanya padanya.“Nggak apa-apa. Aku baru saja lihat mobil kakakku. Mobil ini mobil kakakku. Jonas, kita pergi minum kopi saja, ya. Cepat-cepat, habis minum kita langsung pergi. Kakakku kalau ketemu klien harusnya nggak cepat-cepat amat. Kita harus lebih cepat, biar nggak ketahuan sama kakakku.”Usai berkata, Amelia langsung berjalan menuju hotel. Jonas segera mengikuti langkah perempuan itu dan berjalan di sampingnya. Jonas pun bertanya, “Kamu takut kakakmu lihat kita minum kopi bareng?”“Nggak takut, cuma aku nggak mau kakakku salah paham.”Jonas tersenyum, “Iya juga, sih.”Status mereka berdua sama-sama lajang. Sia
Amelia sama sekali tidak tahu kalau Aksa kembali lagi ke hotel. Setelah mereka berdua masuk ke cafe di lantai pertama hotel, Jonas memesan segelas jus untuk Amelia dan segelas kopi untuk dirinya sendiri.“Sekarang minum kopi, nanti malam kamu nggak akan insomnia?” tanya Amelia yang juga memesan beberapa dessert.“Nggak, kok. Pekerjaan kami terlalu banyak. Kalau nggak minum kopi, kami nggak punya energi untuk bertahan hingga larut malam.”Jadwal kerja Jonas sangat padat. Setiap hari dia harus bekerja sampai larut malam. Kalau dia memiliki kesempatan untuk menyelesaikan masalah besar dalam hidupnya, tentu saja dia bisa meluangkan waktu untuk bersantai.“Amelia.”Jonas dan Amelia baru mengobrol sebentar, Aksa sudah datang. Begitu dia melihat keduanya sedang duduk di dekat jendela, Aksa langsung berjalan mendekat sambil memanggil adiknya.Amelia spontan menoleh dan melihat kakaknya yang sedang berjalan. Tiba-tiba dia merasa seperti sedang tertangkap basah oleh orang tuanya.Tidak, tadi mer
Alasan utamanya karena Amelia dan Jonas bisa akrab.“Aku bertanggung jawab atas semua bisnis Ferda Group di Kota Mambera. Aku lebih sering tinggal di Kota Mambera, jadi sama saja sudah menetap di Kota Mambera. Sesekali aku akan pulang ke Vila Ferda. Tapi setiap pulang ke sana, aku merasa seperti tamu. Mamaku sering bilang aku anggap Vila Ferda sebagai hotel. Setelah menginap dua malam langsung pergi.”Amelia menurunkan tangannya ke bawah meja dan menyodok kaki kakaknya. Kemudian, dia mencondongkan tubuhnya ke dekat sang kakak dan berbisik, “Kak, kenapa kamu terus tanya pertanyaan pribadi ke Jonas, sih? Kesannya kasar banget. Kamu juga nggak akrab dengan Jonas, kan.”Setelah bertemu beberapa kali, Amelia dan Jonas juga baru bisa sedikit lebih akrab. Aksa spontan menatap adiknya. Dalam hati bertanya, apakah Amelia sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap Jonas?Aksa sedang membantu Amelia untuk mencari tahu dulu. Aksa teringat kembali bagaimana Amelia mengejar Stefan, lalu pada akhir
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua
“Ma, Om Stefan nggak mungkin secepat itu datang jemput aku dan Tante, ‘kan? Aku masih belum puas main di sini, aku masih mau main sebentar lagi.” Mendengar Russel bilang begitu, Liam juga ikut khawatir Russel akan segera pulang ke Mam bera, maka dia pun bergegas berbicara kepada Odelina, “Tante, jangan jemput Russel pulang dulu. Kasih Russel masih di sini beberapa hari lagi saja. Kami masih belum puas. Aku … aku nggak bakal berantem sama Russel, jadi tolong kasih Russel menginap di sini lebih lama, ya.” “Boleh, kalau begitu Tante kasih kasih Russel menginap di sana satu minggu lagi. Seharusnya nanti Stefan ada waktu kosong untuk jemput dia,” kata Odelina. Liam merasa satu minggu saja masih tidak cukup, jadi dia memberikan tawaran baru. “Tante, kalau sepuluh hari saja, boleh nggak?” “Sepuluh hari, ya …,” Odelina menghitung tanggal. “Kalau sepuluh hari, Tante sudah libur. Ya sudah, oleh. Kalau begitu Russel menginap di sana sepuluh hari lagi, tapi kalian berdua harus akur, ya. Jangan
Status keluarga Junaidi di Aldimo membuat mereka tidak bisa bertindak gegabah. Faktor lainnya adalah nantinya mereka tidak akan bisa lagi mendapat informasi apa pun tentang Liam dari Vila Ferda. Mereka menduga keluarga Junaidi mengirim anak itu ke suatu tempat, tetapi mereka tidak tahu tempat apa pastinya. “Nggak apa-apa. Libur musim panas tahun depan waktunya lebih panjang. Nante Tante bawa Russel main ke rumahmu, biar dia bisa menemani kamu selama liburan,” kata Odelina tersenyum. “Tante Odelina harus tepat janji, ya! Liburan musim panas nanti Russel harus temani aku main,” ujar Liam. Liam dan Russel pasti ada saja sesekali bertengkar, tetapi sebagian besar waktu lebih banyak mereka habiskan dengan bermain bersama. Ada banyak sekali anak-anak di Vila Ferda, tetapi Archie dan Audrey masih terlalu kecil untuk bermain bersama dengan Liam. Liam tentu saja berharap Russel yang datang untuk bermain bersama. “Pasti,” Odelina berjanji. Ketika liburan musim panas nanti, anaknya Olivia ju
“Oke!” jawab Russel dengan gembira. “Mama, aku makan sendiri, lho. Tante Olivia nggak suapin aku lagi. Aku makan juga nasinya sudah nggak berantakan di meja. Aku mau tanding sama Liam siapa yang bisa makan lebih cepat.” Lam langsung mendekat dan dengan santun menyapa Odelina. “Halo, Tante. Selamat pagi. Tante sudah makan, belum?” Odelina tersenyum. “Tante baru saja makan. Sekarang lagi perjalanan balik ke kantor. Kamu sama Russel makan yang banyak, ya, biar cepat tinggi.” “Kak Odelina, jangan suruh mereka berdua makan banyak. Mereka ini tukang makan, aku malah takut mereka makan kebanyakan dan malah jadi sakit perut mereka,” sahut Mulan. Odelina juga sadar anaknya, Russel, itu tukang makan. Namun apa mau dikata, semua orang yang menjaganya juga sama-sama suka makan. Karena mendapat pengaruh dari Olivia, reputasi Russel sebagai tukang makan justru malah makin terkenal. Sisi positifnya, paling tidak sekarang sudah tidak pilih-pilih makanan. Dulu Russel paling tidak suka makan sayur,
Selama ada Vandi di sisinya, mau dunia kiamat pun Felicia tidak akan merasa khawatir.Odelina selalu bilang kalau Vandi mencintai Felicia, dan Felicia juga memiliki perasaan kepada Vandi. Odeline sudah pernah mengingatkan Felicia agar tidak menyia-nyiakan Vandi, dan juga jangan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hanya menginginkan anak tanpa suami agar tidak membuat Vandi bersedih.Tidak peduli bagaimana akhir dari persaingan antara Odelina dengan keluarga Gatara, dalam hubungan asmara, Odelina hanya ingin memberikan saran demi kebaikan Felicia sendiri. Felicia mengakui perasaannya, dia memang mencintai Vandi. Tak bisa dipungkiri, memang sangat mudah untuk mencintai pria yang luar biasa seperti Vandi.Melihat Felicia sudah tertidur, Vandi menghentikan mobil dan melepas jaketnya, lalu dia gunakan jaket itu untuk menutupi tubuh Felicia. Udara masih terasa dingin meski di dalam mobil sudah menggunakan penghangat. Felicia akan mudah masuk angin jika dia tertidur begitu saja.
Felicia menyapu pandangannya ke arah bawahan Dikta yang sudah tumbang di lantai. “Cukup awasi saja mereka, nggak perlu dibunuh.”“Baik, sudah kuperintahkan ke anak buahku,” jawab Vandi.Felicia mengiyakan, lalu dia langsung naik ke mobilnya Vandi. Dengan segera Vandi mengemudikan mobil itu kembali ke Cianter. Selagi di perjalanan, Vandi berkata, “Dari awal Bu Patricia sudah merencanakan ini. Dia sudah minta Dikta untuk menyiapkan seorang pengganti. Sekarang pengganti itu ada di rumah.”“Sudah kuduga Mama pasti bakal melakukan ini,” tutur Felicia seraya memijat lehernya.Karena itu Felicia juga sudah menyiapkan rencananya sendiri. Sewaktu ibunya mengajak dia jalan-jalan di halaman rumah, Felicia sudah menunggu ibunya beraksi, agar ibunya mengira kalau rencananya berjalan dengan lancar. Dengan begitu, Felicia bisa kembali ke Cianter tanpa ketahuan.“Mama sudah tua pun tenaganya masih kuat. Leherku sampai sekarang masih sakit.”“Bu Patricia pernah latihan bela diri. Usianya sudah tua pun
Ketiga putranya sudah memiliki anak, dan menantunya juga lebih mendengarkan Cakra untuk mengungsi ke kediaman keluarga Vikar selama tahun baru.Yang ingin Cakra lindungi adalah anak cucu yang mewarisi marganya, sedangkan yang ingin Patricia lindungi adalah Felicia yang masih menggunakan marga Gatara.Namun, bagaimanapun juga mereka tetaplah cucunya, maka dari itu Patricia tidak meminta para menantunya untuk membawa anak-anak mereka ke Cianter. Biarlah mereka melewati tahun baru yang damai di sana. Akan lebih baik jika mereka jauh dari perseteruan ini. Dalam hal ini, Cakra melakukan bagiannya dengan baik. Cakra menyadari kekejaman istrinya. Jika cucunya tidak segera pergi, dikhawatirkan mereka semua juga tidak akan bertahan hidup.Patricia mengerutkan bibirnya. Apa yang akan terjadi pada malam ini semua bergantung kepada takdir mereka semua. Andaikan, belum waktunya bagi mereka untuk mati, mungkin mereka bisa keluar dari rumah ini dengan selamat. Namun apabila mereka tidak berhasil mela
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi