Olivia menyapa ramah.Setelah Daniel masuk, barulah Olivia menutup pintu. Nenek juga sudah memanggil mereka untuk sarapan bersama. Stefan sangat memanjakan istrinya, dia tahu apa saja makanan favorit sang istri. Sarapan yang pagi ini dibawa oleh Ricky, semuanya adalah makanan kesukaan Olivia. Makanannya sangat beraneka ragam. Meski kedatangan Daniel si tamu tak diundang, makanan pagi itu juga masih sangat cukup untuk mereka makan bersama. Setelah kenyang, Nenek menyuruh Daniel, “Daniel, kamu tolong ke tempat Odelina, ya. Jemput Odelina dan anaknya. Terus ke rumah bareng-bareng.”Daniel menunjukkan ekspresi tak mengerti, seakan berkata,”Kok aku?” Dia bertanya pada Nenek, “Nek Sarah, memangnya kalian ngundang berapa orang barbeque-an?”“Nggak tahu tuh berapa orang yang bisa pulang. Pokoknya Nenek sudah umumin di grup keluarga. Pokoknya yang lagi ada di Mambera, hari ini harus balik ke vila.”Daniel diam. Dia merasa keluarga Adhitama akan mengadakan pertemuan keluarga. Padahal niatnya
Vila permai adalah hunian yang kakek Stefan siapkan dengan sepenuh hati untuk istrinya tercinta. Vila itu sangat luas, dengan pemandangan buatan yang dibuat berdasarkan kesukaan nenek Stefan.Nenek Stefan sangat menyukai pemandangan dan suasana klasik. Itulah mengapa Vila Permai dibuat dengan gaya klasik seperti taman-taman pada zaman kuno. Gerbang vila itu terbuka lebar. Para keturunan keluarga Adhitama biasanya tinggal di tempat tinggal mewah mereka masing-masing dan hanya akan kembali ke vila itu pada hari-hari perayaan tertentu untuk menemani nenek mereka. Selain pada masa-masa itu, akan sulit sekali melihat sosok para penerus keluarga itu di sana. Hari ini, beberapa orang muda itu datang. Mereka bahkan datang sangat awal. Beberapa juga sempat menemani orang tua mereka makan sarapan. Para orang tua akan membatalkan apa pun kegiatan mereka hari ini, dan menunggu kedatangan para anak-anaknya. Ini adalah kali pertama Olivia dibawa Stefan datang ke Vila Permai. Sepanjang jalan m
Nenek berkata sembari menepuk-nepuk punggung tangan Olivia. “Kamu sama Stefan juga belum ngadain pesta pernikahan, ‘kan? Punya anaknya nanti saja setelah kalian pesta. Sekarang kalian nikmati dulu masa-masa berdua.”Asalkan mereka berdua tidak menyengaja KB, Nenek akan tenang. Kapan punya anak, hanya masalah waktu saja. Olivia mengiyakan pendek. Dia memang tidak buru-buru. Sedapatnya saja. “Stefan.” Nenek tiba-tiba memanggil Stefan yang sedang menyetir, “Calvin sudah mulai bergerak, belum?”“Mana kutahu, Nek. Aku cuma ngurusin masalah dia di kantor. Setelah pulang kerja, dia ngapain, aku nggak peduli lah. Sudah dewasa, kok. Bukan anak-anak usia tiga tahun lagi. Nggak perlu juga ‘kan kuawasi tiap hari.”Nenek menelan ludah. “Maksud Nenek Rosalina, ya?” Olivia bertanya pada Nenek, “aku pernah ketemu sama dia.”Nenek sudah tahu bahwa Olivia dan Rosalina pernah bertemu. Bahkan kejadian Olivia membantu Rosalina di pesta, Nenek juga tahu. Hanya saja karena Olivia tidak pernah lebih dulu
Nenek merasa lega begitu melihat pintu gerbang vila terbuka lebar. Dia menoleh ke belakang, ada mobil Daniel. Odelina dan anaknya ada di dalam mobil itu. Di belakang mobil Daniel, ada keluarga Pak Sanjaya.Aksa harus menemani istrinya sedang yang mengandung. Tiara sedang sangat mual belakangan, dia tak bisa keluar rumah. Sedangkan Aldi jarang berada di rumah. Nenek Yuna tidak mengajaknya. Hanya mereka berdua yang datang. Stefan memimpin, memarkirkan mobil di area parkir terbuka. Kepala pelayan vila, Pak Joni, dengan wajah ceria menyambut mereka. Ketika Stefan turun dari mobil, Pak Joni membukakan pintu untuk Nenek, tapi Nenek menolak bantuannya. Nenek ingin menunjukkan bahwa dia masih kuat dan sehat."Bu," sapa pak Joni ramah.Nenek menunggu Olivia menghampirinya, lalu menjelaskan, “Olivia, dia orang yang merawat rumah ini, Pak Joni. Dia sudah bekerja di sini lebih dari dua puluh tahun. Dia lah yang merawat Stefan dan adik-adiknya sampai dewasa.”Pak Joni orang yang sangat detail. S
Saat ini, mereka terpaksa duduk bersama. Dewi dengan hangat meraih tangan Odelina, tersenyum sambil berkata, "Odelina, besok-besok datang saja langsung, nggak usah bawa hadiah segala.”Odelina tersenyum, "Nggak banyak, kok. Ini cuma sedikit. Seadanya.”Dewi melihat Russel yang sedang dipeluk oleh Olivia, lalu sambil tersenyum bertanya, "Russel mau digendong?”Daniel yang sedang membantu Odelina membawa barang-barangnya, menyela dengan candaan, "Tante, Russel ini pilih-pilih mau digendong siapa. Dia nggak mau sama aku.”Dewi melihat Daniel membawa banyak barang, sudah seperti pekerja yang mengurus orang pindahan saja. Sebenarnya Pak Joni sudah meminta orang-orangnya untuk membawakan barang-barang itu. Daniel tak perlu melakukannya. Apa Daniel sedang mencari perhatian?Dewi seperti sudah tahu kenapa Russel tidak mau digendong oleh Daniel. Dewi tersenyum dan berkata pada Daniel, "Daniel, Russel nggak mau kamu gendong, mungkin karena mukamu seram. Kamu harus dengerin kata Mamamu, hilangi
Supaya lebih mudah berdiskusi, Nenek Yuna duduk di sebelah Odelina. Nenek Yuna menerima kertas merah yang diberikan oleh Nenek Sarah. Lalu bersama-sama dengan Odelina memilih tanggal yang cocok. "Semuanya, gimana kalau pakai tanggal ini saja. Nggak terlalu dekat, juga nggak terlalu jauh. Kita semua bisa bersiap-siap,” kata Nenek Yuna kepada orang tua keluarga Adhitama.Setelah sang adik meninggal, Nenek Yuna merasa perlu untuk mengambil alih tanggung jawab pernikahan keponakannya. Dia pasti akan membuat pernihakan Olivia semegah mungkin. Tidak akan ada yang meremehkan Olivia.Nenek dan yang lainnya dari keluarga Adhitama tidak ada masalah dengan tanggal yang dipilih Nenek Yuna. Kapan pun tanggal yang dipilih mereka adalah tanggal yang dipilih dengan hati-hati dan yang terbaik bagi semuanya.Terakhir, mereka menanyakan pendapat Stefan dan Olivia. Olivia tidak masalah. Namun, ketika Stefan melihat tanggal yang dipilih oleh para orang tua, dia diam-diam menghitung hari. Ternyata tanggal
Saat duduk di samping Reiki, Junia mengintip wajah bingung Daniel sambil menahan tawa. Daniel dan Stefan tidak jauh beda.Reiki sangat pandai bicara. Dia sudah seperti konsultan profesional saat bersama Daniel dan Stefan. Amelia dan Jonas sepertinya sedang berbincang sangat seru. Jika tidak sedang mengobrol dengan Amelia, Jonas pasti sudah cepat-cepat pergi dari situ. Dia sangat tidak suka situasi seperti ini. Melihat Neneknya seperti itu seolah-olah melihat kakeknya. Ibunya juga selalu khawatir tentang urusan pernikahan mereka bertiga.Untungnya, neneknya tidak seaktif Nenek Sarah. Nenek Yuna sudah menyerahkan mereka bertiga pada istri kakaknya.Siapa suruh Mulan punya potensi menjadi mak comblang?Reiki menyeringai pada Daniel sejenak dan berkata, "Orang kasar sepertimu nggak akan bisa pakai pensil ukuran 0.25.”"Aku nggak suka pensil 0,25, terlalu kecil. Paling nggak aku biasa pakai pensil 0,5," jawab Daniel polos.Reiki langsung ke Junia, tidak mau lagi bicara dengan Daniel.Dani
"Den Jonas, senyuman mereka berdua aneh nggak, sih?” tanya Amelia saat sesekali menoleh ke arah dua teman baiknya itu.Saat melihat Stefan dan Olivia saling berbisik mesra, tak bisa dipungkiri Amelia merasa iri. Dia sungguh iri pada Olivia karena pasangan Olivia adalah Stefan, pria yang dia cintai selama bertahun-tahun. Stefan pernah bersikap dingin dan acuh padanya. Hal itu membuat Amelia berpikir mungkin Stefan memang tidak bisa bersikap lembut pada wanita. Tetapi, setelah melihat bagaimana Stefan memperlakukan Olivia, Amelia sadar bahwa Stefan ternyata bisa bersikap lembut. Dan sikap itu, tidak pernah untuk dirinya.Tentu saja, meskipun iri, Amelia sudah benar-benar merelakan Stefan. Terutama ketika Stefan memanggilnya "sepupu" demi Olivia. Amelia tahu bahwa pria ini tidak akan pernah menjadi miliknya. Banyak pria baik lain di luar sana, Amelia tidak perlu terus-terusan mencintai Stefan. Menggantung dirinya pada sebatang pohon.Asalkan Stefan memperlakukan Olivia dengan baik, dia ak