Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 151 : Uang Lima Ratus Juta

Share

📌 151 : Uang Lima Ratus Juta

Author: Rahmani Rima
last update Huling Na-update: 2025-03-19 07:15:18

Natasya menandatangani absensi dengan wajah super mendung saat selesai jaga malam. Rasanya tak mau pulang setelah Aca dengan sombong mengklaim rumah mertuanya akan segera jadi miliknya.

Mama memang terlihat tak terganggu sama sekali karena ulah Aca, ia hanya mengkhawatirkan kesehatan mama.

Vina menyikut Natasya ketika sama-sama menandatangani absensi, “Ada om-om nyariin lo tuh di lobi.”

“Gak kenal om-om gue.” jawab Natasya dengan nada malas.

“Dih, serius. Namanya om Yudistira. Buruan.”

“Salah orang kali.”

“Nat, liat dulu aja orangnya, kalo salah orang ya lo tinggal pergi. Buruan, kasian tahu om-omnya kayak sakit gitu, soalnya pake tongkat.”

Natasya menatap Vina. Sedetik kemudian ia berlari, “Vin tolong beresin tas gue. Makasiiiih.”

“Kambuh lagi dia.”

Natasya memencet lift beberapa kali sangking paniknya. Ia baru ingat kalau om Yudistira adalah papa Alan. Ia juga baru ingat sudah buat janji sedari malam.

Saat lift tak kunjung terbuka
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pernikahan Bayaran    📌 152 : Uang Penalti?

    Natasya dan Abian keluar dari mobil saat mereka pulang dari jaga malam. Tak terlihat ada mobil lain, tapi ada tamu tak di undang yang tengah berdiri sombong di depan pintu.“Aduh ini mantan tuan rumah baru pulang.” Aca menggerakkan kakinya angkuh.“Aca? Ngapain kamu disini?” Abian tak bisa menahan diri bersikap lembut pada mantan kekasihnya.“Menurut kamu ngapain? Aku mau ambil rumah ini.”Abian tertawa, “Ambil rumah ini?”Aca melepaskan lipatan tangan dan mendekati Abian, “Bi, jangan lupa, kamu udah menandatangani surat alih aset itu sama aku.”“Tapi gak sama rumah ini!”“Ya sama rumah ini dong. Kamu gak baca baik-baik, ya? Aset yang dipindahin atas nama aku itu—semuanya, jadi aku harap kalian berkenan angkat kaki dari rumah ini, kecuali orang-orang yang kerja disini, karena aku gak mau repot cari pegawai baru.”Natasya melirik Abian yang terlihat akan melempar sesuatu. Ia menggenggam tangan suaminya, “Mas, tahan.”“Mana mungkin aku diem

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 153 : Keputusan Mama

    “Mas, om-om tadi itu—”“Apa? Kamu mau bilang kalo kamu mau menggugat cerai aku dan nikah sama om-om tadi? Nat, dia udah tua meskipun terlihat masih tampan dan sehat. Kamu gak kasian sama diri kamu sendiri atau—papa? Usianya bahkan lebih tua dari papa.”“Mas, dengerin dulu dong, om-om tadi itu—”“Kenapa kamu bilang rahasia kita sama Vina dan Irvan? Lengkap sama uang lima ratus juta itu lagi. Kamu berniat mau pinjem uang sama mereka agar bisa bayar uang penalti dan gugat cerai aku? Iya?”Natasya menggeleng, “Dengerin aku dulu dong, mas.”“Dengerin apa lagi? Nat, kesalahan aku sama kamu emang besar, banyak, soal Aca ‘kan? Setelah apa yang terjadi, aku gak mungkin balikkan lagi sama dia.”Natasya tertawa, “Jadi kalo Aca gak main gila sama papa kamu, ada tempat buat dia di hati kamu? Gitu?” ia menarik lengannya kasar dari cengkraman Abian, “Aku selalu jadi nomor dua di hati kamu. Kesalahan apapun yang dibuat sama Aca, selalu kamu maafkan.”“Apa bedanya

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 154 : Meledek Aca

    Tiga hari kemudian...Di pagi yang tenang, saat Natasya masih harus berakting menjadi istri yang baik untuk Abian didepan mama, padahal saat berdua mereka hanya saling diam, pintu utama rumah di buka dengan kasar. Natasya, mama dan Abian yang sedang sarapan terpaksa ke depan rumah bersama para asisten rumah tangga.“Non, non Aca gak bisa masuk gitu aja.” cegah pak satpam dibantu dua supir rumah.Aca menatap mereka penuh intimidasi, “Mulai hari ini, saya adalah majikan kalian. Berani kalian melarang saya masuk pada rumah saya sendiri?”Semua pekerja rumah saling tatap.“Bukan begitu, tante Mira?” tanya Aca dengan senyuman menyebalkannya.Mama tersenyum, “Silakan masuk dan duduk, Aca.”Aca manggut-manggut, “Sekarang tante bisa sebut nama aku dengan baik?”“Bukannya harusnya begitu?”“Bagus kalo tante tahu caranya bersikap.” Aca melirik para pekerja, “Tolong bawa semua koper saya, sisanya ada di mobil. Bawa koper ke kamar utama.”Tidak

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 155 : Meminta Tolong Arsya

    Natasya berlari mendekati Aca yang mengaduh kesakitan dan jongkok memegangi perutnya, “Ca, gue bantu. Kita ke rumah sakit sekarang.”Aca melirik Natasya.“Gue gak akan macem-macem. Gue udah di sumpah untuk tetap bantu orang picik kayak lo! Ayo bangun.”Karena tak tahan dengan sakit yang menjalari perutnya, Aca menurut. Ia masuk ke dalam mobil yang Abian siapkan.Di dalam mobil, Natasya terus memperhatikan wajah Aca, “Sabar ya, sebentar lagi kita sampe.”Aca tak menjawab apapun. Ia terlalu malu untuk bicara.Begitu sampai depan UGD, Natasya membuka pintu mobil, “Sus, tolong kursi roda!”Perawat berlari membawakan kursi roda.Natasya dan Abian membantu Aca duduk di kursi roda.“Sus, keluar darah dari vagina. Pasien sedang hamil muda.” Natasya memberi penjelasan singkat.“Baik, mbak, saya akan langsung bawa ke ponek.”Seperginya Aca, Natasya melirik Abian, “Kamu mau tunggu disini? Aku harus ke rumah sakit.”“Kamu pikir cuma k

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Pernikahan Bayaran    📌 156 : Jujur pada Mama

    Pov AbianAbian tidak fokus melakukan apapun setelah Arsya memintanya mengiklaskan Natasya untuk bercerai darinya. Ia terus diam di ruangan, enggan makan dan bergabung saat dokter Farhan melakukan syukuran ulang tahun di ruang piket.Ceklek.Kepala Abian mendongak, “Ma?”Mama tersenyum, “Bi, mama bawa kabar baik.”“Kabar apa, ma?”Mama duduk di sofa, “Si perempuan ular itu keguguran.”Abian tersenyum kecil.Mama menatap Abian yang tidak memberikan respon apapun, “Kamu—kok kayak gak seneng sih, Bi?”“Seneng, ma, dengan gitu dia—gak bisa terus angkuh kayak kemarin. Tapi Aca bukan urusan kita lagi, ma. Mama mantap bercerai dari papa ‘kan?”“Iya dong, Bi. Gugatan mama udah masuk kok ke pengadilan. Jadwal sidang pertama juga udah ada.”Abian manggut-manggut, “Aku ikut seneng, ma, kalo prosesnya secepat itu.”“Kamu—kenapa? Apa ada masalah sama—Natasya?” selidik mama.Abian menunduk. Ia menekan sudut matanya.“Bi?”

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • Pernikahan Bayaran    📌 157 : Menerima Konsekuensi

    “Ma...” Abian menggeleng. Ia tidak akan pernah sanggup kehilangan Natasya. Tujuannya bicara pada mama, justru ia ingin minta tolong agar mama mempertahankan Natasya.“Kenapa?”Natasya melirik Abian.“Ma, Natasya udah putus dari Alan. Dia pura-pura cacat dan cuma manfaatin Natasya selama ini.” Mama tak menjawab.Abian menggenggam tangan mama, “Ma, aku mohon untuk mempertahankan Natasya jadi menantu mama. Aku—aku gak bisa, ma.”Mama melirik Natasya, “Bener kamu udah putus dari Alan?”Natasya mengangguk.“Kamu masih mau mempertahankan pernikahan dengan Abian, Nat?”Natasya malah melirik Abian.Abian beralih menggenggam tangan Natasya, “Nat, tolong kasih aku kesempatan lagi. Aku gak mungkin balikkan lagi sama Aca. Dia udah pernah hamil adik aku sendiri, dan itu gak diperbolehkan sama agama.”“Oh, jadi karena itu? Andaikata hubungan Aca sama papa kamu gak sejauh itu—kamu masih akan menerima Aca setelah semua kejahatannya selama ini

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Pernikahan Bayaran     📌 158 : Dukungan Vina

    Pulang jaga malam, Natasya lanjut menjenguk Vina yang pingsan saat berjaga malam, sehingga ia tidak bisa pulang bersama Abian. Ia tak menawarinya untuk ikut karena takut Abian menolak.Di gezebo belakang rumah Vina, Natasya duduk termenung setelah mendengar dari mama sahabatnya, kalau Vina sedang memandikan adik. Ia memilih menepi disini, karena takut dihujani pertanyaan soal cucu dari orang tua sahabatnya.“Nat!” Vina berjalan melenggang sendiri dengan wajah ceria.“Mana ada lo demam, mukanya cerah begini.”“Yeeee.” Vina duduk disebelah Natasya, “Kok disini sih? Di dalem aja yuk.”“Gak ah, males, nyokap bokap lo nanti pasti nanyain cucu.”Vina tersenyum tidak enak.“Makan apa sih lo, sampe muntaber dan demam gitu. Kemaren lo ceria aja perasaan.”“Apaan muntaber demam, orang gue bohong.” Vina terkikik geli, “Gue pura-pura bilang gitu karena si adek jatoh dari box bayi. Kalo gue bilang alesannya itu, lo tahu orang-orang akan ngomong apa? Kan ad

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • Pernikahan Bayaran    📌 160 : Memaafkan

    Sore setelah menenangkan diri di ruangan Abian, Natasya memutuskan untuk pulang. Abian ada operasi sehingga hanya pulang sendiri.Di teras rumah, mama yang baru sampai dari kantor, melirik menantu kontraknya yang berjalan lemas.“Nat?”Natasya menatap mama, “Ma?”“Kamu sakit?”Natasya menggeleng.Mama menuntun Natasya, “Yuk kita duduk.”Di sofa, Natasya menggenggam tangan mama, “Mama—maafin aku ‘kan?”“Soal apa?”“Pernikahan kontrak aku sama mas Abian.”Mama tak menjawab.“Maaf ya, ma. Mas Abian ketakutan banget waktu mama bilang gak mau operasi kalo kita gak nikah. Aku juga waktu itu lagi butuh uang.”“Nat, mama kecewa sama kalian. Tapi setelah dipikir lagi, kalian gak sepenuhnya salah. Mama berusaha paham kalo kamu dan Abian hanya ingin membahagiakan mama dan papamu. Sekarang, semua terserah kalian. Harapan mama tentu sama kayak Abian, kamu mau melanjutkan pernikahan ini. Tapi kalo kamu gak yakin sama Abian, mama gak masalah sama sekali kalo kalian berpisah. Mama akan me

    Huling Na-update : 2025-03-22

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Bayaran    📌 169 : Akhir Cerita

    Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.“Mau apa lagi kamu kesini?” tanya mama lugas.“Mira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasa—tidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?”Mama tertawa, “Kembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!”Papa bersimpuh di kaki mama, “Tolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.”Mama tertawa lagi, “Bukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!”“Mir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.”Mama melirik Abian sebelum pergi, “Mama mau istirahat.”

  • Pernikahan Bayaran    📌 168 : Cerita yang Berbeda

    Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. “Mas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.” Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. “Mending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?” “Aku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.” Abian tertawa, “Kamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?” “Oh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.” Natasya diam sejenak, “Enggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.” Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat

  • Pernikahan Bayaran    📌 167 : Bukti Konkret

    “Nat! Jangan dipukul-pukul! Nat!” Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. “Nat?” Vina memanggil lirih. “Vin, tolong panggilin perawat!” Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. “Tenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.” Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. “Bu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem

  • Pernikahan Bayaran    📌 166 : Tak Bisa Bercerai

    Tok-Tok-Tok“Sya? Papa mohon kita bicara dulu.” Papa mengernyit, “Kok sepi, ya?”Ceklek.“Sya!” papa melotot melihat Natasya pingsan, “Sya, bangun, Sya!”Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, “Angkat Abian, angkat.”“Halo, pa?”“Bi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.” kata papa dengan panik.“Iya, pa, saya kesana sekarang.”Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, “Ya ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?”Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.“Nat?” Abian mendekati Natasya, “Kapan Natasya pingsan, pa?”“Papa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.”“Tadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.”***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo

  • Pernikahan Bayaran    📌 165 : Mantap Bercerai

    “Gimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?”“Aca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu ‘kan, Ca?”Aca menatap Natasya, “Gue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gue—menyesali perbuatan kemarin dan berniat—”Abian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.”.Natasya menggeleng, “Udah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!” ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.“Mami!” Haikal mengejar Natasya.“Nat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.” Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 164 : Kembali di Sakiti

    Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lain—penuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, “Ical?”Wajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, “Baju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?”Natasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, “Tempelin, mi,

  • Pernikahan Bayaran    📌 163 : Saling Jujur

    Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.“Mas?” Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, “Minum dulu.”“Makasih.”Mereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.“Ical gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?”“Enggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.”Abian melirik Natasya, “Kamu seneng hari ini?”Natasya tersenyum, “Banget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.”“Pengennya pasti kamu menang di semua lomba.”Natasya melirik Abian dan mengangguk, “Oh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya ‘kan lumayan.”“Nanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.”Senyum Natasya luntur, “Gak usah, mas, buat Ical aja.”Haik

  • Pernikahan Bayaran    📌 162 : Kebahagiaan Sehari

    “Ical kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?” Natasya berusaha mengalihkan topik.“Banyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.”“Sama-sama, Cal.” Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.“Ya udah kita ke lapang, mi, pi.”Haikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.“Nat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.”“Iya, mas.”“Ya udah kita kesana.” Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.“Untuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.” panitia memberikan ar

  • Pernikahan Bayaran    📌 161 : Tujuan yang Sama

    Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. “Balik kemana sekarang?” tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. “Gak balik gue.” Natasya sibuk menalikan sepatunya. “Jangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.” “Gue mau ke suatu tempat.” “Kemana?” Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, “Ada aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.” “Idih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, lo—kapan kasih keputusan sama dokter Abian?” Natasya diam. Vina menyikut, “Jangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.” “Hah? Mereka gak tahu dia suami gue?!” Vina tertawa, “Lo tuh maruk amat

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status