“Apa mungkin aku bisa bertemu sama istrinya Stefan?” tanya Cherly antusias. Cherly pernah mendengar tentang Stefan, tapi dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Stefan secara langsung. Oleh karena itu, dia berpikir perempuan yang bisa menaklukkan Stefan pastinya adalah seorang perempuan istimewa yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dia ingin sekali belajar menaklukkan laki-laki dari istri Stefan. Cherly saat ini berusia dua puluh delapan tahun dan masih berstatus lajang. Dia pernah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki di usianya yang masih sembilan belas tahun. Namun, sayang hubungan itu tidak berhasil. Setelah itu, Cherly disibukkan dengan bisnis keluarganya, sehingga dia tidak sempat untuk memikirkan soal asmara. Yanti berniat untuk menjodohkan Daniel dan Cherly. Kedua orang tua dari kedua belah pihak sudah menyetujuinya. Cherly juga tidak merasa keberatan untuk menikah dengan Daniel setelah mengetahui masa lalunya. Dia merasa kalau
“Kapan aku bilang mau adain barbeque di vilaku?” tanya Stefan kesal.Kenapa Daniel harus makan barbeque di vila Stefan?“Jangan lupa juga cumi, udang dan daging kambing. Aku suka semua makanan yang kamu panggang,” ujar Daniel tanpa memedulikan perkataan Stefan. Stefan langsung saja menutup teleponnya setelah mendengar perkataan Daniel. Namun, tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Stefan. Bagaimana kalau dia melaksanakan barbeque di vilanya seperti apa yang dikatakan Daniel padanya di telepon tadi. Lagi pula, besok adalah hari Minggu, jadi Stefan dan yang lainnya tidak perlu pergi bekerja ke kantor. Dia selama ini juga belum pernah lagi mengajak Olivia ke vilanya yang memiliki area khusus barbeque. Stefan sepertinya juga akan mengundang beberapa orang teman untuk berkumpul dan menikmati barbeque bersama. Dia ingin membawa Olivia ke vila selama beberapa hari untuk membuat Olivia lebih relaks dan menikmati pemandangan indah di sana. Stefan dengan cepat langsung mengirimkan pesan kepada
Olivia baru mengetahui kalau rumah yang sempat ditinggalinya ketika tahun baru adalah rumah tua milik keluarga Adhitama yang sudah lama tidak ditempati. Mereka merenovasi dan mengganti semua perabot di rumah itu lalu kembali tinggal di sana hanya untuk menipu Olivia. Sungguh usaha yang sangat luar biasa untuk menipu orang lain. “Oke, aku akan menuruti semua perkataanmu. Lagi pula, rumah itu juga rumah kita. Jadi, kamu bisa datang dan pergi kapan pun kamu mau. Kamu juga bisa tinggal di sana selama yang kamu inginkan,” ujar Stefan penuh perhatian. Olivia hendak melepas celemek yang Stefan kenakan lalu berkata, “Biar aku saja yang masak.”“Nggak perlu, tinggal dua masakan lagi, kok. Kamu duduk saja di sini dengan tenang. Biar aku yang masak,” ujar Stefan berusaha mencegah Olivia masuk ke dapur. Olivia berinisiatif mencium pipi Stefan lalu berkata, “Sayang.”Stefan sangat senang dicium pipinya dan dipanggil dengan sebutan sayang. Dia langsung kembali ke dapur dengan perasaan senang. Ke
“Papa main di taman sama Russel,” ujar Russel lagi.“Russel, Papa sudah pulang belum?” tanya Olivia lagi. “Papa sudah pulang. Papa bilang mau ajak Russel main lagi besok. Dia mau ajak Russel ke kebun binatang. Tante, mau ikut Russel ke kebun binatang besok?” tanya Russel polos.Russel sangat senang diajak bermain oleh Roni ke taman. Sekarang dia terus membicarakan tentang ayahnya tanpa henti. Olivia tersenyum lalu berkata, “Besok Tante mau pergi sama teman-teman Tante. Mama Russel juga ikut, loh. Kita semua mau pesta barbeque. Russel mau ikut nggak?”“Aku mau pergi sama Tante dan Mama. Besok aku nggak jadi ke kebun binatang sama Papa,” jawab Russel tanpa banyak berpikir. Russel dan Olivia terus saling berbicara dengan riang gembira. Kemudian Olivia menelepon Junia dan Amelia setelah menutup teleponnya dengan Russel. Olivia ingin mengundang Junia dan Amelia untuk pergi ke Vila Permai bersama dengannya. Semua orang tentu saja tidak akan menolak jika diundang ke Vila Permai yang terke
Stefan hanya bisa menatap kedua perempuan ini dengan tatapan pasrah.“Sayang, ini supnya dimakan dulu,” ujar Stefan setelah Olivia selesai tertawa.“Untung saja, aku nggak lagi minum sup tadi. Kalau nggak, pasti aku sudah menyemburkannya,” ujar Olivia gembira. “Sudah, ayo makan dulu,” ujar Nenek sambil tersenyum.Kemudian dia mengambil beberapa hidangan dan langsung melahapnya. “Olivia, makanan ini bukan kamu yang masak, ya? Rasanya agak kurang,” ujar Nenek sambil mengerutkan keningnya. “Nggak enak ya, Nek?” tanya Stefan cemas.“Kalau memang nggak enak, aku akan telepon Ricky dan memintanya untuk membawa Nenek ke restoran sekarang juga. Mungkin Nenek nggak cocok sama makanan di sini,” ujar Stefan. “Agresif sekali cara bicaramu. Pastinya makanan ini masakanmu kan, Stefan?” tanya Nenek. Kemudian Nenek melanjutkan makannya seraya berkata, “Olivia, kemampuan masak Stefan masih belum cukup baik. Kamu harus membiarkannya latihan memasak lebih sering. Setiap akhir pekan, biarkan saja dia
Hubungan Stefan dan Olivia membaik setelah Stefan menderita asam lambung hingga tubuhnya mengurus. Oliva merasa kasihan kepada Stefan. Perselisihan mereka yang disebabkan karena Stefan pernah tidak jujur kepada Olivia pun, pelan-pelan terkikis. Olivia keluar dari kamar mengenakan jaket. Dia juga membawakan sebuah jaket untuk Stefan. “Angin di luar lagi kencang, musim hujan soalnya. Nih, pakai jaket dulu,” ujar Olivia penuh perhatian, sembari membantu Stefan mengenakan jaketnya. Senyum bahagia tak bisa dibendung di wajah Stefan. Nenek mengalihkan pandangannya. Dia tidak mau melihat sikap memalukan sang cucu. Pasangan muda itu pun keluar jalan-jalan, sembari bergandengan tangan. Di rumah kontrakan keluarga Pamungkas. Ketika terdengar suara pintu rumah terbuka, Rita seketika menghampiri. Ternyata benar, putranyalah yang datang. Rita bertanya, “Gimana? Dibukain pintu nggak? Russel dibawa ke mana sama Odelina? Apa mungkin Odelina bawa Russel sembunyi karena kita sering gangguin dia?”
Roni duduk di sofa, diam sejenak, kemudian berkata, “Si Pak Daniel itu kayaknya lagi deketin Odelina.”“Bukan kayaknya lagi. Memang lagi ngejar Odelina. Kalau bukan karena tertarik sama Odelina, ngapain Pak Daniel sering banget ke toko Odelina?”Mumpung Roni membahas hal ini, Rita menasehati, “Roni, coba deh kamu lihat Odellna sekarang buka restoran, jual sarapan. Dengan kemampuan memasaknya, bisnis Odelina pasti bagus.”“Apalagi dia orang yang rajin. Sekarang diet pula. Sudah nggak sejelek dulu. Bos besar kayak Pak Daniel pun sampai bisa tertarik sama dia. Itu berarti koneksi bisnis dia terbilang lumayan.”“Dan yang terpenting, keluarga dia keren banget. Nggak usah Olivia deh, menantu keluarga Adhitama. Bahkan tantenya saja sudah hebat banget. Mama sudah cari tahu, Nenek Yuna itu punya power banget di keluarga Sanjaya.”“Kalau kamu bisa rujuk sama Odelina, kamu bisa dapat bantuan dari keluarga Adhitama ataupun keluarga Sanjaya. Kamu bisa buat perusahaan sendiri. Jadi bos sendiri. Enak
Tak terasa Roni sudah menjadi penyokong kakaknya selama bertahun-tahun. Rita diam. Suara pintu terbuka terdengar. Roni tidak melanjutkan pembicaraan dengan ibunya. Sepertinya Yenny pulang. Ternyata benar, setelah pintu terbuka, Yenny telah membawa pulang dua bungkus makanan.“Sayang, kamu sudah pulang? Kebetulan, nih. Makan, gih. Aku bungkus dua porsi tadi.”Yenny menenteng dua bungkus makanan lalu mendekat dan duduk di samping Roni. Dia membuka bungkusan, memberikan satu porsi kepada Roni. Setelah itu, dia mengeluarkan bungkusan makanannya sendiri kemudian mulai makan. Roni melihat ke arah ibunya, kemudian melihat ke Yenny, dia bertanya, “Sayang, kamu cuma bungkus dua porsi? Papa sama Mama?”Yenny menjawab, “Aku nggak bungkusin mereka. Kalau pengin makan apa, biar bikin sendiri saja. Masih ada mie instan dua bungkus, masing-masing satu. Telur masih ada tiga, cukup buat kalian tiga orang. Seorang satu.”Tiap kali ayah mertuanya menanak nasi, porsinya selalu sedikit. Ketika ibu mer
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu