Tanggal pernikahan mereka telah tiba, semua persiapan acara telah sangat matang. Perasaan gugup dan khawatir merambati hati kedua insan yang belum saling kenal itu. Mereka semakin canggung, hanya saja mencoba untuk bersikap biasa dan bodo amat. Saling melempar senyum dan bersikap ramah kepada semua tamu, itulah hal manis yang mereka berdua lakukan.
Cukup memacu adrenalin memang, tetapi mereka lega karena semua acara berjalan dengan lancar serta sangat melelahkan. Ada sedikit drama ketika mantan kekasih Icha mengirimkan sebuah kado yang sangat besar yang mencuri perhatian para tamu. Tetapi Icha tidak mau membuka kado tersebut, dia menyuruh para sepupunya untuk membuka dan membagikan isi dari kado tersebut.
Iya, memang sebegitu tidak mau nya Icha berurusan lagi dengan sang mantan. Hal ini membuat Aldy tertawa geli, dia terus menerus menggoda Icha yang ekspresinya sangat tidak nyaman.
Kado besar tersebut berisi meja rias indah yang lengkap dengan paket perawatan wajah yang dipakai oleh Icha. Sepertinya, pria itu masih mengingat dengan jelas merk produk kecantikan itu.
Walau itu adalah hadiah yang sangat dibutuhka olehnya, Icha sama sekali tidak ingin memilikinya. Sesuatu hal yang dapat dia beli dengan uangnya sendiri, dia tidak akan merasa berterimakasih karena mendapatkannya dari seseorang yang tidak ia inginkan.
“Untuk kalian aja, aku serius. Aku sudah memilikinya, lagian sekarang aku sudah punya suami jadi aku bisa meminta padanya untuk membelikanku meja hias yang jauh lebih besar,” ujar Icha ketika para sepupu kembali memastikan mengenai keputusannya.
Aldy yang mendengar samar perkataan Icha tersebut hanya menoleh dan sedikit memiringkan kepalanya, pertanda kalau dia bingung sekaligus tidak setuju dengan hal itu.
Keduanya telah resmi menjadi pasangan suami istri. Selama beberapa hari pertama mereka tinggal di rumah Icha sekaligus menunggu pemberkasan pembelian rumah Aldy selesai. Selanjutnya mereka akan tinggal di rumah yang sudah dibeli oleh Aldy yang berlokasi tidak begitu jauh dari kantor Icha bekerja.
Mereka menyusun semua perabot dan peralatan yang dibutuhkan, mereka juga membagi kamar, kamar yang diatas adalah kamar Aldy sementara kamar di lantai bawah adalah kamar Icha dengan alasan Icha akan lebih banyak akses untuk ke dapur yang letaknya di lantai bawah jadi dia tidak akan capek untuk naik turun hanya untuk menggoreng telur dadar.
Mereka juga membuat jadwal untuk bergantian membersihkan rumah, seperti menyapu dan mengepel bergantian per harinya, serta membersihkan halaman setiap hari minggu mereka berdua merapikan taman dan halaman depan, untuk mencuci piring mereka membuat peraturan setiap kali selesai makan harus dicuci. Mereka bahkan mencetak semua jadwal dan peraturan itu lalu menempelnya di dinding dekat dapur agar mudah untuk dilihat.
Pasangan muda ini memiliki dua buah mobil, karena masing-masing dari mereka memiliki mobil. Untung saja halaman rumah mereka luas sehingga mereka dapat membangun garasi yang muat untuk mobil mereka. Walaupun menyukai otomotif, Aldy tidak ada melakukan modifikasi sedikitpun pada mobilnya karena dia sangat menyayangi mobil itu karena mobil hasil kerjanya selama bekerja sejak kuliah. Aldy juga ada memiliki sebuah motor gede yang sering kali digunakan untuk berkumpul dan touring dengan komunitasnya.
Pindahan, bukan kegiatan sederhana sesederhana ‘kata’nya. Pasangan baru itu bahkan harus membereskan rumah selama dua hari penuh sebelum akhirnya rumah benar-benar siap untuk dihuni dengan nyaman.
Benar-benar hanya berdua, mereka mengatur seluruh ruangan sesuai dengan selera masing-masing. Hanya ruang TV yang mereka susun bersama karena mereka akan menggunakannya secara bersamaan pula.
“Masalah daput, kuserahkan ke kamu. Terserah mau kamu susun bagaimana, aku akan bantu,” ujar Aldy ketika Icha meminta pendapat mengenai susunan perabot dapur.
“Kamu berikan kesan saja, jika kamu makan di sini, apakah posisi perabotan itu enak dipandang atau malah membuatmu tak nyaman. Oke?”
“Oke.” Aldy mengiyakan sekenanya.
Mereka mengubah posisi meja makan agar dapur mereka menjadi sedikit luas. Mereka sangat beruntung, rumah itu benar-benar sudah jadi saat mereka membelinya.
Aldy sudah mengatakan kalau dia membelinya sudah sejak lama dengan permintaan khusus agar saat pindahan tidak terlalu ribet. Dia juga meminta untuk isinya sekaligus disiapkan sehingga ketika Aldy masuk ke rumah, dia hanya perlu menyusun ulang sesuai dengan keinginan hati.
“Anak muda yang mapan,” gumam Icha seraya memandangi sekeliling rumah barunya.
***
Sudah sangat larut, suasana malam yang sunyi membuat Icha dapat mendengar jelas suara-suara di sekitarnya. Walau agak berat untuk membuka mata, Icha memutuskan untuk bangun dan keluar dari kamar untuk mengecek suara apa yang telah mengganggu mimpinya.
Icha menghampiri sosok pria yang tengah terlelap di atas sofa depan TV, pria itu tampak lelah karena telah beberes seharian dan sorenya ada acara dengan komunitas motornya. Jarum jam telah menunjukkan pukul satu dini hari, menurut perkiraan Icha, suaminya itu pulang sekitar jam dua belas lalu dia membuat segelas susu dan menonton TV tetapi dia tertidur di sofa.
Icha mencoba untuk membangunkan Aldy dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya perlahan, “Dy jangan tidur disini ya, dingin,” ujar Icha lirih, dia tidak ingin mengejutkan.
Tetapi tidak ada pergerakan dari Aldy. Pria yang kini menjadi suaminya itu masih dengan posisi tidurnya yang tenang. Icha mengambilkan selimut di kamar, dengan sedikit mengomel dia menutupi seluruh tubuh suaminya dengan kain tebal itu.
“Tau aja pindahan, eh malah ikut acara sampai malem gini ihh,” omelnya sambil merapikan selimut dan mengalihkan remote TV yang masih digenggam Aldy.
“Kamu disini aja yaa ....” Tiba-tiba Aldy yang masih tidur menarik lengan Icha dan menggenggamnya erat. Hal ini membuat Icha kaget sekaligus bingung, sepertinya Aldy sedang bermimpi, tetapi genggaman tangannya begitu kuat sehingga Icha tidak dapat melepaskannya.
“Dy, bangun dy ....” Icha kembali menggoyangkan badan Aldy, tetapi masih tidak ada respon. Dia kenapa? Pikir Icha. Icha segera mematikan TV lalu menemani Aldy dengan duduk di dekatnya.
Dia kembali mencoba untuk membangunkan, kali ini Aldy hanya melenguh dan mengubah sedikit posisi tubuhnya. Icha mehala napas panjang, dia agak kesal.
Dia memperhatikan wajah suaminya yang bergeming, pandangannya teralih ke lengannya sesaat. Pria itu benar-benar menggenggamnya dengan erat hingga Icha harus menunggunya kembali benar-benar terlelap untuk menarik lengannya.
Kembali dibenarkan selimut Aldy agar seluruh tubuh pria itu tertutupi dan hangat. Dia melihati jam dinding yang terus berputar dan mengingatkan kalau dirinya pun membutuhkan waktu untuk istirahat. Segera saja Icha membereskan gelas di atas meja dan membawanya ke dapur.
Sambil membersihkan gelas, perempuan berambut pendek itu masih saja memperhatikan suaminya dari kejauhan. Dia masih terpikir sedikit mengenai genggaman eratnya tadi, mungkin karena terlalu lelah, Aldy mengalami mimpi yang menganggunya.
***
Paginya, ketika Icha sedang memasak di dapur, tiba-tiba Aldy menghampirinya dengan ekspresi wajah yang seperti orang bingung dan kesal.“Tadi malem aku ketiduran di sofa?” tanya nya kepada Icha dengan nyawanya yang masih belum sepenuhnya terkumpul.“Lah, menurut kamu? Kan kamu bangun nya di sofa, Pak,” sahut Icha yang merasa aneh dengan pertanyaan pria mengantuk itu.“Iya juga sih, yang ngasih selimut tadi malem itu kamu?” tanya Aldy lagi yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Icha.“Lah kok nggak dibangunin, kan aku belum mandi sejak sore,” gerutu Aldy yang kesal.“Lah mana aku tahu, Pak. Kamu datang kapan aja aku enggak tahu. Pas aku keluar kamar kamu sudah tidur, dibangunin enggak ada respon. Yaudeh ku ambilkan selimut daripada kamu dimakan semut, ‘kan,” sahut Icha. “Pantesan bau banget,” sambungnya lagi sambil sedikit tertawa.Aldy menggaruk kepalanya dengan e
“Selamat ya, Dy. Maaf kemarin aku enggak bisa datang karena pas banget dampingi Riko ke luar kota.” Seorang wanita dengan rambut panjang ikal menghampiri Aldy ketika bertemu di loby kantor.Wanita itu Dinda, yang tak lain adalah mantan kekasih Aldy yang telah menikah lima bulan yang lalu, lebih tepatnya satu bulan setelah mereka mengakhiri hubungan sebagai pasangan kekasih.Aldy hanya meng-iyakan dengan ramah dan tanpa ekspresi, dia juga langsung saja pergi menuju ruangannya tanpa basa basi lagi. Memang, Aldy masih belum bisa melupakan Dinda karena hubungan yang mereka jalin selama empat tahun dan harus berakhir karena mereka sempat berhubungan jarak jauh selama satu tahun ketika Aldy dipindah tugaskan ke luar kota untuk mengurus cabang perusahaan tempat dia bekerja.Selama mereka berhubungan jarak jauh, Aldy memang sangat jarang pulang karena padatnya pekerjaan dan juga jarak yang tidak memungkinkan dirinya untuk sering mengunjungi kotanya. Selain m
Aldy sedang duduk di sebuah kursi sambil menyandarkan kepalanya pada dinding. Dia meminum secangkir kopi panas dengan perlahan. Tatapan matanya sangat sayu tetapi kepalanya terus memikirkan banyak hal.Melihat sikap temannya yang tak biasa, Adhan segera menghampirinya untuk memastikan keadaan teman baiknya itu. Benar saja, tubuh pria berponi itu hangat bahkan nampak tidak bertenaga sama sekali.“Wah pengantin baru sepertinya sedang sakit. Kamu pulang saja, Dy. Daripada nanti kamu pingsan disini kan malah repot, mana kami enggak berani merawat suami orang,” cletuk pria berhidung mancung seraya menggoda temannya.Aldy hanya memandanginya tak minat masih terus sambil meminum kopinya.“Tenang saja, kami bisa urus semua ini. Kamu istrahat saja dulu, nanti kami laporkan hasil keputusan dan persiapan lainnya setelah semuanya beres.” Adhan menepuk pelan bahu Aldy.Aldy yang merasakan pusing dan badan agak meriang hanya mengangguk pe
Sesampainya di kantor, Icha langsung ditemui oleh sekretarisnya yang eembawa berita tidak sedap. Nita bilang posisi Icha sebagai Manager Digital Marketing akan digusur oleh pria bernama Tono yang merupakan keponakan pak direktur. Ah benar-benar bukan asupan yang bagus di pagi hari.“Dia siapa?” tanya Icha yang meminta informasi lebih lengkap dari Nita.“Dia lulusan dari Australia mba, katanya sih dia lulusan terbaik nah terus dia pulang ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan milik keluarganya. Ternyata ayahnya yaitu adik dari yang punya perusahaan kita ini, yang berarti dia juga adalah keponakan dari pak Direktur. Gitu.” Nita menunjukan biodata lengkap tanpa foto milik Tono yang dia dapatkan dari temannya di bagian Human Resource.“Kalau menurut kabar sih, dia mau menggantikan posisi emba tapi saya kurang yakin juga sih, kan dia fresh graduate ya mba, mana bisa langsung jadi Manager,” tambahnya lagi.Icha mehela napas
“Tadi buburnya dimakan sampai habis? Obatnya diminum juga kan?” tanya Icha bawel kapada Aldy yang rebahan di sofa sambil main ponsel dengan TV yang menyala acara otomotif.“Sudah,” jawab Aldy singkat tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel nya.Icha langsung menuju dapur dan dia tidak ada menemukan piring kotor, dia hanya mengangkat kedua alis lalu langsung memasak. Karena waktu istirahat tidak lama, dia hanya masak ayam kecap dengan bumbu rempah resep khas dari mama.Icha menyentuh dahi Aldy dengan mendadak sehingga Aldy terkejut dan menepis tangan Icha dengan agak keras, “Apaan sih, ganggu!” Aldy kesal.“Sudah nggak terlalu panas sih, harusnya hari ini sudah sembuh. Minumi vitamin sama obatnya, lalu banyak-banyak istirahat aja hari ini,” kata Icha tanpa menghiraukan Aldy yang kesal, “Aku masak ayam kecap, sudah aku taruh diatas meja. Kamu makan sendiri bisa, kan?”Icha menuju
Tidak hanya di rumah, Icha juga bersikap aneh saat berada di kantor. Fokusnya sedikit terganggu dengan sesuatu yang ada di kepalanya. Bukan hal penting, tetapi kemunculan sang mantan berhasil membuatnya tidak nyaman. Icha menjadi lebih pendiam dan tampak kosong pikirannya.Hasil rapat sebelumnya masih dibaca ulang olehnya, dia meminta bantuan Nita agar dapat menemui pak Direktur yang sedang padat jadwalnya.“Huhh!” Icha menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja. Dihempaskannya lembaran catatan hasil rapat bersama tim tadi, semua hasil evaluasinya sangat aman dan baik-baik saja.Semakin dia memikirkan pak Direktur, semakin pening kepalanya. Jika hendak diganti dengan Manager yang baru, setidaknya dia tahu apa kesalahan yang telah diperbuat hingga pihak direksi enggan memposisikannya lagi.Cukup lama menunggu sambil menerjakan pekerjaanya yang lain, Nita masuk ke ruangan atasannya dan memberitahu kalau pak Direktur benar-benar sedang tidak dapat di
“Kami dulu pacaran tiga tahun lebih, kami selalu bersama dan dia selalu bersikap manis. Saat tahun terakhir kami pacaran, dia mulai menampakkan sikap asli dia yang sangat bringasan, aku nggak suka. Dia memang protektiv, tetapi dia menjadi semakin over protektiv dan selalu melarang apapun kegiatanku, dia menuntut aku untuk selalu patuh sama dia. Dia mau aku selalu melakukan semua yang dia mau dan dia minta, semua yang aku lakukan itu salah dan hanya dia yang benar. Semua yang aku omongkan itu salah, dan selalu dia yang benar. Yang paling aku enggak habis pikir, ternyata dia mau pacaran sama aku itu karena dia cuma mau badan aku.”Aldy berekspresi tidak suka ketika mendengar cerita Icha di bagian akhir itu.“Dulu aku memang punya banyak temen-temen cewe yang porsi tubuhnya beragam dan kalau menurut temen-temenku sih, aku memang yang paling proporsional tapi aku enggak merasa gitu sebenernya karena berat badanku bahkan diluar dari angka yang kuharapkan.
Icha terdiam, dia mematung sejenak ketika pak Budi, direkturnya memberitahukannya bahwa terhitung sejak hari ini posisi Manager Digital Marketing dialihkan kepada Tono dan dia beralih menjadi staff pendamping manager. Bukan itu saja, ternyata Tono yang dimaksud oleh pak Direktur adalah Riza yang memang memiliki nama lengkap Hefni Reza Hartono.Icha mengutuk dirinya sendiri karena dia bahkan tidak mengenali biodata lengkap di CV yang kemarin telah diberikan oleh sekretarisnya, Nita. Belum ada kejelasan mengenai alasan perubahan struktur organisasi pada bagian Digital Marketing ini, semua tim pun hanya bisa diam dan saling pandang.Pada meeting tadi pagi Icha tidak banyak berbicara karena dia mengalami shock berat. Dia telah bertemu dan berbicara dengan Direktur kemarin, tetapi dia tidak mendapat jawaban apapun tentang isu perubahan strutur, tetapi hari ini mendadak semuanya telah berubah.“Pak, mohon maaf apabila saya lancang. Tetapi kalau ada kekurangan da
Icha sedang berbelanja di supermarket sendirian ketika dia bertemu dengan Dinda dengan tidak sengaja, dia sebenarnya sangat tidak ingin melihat wajah perempuan itu tapi dia bersikap biasa dengan sedikit menyunggingkan senyum. Dinda meminta waktu Icha sebentar untuk mengobrol dan mereka pergi ke sebuah tempat makan. Icha belum pernah mendengar kisah antara Aldy dan Dinda dari sudut pandang Dinda sebelumnya, jadi dia pikir tidak akan masalah kalau dia mendengarkan cerita Dinda.Dinda menceritakan sejak awal pertemuan dirinya dengan Aldy ketika awal masuk SMA lalu akhirnya menjalin hubungan ketika mulai menjadi mahasiswa dan bertahan sampai ketika mereka bekerja. Dinda adalah kakak kelas Aldy yang berarti dia seumuran dengan Icha. Dinda juga bercerita kalau dirinya dan Aldy bukan pasangan yang harmonis karena mereka sering bertengkar tapi mereka tetap bertahan sampai akhirnya Dinda menyerah karena harus LDR dan belum ada kepastian dari Aldy, dia memilih untuk bersama Riko yang m
“kalau menurutku di sekitar sini perlu penginapan atau Villa, Cha. Disini udaranya masih sangat asli dan juga asri, ada banyak oerkebunan sayur dan buah yang akan menjadi wisata edukasi untuk pengunjung. Para petani juga dapat mengembangkan perkebunannya dan dirapikan supaya semakin menarik, nggak masalah nereka meminta tarif kepada oengunjung dengan keadaan yang tetap terjaga sepertinya pengunjung nggak akan nolak. Malah kita bisa bantu ekonomi para petani dan warga sini kan” kata Aldy sambil memetik buah strawberry di kebun milik papa.“aku juga ada kepikiran gitu sih, tapi aku beluk sempat menemui pak kepala desa. Aku mau minta oendapat dari beliau sebagai penanggungjawab desa ini” sahut Icha yang berada agak jauh dari Aldy.“oiya Cha, aku penasaran apa yang kamu bahas sama anak rambut abu-abu pas di sawah” Aldy mendekati Icha.“nggak penting kok, cuma bahas tentang kuliah dia sedikit”“kalian deket
Sementara Icha dan mama, mereka menyiapkan makan siang di pondok sawah. Mereka memilih pondok yang berbeda dengan biasanya, karena ditempat yang biasa ada Gege yang sibuk dengan tugas akhirnya sehingga pondok oenuh dengan barang-barang miliknya.Sebenarnya Gege bisa merapikannya dan mereka memakai pondok itu, tapi mereka memilih untuk tidak mengganggunya dan memakai pondok yang lain. Mama menyuruh Icha untuk mengantarkan sepiring penuh bakwan kepada Gege untuk teman mengerjakan tugas, Icha juga membawakan segelas air kelapa muda untuknya.Dengan tanpa banyak basa basi Icha hanya menyerahkan bakwan dan air kelapa kepada Gege lalu dia balik, tapi Gege manahannya dengan memanggilnya lumayan keras dan membuatnya menghentikan langkah.“Ka Icha sengaja menghindar dari aku ya?” tanya Gege yang berdiri sekitar dua meter dibelakang Icha.“Enggak, kenapa aku harus menghindaribkamu?” ujar Icha tanpa membalikan badan.“Ya karena k
Aldy tidak dapat tidur dengan nyenyak karena dia merasakan lelah dan wajah yang nyeri, dia hanya berubah-ubah posisi sambil terus mencoba memejamkan mata. Dia menatap Icha yang terlelap di sampingnya. Samar, ia tersenyum. Disibakkannya rambut istrinya dari dahinya, nampak wajah cantik yang terlelap.Masih belum dapat terlelap, dia tetap memaksakan kedua matanya untuk terpejam.Akhirnya dia bangun dan menuju dapur ketika dia mendengar ada suara langkah kaki di luar. Ternyata itu mama yang pergi ke dapur untuk mengambilkan papa segelas air putih, hari masih gelap dan belum waktunya untuk bangun tapi Aldy merasa akan baik-baik saja dengan tidak tidur.“Ma, ada punya stok bahan buat bikin kue?” tanya Aldy.“Coba kamu cek di dalam lemari yang tengah, mama lupa juga. Kamu mau bikin kue jam segini?” tanya mama heran.Aldy hanya mengangguk dan tersenyum, dia telah menemukan bahan-bahan untuk membuat kue yang lengkap. Pandangan matan
Sekitar pukul 9 malam Aldy telah tiba dirumah Icha yang di desa, maps sangat tidak membantunya kali ini karena dia lumayan nyasar dan harus tiba sampai malam. Bersamaan dengannya datang, ada seorang pria muda yang baru keluar dari halaman rumah Icha dengan menaiki motor matic. Wajahnya tidak terlalu jelas dan Aldy pun tidak begitu peduli dengan itu, yang dia pedulikan sekarang adalah ternyata dia sama sekali tidak membawa hadiah untuk Icha.“Kenapa bisa lupa gini sih.” Aldy memukul setir mobilnya, dia kesal dengan dirinya sendiri.Mama membukakan pintu untuk Aldy, dan segera mempersilahkan menantunya itu untuk masuk. Mama juga langsung memanggil Icha untuk membawakan kotak P3K ke depan. Icha yang masih rebahan bangun dengan sangat malas, dia berjalan menuju dapur tanpa menoleh ke sofa depan lalu mengambil kotak P3K dan kembali ke ruang tamu. Langkahnya terhenti ketika dia melihat Aldy sedang duduk bersama dengan mama. Dia memandangi Aldy sampai hampir tidak
Sementara itu di kota, Aldy sudah bertemu dengan Dinda untuk membahas masalah ini. Dia sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi teman dekat Dinda, tidak lagi menjadi tempat curhat, moodbooster, ataupun penyelamat Dinda. Karena dia mulai menyadari kalau Icha lah perempuan yang dia inginkan.Dia berfikir kalau hubungannya dengan Dinda hanya lah nostalgia yang membuat mereka kembali merasa nyaman dan bahagia ketika bersama, tetapi ketika Aldy mulai berfikir jernih dan memasuki nostalgia dari kisah yang sedih, ditinggal ketika masih ingin berjuang, dan diragukan cintanya, membuat Aldy mehela napas panjang daan dia mengerti kalau dia dan Dinda tidak pernah membahas tentang ‘masalah’ dalam hubungan mereka dulu, mereka hanya membahas tentang kebahagiaan sehingga secara tidak langsung itu membangun ulang memori lama yang membuat mereka bisa bersama.Aldy bilang kalau dia memang masih belum sepenuhnya bisa melepaskan Dinda bersama dengan pria lain karena dia masih
Icha mengambil hapenya yang belum dia ubah dari mode pesawat sejak dia pergi dari rumahnya. Dia masih belum ingin untuk mendapatkan pemberitahuan ataupun pesan dari siapapun, dia hanya ingin menenangkan pikiran dan kekacauan di dalam dirinya.Keseharian Icha ketika di desa sangat penuh dengan kegiatan yang bermanfaat, dia pagi mengurus bunga di taman kecil di depan rumah lalu membantu mama di dapur untuk menyiapkan sarapan lalu dia mandi dan pergi ke kebun sayuran untuk membantu ataupun hanya sekedar mengunjungi para petani yang sedang bekerja. Ketika hari sudah menjadi semakin siang biasanya dia memetik beberapa buah untuk dibuat rujak yang dia makan bersama dengan mama atau petani lainnya.Dia juga sering membantu Gege untuk mengerjakan tugas akhirnya di pondok di tepi sawah milik papa. Sawah milik keluarga Gege memang hanya bersebelahan, tetapi Gege lebih memilih untuk di pondok milik keluarga Icha karena lebih luas dan dia bilang sinyal internet lebih kenceng
Di desa, tidak seperti yang dibayangkan Icha sebelumnya bahwa dia akan membantu warga untuk menyiapkan acara panen, dia malah hanya menghabiskan harinya untuk rebahan dan berteman dengan tempat tidurnya. Dia hanya keluar kamar ketika dia merasa ingin ke kamar mandi, dia bahkan belum ada makan sejak dia datang tadi. Mama sudah memanggilnya untuk makan siang tetapi dia masih sangat malas untuk bergerak menjauhi tempat tidurnya, mama juga mengajaknya untuk pergi ke balai desa tapi dia juga menolak karena badannya tertahan di tempat tidur. Sesekali dia duduk di dekat jendela untuk memperhatikan warga yang lewat dengan membawa hasil panen mereka menuju balai desa.Udara di desa sangat sejuk dan menenangkan pikiran dan hatinya, dia tersenyum dan menyapa beberapa warga yang dia kenal dari jendela dan kembali merebahkan tubuhnya untuk tidur.Mama membangunkan Icha karena hari sudah semakin senja hampir malam, acara pesta panen akan dimulai sekitar satu jam lagi. Acara ini bias
Icha sedang menyiapkan tas untuk baju yang akan dia bawa ke desa, dia akan pergi ke acara pesta panen kali ini. Dia belum bilang samma Aldy, melihat jadwal pekerjaan Aldy dia ragu untuk mengajak suaminya itu pergi. Dia ingin lama di desa tapi ketika dia melihat ke kalender dia mulai ragu dengan niatnya itu, karena ternyata minggu depan adalah ulang tahunnya dan dia sudah pernah ada rencana untuk pergi bersama Aldy ketika hari ulang tahunnya.Icha ingat, ketika dia membersihkan halaman rumah tadi dia iseng melihat kedalam mobil Aldy dan dia melihat sebuah tas karton besar berisi kotak yang besar juga didalamnya. Aldy bukan tipe orang yang suka membeli sesuatu dengan kotak, dan kotak itupun tampak dibungkus rapi seperti sebuah hadiah. Icha mulai berfikir kalau itu adalah kado yang disiapkan Aldy untuk dirinya, tapi itu terlalu cepat dan kenapa tidak dia simpan dikamar dan malah ditinggal di mobil. Icha hanya menaikan Alisnya ketika memikirkan hal itu, mungkin Aldy akan memberin