“Tadi buburnya dimakan sampai habis? Obatnya diminum juga kan?” tanya Icha bawel kapada Aldy yang rebahan di sofa sambil main ponsel dengan TV yang menyala acara otomotif.
“Sudah,” jawab Aldy singkat tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel nya.
Icha langsung menuju dapur dan dia tidak ada menemukan piring kotor, dia hanya mengangkat kedua alis lalu langsung memasak. Karena waktu istirahat tidak lama, dia hanya masak ayam kecap dengan bumbu rempah resep khas dari mama.
Icha menyentuh dahi Aldy dengan mendadak sehingga Aldy terkejut dan menepis tangan Icha dengan agak keras, “Apaan sih, ganggu!” Aldy kesal.
“Sudah nggak terlalu panas sih, harusnya hari ini sudah sembuh. Minumi vitamin sama obatnya, lalu banyak-banyak istirahat aja hari ini,” kata Icha tanpa menghiraukan Aldy yang kesal, “Aku masak ayam kecap, sudah aku taruh diatas meja. Kamu makan sendiri bisa, kan?”
Icha menuju kamarnya dan langsung menutup pintu, tetapi ekspresinya langsung berubah setelah melihat mangkok, piring dan gelas kotor di atas mejanya.
“Aldy! Kenapa enggak langsung di cuci?!” teriaknya dari kamar dengan suara yang cukup memekakan telinga Aldy.
“Masa iya orang sakit disuruh-suruh,” sahut Aldy dengan santainya.
Icha kembali mehela napas panjang dan emosi. Sabar Icha ....
Suasana diantara pasangan pasutri baru itu menjadi agak canggung, karena Icha masih menahan emosi sementara Aldy yang cuek dan selalu main ponsel.
Icha menghampiri Aldy dengan membawa dua kaleng minuman dingin dan duduk di sofa dekat suaminya. Aldy telah mengubah posisinya menjadi duduk. Icha bersandar lalu memindah chanel TV dengan acak dan dalam beberapa menit dia belum juga menemukan chanel yang ia suka.
“Kamu kenapa sih pusing aku tuh denger chanel pindah-pindah mulu,” kata Aldy yang masih sibuk main game. Icha tidak menghiraukan perkataan Aldy, ia masih memindah channel dengan random.
Aldy menoleh sedikit ke arah Icha yang tampak kurang baik mood nya.
“Ada masalah ya? Kenapa?” tanya nya pada Icha yang hanya menatap kosong layar TV nya.
“Gini ya ribetnya cewek mana aja sama. Setiap ditanya enggak dijawab haduuhh ... makan aja deh.” Aldy langsung berdiri dan menuju dapur untuk makan. Dia tidak begitu ambil pusing dengan sikap Icha yang diam, dia mengambil dua porsi makanan laalu membawanya ke sofa depan TV lalu menyerahkan satu piring makanan ke Icha.
“Biasanya kalau cewe mulai bersikap aneh, kalau disuruh makan langsung baik mood nya,” ujarnya lagi.
Icha melirik sedikit kepada Aldy, “Enggak sekalian sama minumnya, mas?”
Aldy yang sedang menyuap makanan hanya menoleh kesal ke arah Icha.
Icha tertawa kecil lalu makan, dia ke dapur untuk mengambil air minum. “Kamu paham banget ya sama sikap-sikap cewek? Hebat lho ... Atau jangan-jangan kamu itu sebenernya cewe?” tanya Icha.
“Sembarangan aja, aku kan punya adek. Feby itu kalau ngambek obatnya ya cuma dibawa makan. Sama banget kaya Dinda, diberi eskrim langsung baik lagi mood nya. Aneh banget emang cewe itu.”
“Haha bukan aneh, tapi kami itu spesial jadi ya emang harus diperlakukan special,” sahut Icha.
“Enggak adil lah, masa iya cowo mulu yang harus ngerti cewe tapi cewe nya bodoamat sama cowo. Kalau cowo badmood, cewe malah ikut-ikutan badmood kan?”
“Haha enggak semua cewe kali ah, ada juga cewe yang sukanya ngalah bahkan walaupun yang salah itu si cowo nya. Bego banget kan? Tapi kadang cewe gitu kalau sudah sayang banget.”
“Curhat bu?” tanya Aldy agak ngeledek Icha yang sedikit bersemangat dalam bercerita.
Icha hanya tertawa kecil sambil mengangkat bahunya, “Tapi ngomong-ngomong Dinda siapa? Adek kamu juga? kemarin pas acara itu dia dateng juga?” tanya Icha dengan santai yang berhasil membauat Aldy terdiam sejenak lalu menjawab dengan singkat, “Temen lama,” jawabnya.
“Ohh, kalau dari namanya pasti dia cewe yang cantik pinter baik juga setia deh.”
“Kaya cenayang ya kamu nerawang karakter orang cuma dari nama.”
“Bukan cenayang, tapi aku ada beberapa temen yang namanya Dinda karakternya emang gitu. Jadi aku tarik kesimpulan gitu.”
“Bukan karena namanya sama lalu karakternya sama,” sahut Aldy seolah tidak terima dengan kalimat Icha.
Icha sedikit tersenyum, dia pernah mendengar sedikit mengenai Dinda dari Feby ketika dirinya belum menikah dengan Aldy. Dia merasa masih sangat wajar kalau Aldy sesekali masih menyebut namanya ketika bercerita dan itu samasekali tidak mengganggu Icha.
Ponsel Icha berdering ada panggilan dari kontak dengan nama ‘Riza’. Icha hanya mengabaikan dengan mensenyapkan mode ponselnya.
“Kenapa enggak diangkat? Siapa tau penting,” kata Aldy yang juga melihat nama kontak di ponsel Icha.
Icha cuma menggelengkan kepalanya, tetapi ponsel Icha masih terus berbunyi. Hal ini membuat Aldy penasaran karena baginya tidak mungkin tidak penting kalau menelpon lebih dari tiga kali. Aldy meraih ponsel Icha tetapi Icha langsung menarik ponsel nya dengan sigap.
“Jangan! Itu beneran nggak penting!” teriak Icha dengan ekspresi yang serius. Okay bisik Aldy lirih. Keduanya kembali melanjutkan makan dengan tanpa adanya obrolan.
Tengtong
Terdengar suara bel rumah mereka ada yang menekan dari luar. Aldy berdiri ingin membukakan pintu tetapi Icha melarangnya dan menyuruh suaminya itu untuk meminum obat saja biar dia yang membuka pintu.
“Maaf, mas cari siapa ya?” tanya Icha kepada sosok pria yang berpakaian lengkap dengan jas rapi yang berdiri menghadap ke jalan.
Dari belakang Icha tidak mengenali perawakan pria itu, nampak asing.
Mendengar suara si tuan rumah, pria itu berbalik dan tersenyum dan membuat Icha terdiam lalu ekspresinya pun berubah seketika.
“Hai, apa kabar? Lama enggak ketemu,” katanya lagi masih sambil tersenyum kepada Icha.
Perempuan berambut pendek itu bergeming masih tanpa ekspresi, hanya menatp tamunya dengan mengatur napasnya.
Melihat ekspresi istrinya yang nampak tidak nyaman, Aldy yang mengamati dari jauh segera menghampirinya di ambang pintu.
“Siapa ya?” Aldy memunculkan diri dari belakang Icha.
“Oh hai kamu pasti suaminya Icha ya, perkenalkan aku Riza. Mantan kekasih istri tercintamu,” ujar pria itu sambil mengulurkan tangannya kepada Aldy.
Aldy menyambut tangan Riza dengan hangat, “Hai,” balasnya singkat. “Aada keperluan apa?”
“Enggak, aku cuma mau mengucapkan selamat untuk kalian berdua karena telah resmi menjadi suami istri. Maaf juga ketika acara kalian aku enggak bisa datang karena masih ada kesibukan yang diurus,” kata Riza masih dengan senyumnya yang dipaksakan untuk ramah.
“Oh iya nggak masalah. Kami sudah menerima kado darimu,” jawab Aldy singkat, “Apakah masih ada hal lain yang ingin disampaikan? Jika tidak, kamu boleh pulang, maaf kami sedang ada kesibukan,” sambungnya lagi.
“Iya tentu saja kalian sibuk kan pengantin baru, hehe. Baiklah kalau begitu aku pulang, bye.” pria berbadan agak besar itu pergi meninggalkan rumah Icha dan Aldy dengan menaiki mobil sport berwarna merah.
Icha segera berbalik dan kembali ke depan TV untuk membereskan semua bekas makan siangnya bersama Aldy juga merapikan dapur lalu bersiap kembali ke kantor karena jam istirahat telah berakhir. Aldy belum tahu pasti hubungan seperti apa yang dulu dijalani oleh Icha dan pria bernama Riza tadi. DIa penasaran hal apa yang membuat Icha sama sekali tidak ingin berhubungan dan bahkan bertemu saja membuatnya berkeringat dingin.
‘Apakah mereka masih ada hubungan lalu dia menyembunyikannya dariku? Makanya dia nggak mau angkat telpon dan gemetar ketika bertemu dirumah kami’ Pikiran Aldy mulai kesana kemari, dia menjadi sangat ingin tahu sekarang.
‘Atau dia trauma dengan sosok pria tadi? Apakah Icha pernah diancam untuk dibunuh? Ataukah kasus penganiayaan terhadap pacar?’ Aldy sedikit memijat dahinya.
Sambil duduk menonton TV, ia mengamati kesibukan Icha yang hendak kembali ke kantor. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Bahkan setelah selesai berberes, perempuan itu langsung saja berangkat tanpa berpamitan dengan Aldy.
“Kenapa dia bersikap begitu padaku?” gumam Aldy heran. Dia memiringkan kepalanya mencoba memikirkan kemungkinan hal yang membuat istrinya berubah sikap.
Tidak hanya di rumah, Icha juga bersikap aneh saat berada di kantor. Fokusnya sedikit terganggu dengan sesuatu yang ada di kepalanya. Bukan hal penting, tetapi kemunculan sang mantan berhasil membuatnya tidak nyaman. Icha menjadi lebih pendiam dan tampak kosong pikirannya.Hasil rapat sebelumnya masih dibaca ulang olehnya, dia meminta bantuan Nita agar dapat menemui pak Direktur yang sedang padat jadwalnya.“Huhh!” Icha menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja. Dihempaskannya lembaran catatan hasil rapat bersama tim tadi, semua hasil evaluasinya sangat aman dan baik-baik saja.Semakin dia memikirkan pak Direktur, semakin pening kepalanya. Jika hendak diganti dengan Manager yang baru, setidaknya dia tahu apa kesalahan yang telah diperbuat hingga pihak direksi enggan memposisikannya lagi.Cukup lama menunggu sambil menerjakan pekerjaanya yang lain, Nita masuk ke ruangan atasannya dan memberitahu kalau pak Direktur benar-benar sedang tidak dapat di
“Kami dulu pacaran tiga tahun lebih, kami selalu bersama dan dia selalu bersikap manis. Saat tahun terakhir kami pacaran, dia mulai menampakkan sikap asli dia yang sangat bringasan, aku nggak suka. Dia memang protektiv, tetapi dia menjadi semakin over protektiv dan selalu melarang apapun kegiatanku, dia menuntut aku untuk selalu patuh sama dia. Dia mau aku selalu melakukan semua yang dia mau dan dia minta, semua yang aku lakukan itu salah dan hanya dia yang benar. Semua yang aku omongkan itu salah, dan selalu dia yang benar. Yang paling aku enggak habis pikir, ternyata dia mau pacaran sama aku itu karena dia cuma mau badan aku.”Aldy berekspresi tidak suka ketika mendengar cerita Icha di bagian akhir itu.“Dulu aku memang punya banyak temen-temen cewe yang porsi tubuhnya beragam dan kalau menurut temen-temenku sih, aku memang yang paling proporsional tapi aku enggak merasa gitu sebenernya karena berat badanku bahkan diluar dari angka yang kuharapkan.
Icha terdiam, dia mematung sejenak ketika pak Budi, direkturnya memberitahukannya bahwa terhitung sejak hari ini posisi Manager Digital Marketing dialihkan kepada Tono dan dia beralih menjadi staff pendamping manager. Bukan itu saja, ternyata Tono yang dimaksud oleh pak Direktur adalah Riza yang memang memiliki nama lengkap Hefni Reza Hartono.Icha mengutuk dirinya sendiri karena dia bahkan tidak mengenali biodata lengkap di CV yang kemarin telah diberikan oleh sekretarisnya, Nita. Belum ada kejelasan mengenai alasan perubahan struktur organisasi pada bagian Digital Marketing ini, semua tim pun hanya bisa diam dan saling pandang.Pada meeting tadi pagi Icha tidak banyak berbicara karena dia mengalami shock berat. Dia telah bertemu dan berbicara dengan Direktur kemarin, tetapi dia tidak mendapat jawaban apapun tentang isu perubahan strutur, tetapi hari ini mendadak semuanya telah berubah.“Pak, mohon maaf apabila saya lancang. Tetapi kalau ada kekurangan da
Sesampainya di rumah, Icha dikejutkan dengan kedatangan papah dan mamah sesuai dengan informasi dari Aldy tadi.“Loh aku kira papah sama mama nggak jadi mampir, enggak ada telpon Icha sih.” Icha segera menghampiri kedua mertuanya yang duduk di kursi di teras rumahnya setelah turun dari mobil.“Kami juga baru nyampe lima menitan, Cha. Sudah dibilangi kok sama Aldy kalau kamu lembur,” kata mamah sambil menepuk ringan bahu Icha.Icha bersalaman dengan keduanya.“Ibu Manager sibuk banget ya sekarang?” kata papah sedikit menggoda, Icha hanya tersenyum.Dia langsung mempersilahkan kedua mertuanya untuk masuk ke dalam rumah dan menyuguhkan minuman hangat dengan beberapa cemilan.“Jadi, papah sama mamah dari mana jam segini?” Tanya Icha yang langsung duduk di dekat keduanya.“Biasalah mamahmu cari inspirasi untuk merancang pakaian terbaru. Sekaligus jalan-jalan gitu, sudah cu
Berbanding terbalik dengan kisah Icha di kantor, Aldy bahkan baru saja mendapatkan apresiasi dari Direktur karena tim nya bersama dengan tim IT telah meluncurkan aplikasi penjualan online dengan lima level pengguna yaitu admin, penjual, pelanggan yang terbagi menjadi Master dealer, Reseller dan end user atau yang sering disebut pembeli.Aplikasi ini mereka kembangkan lebih dari satu tahun lamanya karena memang data yang kompleks dan fungsi yang memang di desain tanpa cacat. Dengan adanya apliaksi ini diharapkan penjualan perangkat kamera pengaman atau CCTV yang perusahaan mereka produksi mengalami pelonjakan karena mudah diakses oleh konsumen kapanpun dan dimanapun serta aplikasi menampilkan stok yang selalu realtime sehingga mereka dapat mengetahui apakah stok cukup atau tidak untuk kebutuhan mereka.Tanpa diketahui oleh siapapun, Aldy sebenarnya juga sedang mengembangkan apliaksi untuk butik dan kafe nya tetapi masih dalam proses. Dia memang menerapkan ilmunya dari p
Sesampainya di kafe, Aldy langsung mmperkenalkan Icha kepada seluruh karyawannya yang berjumlah lima orang. Sebenarnya total ada sepuluh orang, tetapi lima yang lain masuk shift pagi.Icha menyukai suasananya, dia memutuskan untuk berkeliling kafe sendirian, menjelajahi setiap sudut dan mengenali semua hal tentang kafe.Kafe ini bernama Son’s Caffe, dirintis Aldy sejak satu tahun yang lalu. Bangunannya masih sewa dan berada di kompleks ruko yang mana sekitarannya merupakan toko elektronik, komputer, toserba. Letaknya yang cukup strategis ini membuat kafenya sangat mudah ditemukan oleh pemuda yang sedang mncari tempat untuk nongkrong bersama teman-teman mereka.Kalau untuk butik, lokasinya agak jauh karena memang terlebih dahulu dibuka dan mamah lah yang memilihkan lokasinya. Terletak di tengah-tengah kota dan bertetangga dengan took besar disana membuat butik milik Aldy dan mamah itu tampak mewah dan sangat berkelas.Kafe ini di desain modern tapi a
“Kak Icha enggak cemburu liat kak Aldy duduk sebelahan sama kak Dinda?” tanya Feby agak shock ketika kakak iparnya menceritakan tentang pertemuannya dengan Aldy dan Dinda tidak sengaja di restoran tempo hari.“Ya enggak lah, cemburu kenapa juga?” jawab Icha santai sambil memakan kue manis, “Lagian kan mereka lagi kerja, jadi ya enggak ada yang perlu dikhawatirkan, ‘kan?” tambahnya lagi.Feby meminum jus alpukat kesukaannya, “Tapi kan kak Aldy masih belum bisa move on dari kak Dinda, kakak enggak khawatir gitu kalau kak Aldy bakal tambah susah move on karena mereka sering bertemu?”Icha diam dan hanya sedikit nyengir, dia bingung mau jawab apa pertanyaan adik iparnya ini karena dia memang sama sekali tidak merasa cemburu melihat kedekatan Aldy dengan Dinda.“Atau jangan-jangan, kak Icha belum ada perasaan ke kak Aldy?” tanya Feby yang membuat Icha langsung memandanginya kaget, “S
Sementara itu di rumah, Aldy sedang sibuk bergelut dengan perabotan dapur juga tepung, dia membuat brownies dan kue kering yang cukup banyak. Dia sengaja ijin pulang lebih dulu dari kantor dengan alasan kurang enak badan. Memang dia sempat lemas tetapi itu karena dia tidak sarapan. Dia membuat brownies bukan tanpa alasan, tetapi karena hari ini adalah tanggal ulang tahunnya.Hal yang selalu dia lakukan setiap tahun sebagai hadiah untuk dirinya sendiri. Setiap tahunnya selalu ada hal baru, kejadian baru yang dia alami dan itu semua berhasil membuatnya belajar untuk semakin dewasa dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya.Sebagai rasa syukur dan terimakasihnya pada diri sendiri yang telah menjadi kuat, dia membuat semacam perayaan kecil dengan membuat kue pada tanggal ulang tahunnya.Dia memang memiliki keahlian dalam membuat berbagai kue dan kemampuannya itu tidak dapat diragukan lagi karena dia mendapat ajaran dari mamah yang sangat menyukai membuat ber
Icha sedang berbelanja di supermarket sendirian ketika dia bertemu dengan Dinda dengan tidak sengaja, dia sebenarnya sangat tidak ingin melihat wajah perempuan itu tapi dia bersikap biasa dengan sedikit menyunggingkan senyum. Dinda meminta waktu Icha sebentar untuk mengobrol dan mereka pergi ke sebuah tempat makan. Icha belum pernah mendengar kisah antara Aldy dan Dinda dari sudut pandang Dinda sebelumnya, jadi dia pikir tidak akan masalah kalau dia mendengarkan cerita Dinda.Dinda menceritakan sejak awal pertemuan dirinya dengan Aldy ketika awal masuk SMA lalu akhirnya menjalin hubungan ketika mulai menjadi mahasiswa dan bertahan sampai ketika mereka bekerja. Dinda adalah kakak kelas Aldy yang berarti dia seumuran dengan Icha. Dinda juga bercerita kalau dirinya dan Aldy bukan pasangan yang harmonis karena mereka sering bertengkar tapi mereka tetap bertahan sampai akhirnya Dinda menyerah karena harus LDR dan belum ada kepastian dari Aldy, dia memilih untuk bersama Riko yang m
“kalau menurutku di sekitar sini perlu penginapan atau Villa, Cha. Disini udaranya masih sangat asli dan juga asri, ada banyak oerkebunan sayur dan buah yang akan menjadi wisata edukasi untuk pengunjung. Para petani juga dapat mengembangkan perkebunannya dan dirapikan supaya semakin menarik, nggak masalah nereka meminta tarif kepada oengunjung dengan keadaan yang tetap terjaga sepertinya pengunjung nggak akan nolak. Malah kita bisa bantu ekonomi para petani dan warga sini kan” kata Aldy sambil memetik buah strawberry di kebun milik papa.“aku juga ada kepikiran gitu sih, tapi aku beluk sempat menemui pak kepala desa. Aku mau minta oendapat dari beliau sebagai penanggungjawab desa ini” sahut Icha yang berada agak jauh dari Aldy.“oiya Cha, aku penasaran apa yang kamu bahas sama anak rambut abu-abu pas di sawah” Aldy mendekati Icha.“nggak penting kok, cuma bahas tentang kuliah dia sedikit”“kalian deket
Sementara Icha dan mama, mereka menyiapkan makan siang di pondok sawah. Mereka memilih pondok yang berbeda dengan biasanya, karena ditempat yang biasa ada Gege yang sibuk dengan tugas akhirnya sehingga pondok oenuh dengan barang-barang miliknya.Sebenarnya Gege bisa merapikannya dan mereka memakai pondok itu, tapi mereka memilih untuk tidak mengganggunya dan memakai pondok yang lain. Mama menyuruh Icha untuk mengantarkan sepiring penuh bakwan kepada Gege untuk teman mengerjakan tugas, Icha juga membawakan segelas air kelapa muda untuknya.Dengan tanpa banyak basa basi Icha hanya menyerahkan bakwan dan air kelapa kepada Gege lalu dia balik, tapi Gege manahannya dengan memanggilnya lumayan keras dan membuatnya menghentikan langkah.“Ka Icha sengaja menghindar dari aku ya?” tanya Gege yang berdiri sekitar dua meter dibelakang Icha.“Enggak, kenapa aku harus menghindaribkamu?” ujar Icha tanpa membalikan badan.“Ya karena k
Aldy tidak dapat tidur dengan nyenyak karena dia merasakan lelah dan wajah yang nyeri, dia hanya berubah-ubah posisi sambil terus mencoba memejamkan mata. Dia menatap Icha yang terlelap di sampingnya. Samar, ia tersenyum. Disibakkannya rambut istrinya dari dahinya, nampak wajah cantik yang terlelap.Masih belum dapat terlelap, dia tetap memaksakan kedua matanya untuk terpejam.Akhirnya dia bangun dan menuju dapur ketika dia mendengar ada suara langkah kaki di luar. Ternyata itu mama yang pergi ke dapur untuk mengambilkan papa segelas air putih, hari masih gelap dan belum waktunya untuk bangun tapi Aldy merasa akan baik-baik saja dengan tidak tidur.“Ma, ada punya stok bahan buat bikin kue?” tanya Aldy.“Coba kamu cek di dalam lemari yang tengah, mama lupa juga. Kamu mau bikin kue jam segini?” tanya mama heran.Aldy hanya mengangguk dan tersenyum, dia telah menemukan bahan-bahan untuk membuat kue yang lengkap. Pandangan matan
Sekitar pukul 9 malam Aldy telah tiba dirumah Icha yang di desa, maps sangat tidak membantunya kali ini karena dia lumayan nyasar dan harus tiba sampai malam. Bersamaan dengannya datang, ada seorang pria muda yang baru keluar dari halaman rumah Icha dengan menaiki motor matic. Wajahnya tidak terlalu jelas dan Aldy pun tidak begitu peduli dengan itu, yang dia pedulikan sekarang adalah ternyata dia sama sekali tidak membawa hadiah untuk Icha.“Kenapa bisa lupa gini sih.” Aldy memukul setir mobilnya, dia kesal dengan dirinya sendiri.Mama membukakan pintu untuk Aldy, dan segera mempersilahkan menantunya itu untuk masuk. Mama juga langsung memanggil Icha untuk membawakan kotak P3K ke depan. Icha yang masih rebahan bangun dengan sangat malas, dia berjalan menuju dapur tanpa menoleh ke sofa depan lalu mengambil kotak P3K dan kembali ke ruang tamu. Langkahnya terhenti ketika dia melihat Aldy sedang duduk bersama dengan mama. Dia memandangi Aldy sampai hampir tidak
Sementara itu di kota, Aldy sudah bertemu dengan Dinda untuk membahas masalah ini. Dia sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi teman dekat Dinda, tidak lagi menjadi tempat curhat, moodbooster, ataupun penyelamat Dinda. Karena dia mulai menyadari kalau Icha lah perempuan yang dia inginkan.Dia berfikir kalau hubungannya dengan Dinda hanya lah nostalgia yang membuat mereka kembali merasa nyaman dan bahagia ketika bersama, tetapi ketika Aldy mulai berfikir jernih dan memasuki nostalgia dari kisah yang sedih, ditinggal ketika masih ingin berjuang, dan diragukan cintanya, membuat Aldy mehela napas panjang daan dia mengerti kalau dia dan Dinda tidak pernah membahas tentang ‘masalah’ dalam hubungan mereka dulu, mereka hanya membahas tentang kebahagiaan sehingga secara tidak langsung itu membangun ulang memori lama yang membuat mereka bisa bersama.Aldy bilang kalau dia memang masih belum sepenuhnya bisa melepaskan Dinda bersama dengan pria lain karena dia masih
Icha mengambil hapenya yang belum dia ubah dari mode pesawat sejak dia pergi dari rumahnya. Dia masih belum ingin untuk mendapatkan pemberitahuan ataupun pesan dari siapapun, dia hanya ingin menenangkan pikiran dan kekacauan di dalam dirinya.Keseharian Icha ketika di desa sangat penuh dengan kegiatan yang bermanfaat, dia pagi mengurus bunga di taman kecil di depan rumah lalu membantu mama di dapur untuk menyiapkan sarapan lalu dia mandi dan pergi ke kebun sayuran untuk membantu ataupun hanya sekedar mengunjungi para petani yang sedang bekerja. Ketika hari sudah menjadi semakin siang biasanya dia memetik beberapa buah untuk dibuat rujak yang dia makan bersama dengan mama atau petani lainnya.Dia juga sering membantu Gege untuk mengerjakan tugas akhirnya di pondok di tepi sawah milik papa. Sawah milik keluarga Gege memang hanya bersebelahan, tetapi Gege lebih memilih untuk di pondok milik keluarga Icha karena lebih luas dan dia bilang sinyal internet lebih kenceng
Di desa, tidak seperti yang dibayangkan Icha sebelumnya bahwa dia akan membantu warga untuk menyiapkan acara panen, dia malah hanya menghabiskan harinya untuk rebahan dan berteman dengan tempat tidurnya. Dia hanya keluar kamar ketika dia merasa ingin ke kamar mandi, dia bahkan belum ada makan sejak dia datang tadi. Mama sudah memanggilnya untuk makan siang tetapi dia masih sangat malas untuk bergerak menjauhi tempat tidurnya, mama juga mengajaknya untuk pergi ke balai desa tapi dia juga menolak karena badannya tertahan di tempat tidur. Sesekali dia duduk di dekat jendela untuk memperhatikan warga yang lewat dengan membawa hasil panen mereka menuju balai desa.Udara di desa sangat sejuk dan menenangkan pikiran dan hatinya, dia tersenyum dan menyapa beberapa warga yang dia kenal dari jendela dan kembali merebahkan tubuhnya untuk tidur.Mama membangunkan Icha karena hari sudah semakin senja hampir malam, acara pesta panen akan dimulai sekitar satu jam lagi. Acara ini bias
Icha sedang menyiapkan tas untuk baju yang akan dia bawa ke desa, dia akan pergi ke acara pesta panen kali ini. Dia belum bilang samma Aldy, melihat jadwal pekerjaan Aldy dia ragu untuk mengajak suaminya itu pergi. Dia ingin lama di desa tapi ketika dia melihat ke kalender dia mulai ragu dengan niatnya itu, karena ternyata minggu depan adalah ulang tahunnya dan dia sudah pernah ada rencana untuk pergi bersama Aldy ketika hari ulang tahunnya.Icha ingat, ketika dia membersihkan halaman rumah tadi dia iseng melihat kedalam mobil Aldy dan dia melihat sebuah tas karton besar berisi kotak yang besar juga didalamnya. Aldy bukan tipe orang yang suka membeli sesuatu dengan kotak, dan kotak itupun tampak dibungkus rapi seperti sebuah hadiah. Icha mulai berfikir kalau itu adalah kado yang disiapkan Aldy untuk dirinya, tapi itu terlalu cepat dan kenapa tidak dia simpan dikamar dan malah ditinggal di mobil. Icha hanya menaikan Alisnya ketika memikirkan hal itu, mungkin Aldy akan memberin