Aldy sedang duduk di sebuah kursi sambil menyandarkan kepalanya pada dinding. Dia meminum secangkir kopi panas dengan perlahan. Tatapan matanya sangat sayu tetapi kepalanya terus memikirkan banyak hal.
Melihat sikap temannya yang tak biasa, Adhan segera menghampirinya untuk memastikan keadaan teman baiknya itu. Benar saja, tubuh pria berponi itu hangat bahkan nampak tidak bertenaga sama sekali.
“Wah pengantin baru sepertinya sedang sakit. Kamu pulang saja, Dy. Daripada nanti kamu pingsan disini kan malah repot, mana kami enggak berani merawat suami orang,” cletuk pria berhidung mancung seraya menggoda temannya.
Aldy hanya memandanginya tak minat masih terus sambil meminum kopinya.
“Tenang saja, kami bisa urus semua ini. Kamu istrahat saja dulu, nanti kami laporkan hasil keputusan dan persiapan lainnya setelah semuanya beres.” Adhan menepuk pelan bahu Aldy.
Aldy yang merasakan pusing dan badan agak meriang hanya mengangguk pelan, dia merasa sangat lemas dan hanya ingin bersandar. Adhan segera meminta tolong kepada rekannya yang lain untuk mengantar Aldy pulang dengan menjadi supirnya, lalu akan dijemput oleh rekannya yang lain karena Aldy datang ke kafe dengan menaiki mobilnya.
“Hati-hati, Bro. Pengantin baru nih jangan sampai kenapa-kenapa!” ujar Adhan pada Frasa yang akan berperan sebagai supir untuk Aldy.
Aldy hanya berdecak sambil memukul pelan perut temannya itu. Ekspresi Adhan yang cengengesan kembali menjadi datar setelah bergabung dengan anggota komunitas yang lain.
Sepanjang perjalanan pulang, Aldy hanya diam dan menyandarkan kepalanya dengan memejamkan mata mencoba menetralkan pikiran dan tubuhnya. Sayup sayup dia mendengar suara deru mobil di jalanan yang membuatnya semakin tak nyaman. Beberapa kali dia mengernyitkan dahi tak suka, tetapi hal itu tidak dapat mengubah suasana.
Frasa berhenti dan memarkirkan mobil saat telah sampai di halaman rumah Aldy. Dia segera menepuk pelan rekannya itu untuk memberitahunya kalau mereka telah sampai.
Aldy turun dari mobil dan segera masuk ke rumah dengan gontai. Tidak lupa dia berterimakasih kepada rekannya.
“Sudah selesai? Biasanya sampai tengah malem gitu?” ujar Icha sambil ngemil di depan TV ketika Aldy telah masuk kedalam rumah.
Suaminya itu tidak merespon, dia hanya fokus berjalan menuju kamarnya dengan sedikit sempoyongan.
Icha yang memperhatikan langkahnya, segera saja menghampiri dan membantunya untuk berjalan, “Badan kamu panas banget, ya ampun. Mau di sofa aja atau langsung kekamar?”
“Aku mau tidur,” jawab Aldy dengan lemas.
Icha membantu Aldy berjalan menuju kamar miliknya, bukan kamar Aldy karena kamarnya ada di lantai dua jadi akan sedikit susah dan kasian juga Aldy nya sudah sangat lemas.
Langsung saja Icha membantu Aldy untuk merebahkan tubuh, lalu dia pergi ke dapur untuk mengambilkan air dingin untuk mengompres Aldy dan segelas susu hangat untuk memberinya sedikit tenaga.
“Kamu tadi kehujanan kan? Makanya kalau disruh mandi pakai air hangat itu nurut, ngeyel sih. Kan kalau sakit gini aku repot, mana sinetron kesukaan lagi tayang lagi,” Icha menggerutu sambil mengompres Aldy yang berebah diatas tempat tidur.
“Diem bawel, aku pusing!” sahut Aldy tanpa membuka matanya.
“Ini minum dulu susunya, biar enakan,” kata-kata Icha sama sekali tidak dihiraukan oleh Aldy.
Pria itu masih memejamkan matanya seraya mengatur napasnya yang tersengal karena dia merasakan dingin dan panas dalam waktu bersamaan.
Icha duduk di lantai sambil terus mengompres Aldy. Saat Aldy nampak lelap dan tenang, dia keluar kamar untuk mengambil minum dan mematikan TV yang tadi kelupaan belum dimatikan. Icha memandangi wajah Aldy, ini kali keduanya ia memandangi Aldy yang tertidur dari dekat. Padahal orangnya ceria gitu, tapi kok kaya sendu banget ya kalau pas tidur? Pikir Icha.
Panas tubuhnya tak kunjung berkurang, pria itu bahkan belum sepenuhnya terlelap dia hanya tidak ingin bergerak karena itu akan menambah tidak nyaman keadaannya. Selain terus mengompresnya, Icha sambil sedikit memijat bagian kepala dan lengan Aldy. Itu adalah hal yang selalu dilakukan oleh mama ketika dia sakit dan sulit tidur.
Icha akhirnya tertidur di dekat Aldy dengan posisi yang masih duduk di lantai, hanya kepala dan tangannya yang di atas tempat tidur, posisi yang membuat semua tubuhnya terasa sakit ketika bangun di pagi harinya. Tangan kanannya masih dalam keadaan menggenggam lengan Aldy sementara tangan kirinya menggenggam kain kompres. Benar, dia benar-benar tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.
Cahaya matahari sudah mulai tinggi dan menyilaukan siapapun yang tidur dengan menghadap ke jendela. Perlahan Aldy membuka matanya karena merasa hangat dan silau. Masih dengan kepala yang agak pening, dia memandangi sekitar dan dia merasa asing dengan kamarnya. Dia juga bingung karena di dahinya masih ada kain kompres. Segera dia mengubah posisi menjadi duduk, kepalanya masih sedikit pusing dan badannya masih sangat lemas. Di meja, di sampingnya, ada semangkuk bubur dan sup yang masih panas dan juga segelas susu yang sudah dingin. Aldy sedikit memijat kepalanya dan menyandarkan tubuhnya pada tempat tidur.
“Eh sudah bangun, makan tuh bubur sama sup nya untuk sarapan. Enak kalau dimakan pas masih pagi gini. Sama ada vitamin di kotak putih diminum juga biar kembali fit badannya. Kamu enggak usah kerja hari ini, nanti siang aku pulang pas jam istrahat buat masakin kamu. Aku berangkat dulu, kalau ada perlu atau apapun telpon saja,” ujar Icha yang berbicara tanpa henti sambil bersiap-bersiap untuk berangkat kerja, mulai dari merapikan rambut dan memakai make up semuanya dilakukan sambil berbicara kepada Aldy yang baru saja bangun.
Aldy mehela napas, dia baru sadar kalau ternyata dia tertidur di kamar Icha. Tadi malam, dia tidur disampingku? Pikirannya menambah sakit dikepalanya.
Bergeming, pria berponi itu memandangi meja yang tadi dimaksud oleh istrinya. Bubur, sup, susu dan obat. Bahkan tidak ada satupun yang menarik minatnya. Dia hanya ingin terus istirahat hingga tubuhnya benar-benar kembali pulih.
Aldy mengingat kejadian tadi malam, saat dia pulang dari kafe dan lemas karena demam tinggi. Dia juga ingat kalau Icha merawatnya seraya mengomel tadi malam, hal itu membuatnya berdecak.
“Dia sangat berisik!” ujarnya kesal.
Dipandanginya halaman dari jendela kamar yang telah dibuka lebar oleh Icha, menampakkan suasana pagi yang cerah dan hangat sangat berbeda dengan hari kemarin yang redup dan tampak tidak bahagia.
Telah sekitar lima belas menit Icha pergi kerja, mereka bahkan tidak ada interaksi apapun pagi ini. Hanya si perempuan bawel yang terus berbicara tanpa membiarkannya merespon, Aldy bahkan merasa sesak napas karena perempuan itu berbicara cepat tanpa ada jeda.
Diubahnya posisi dan diraihnya mangkuk sup yang berada di meja di samping tempat tidur itu. Agak malas, dia mulai mencicipi kuahnya yang masih hangat dan nyaman di perutnya. Benar saja dia merasa sangat sakit, dia tidak ada memakan apapun sejak pulang dari kantor kemarin, dia juga langsung menikmati kopi panas ketika di kafe. Tidak hanya demam karena kehujanan, dia sangat yakin kalau lambungnya pun sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
***
Sesampainya di kantor, Icha langsung ditemui oleh sekretarisnya yang eembawa berita tidak sedap. Nita bilang posisi Icha sebagai Manager Digital Marketing akan digusur oleh pria bernama Tono yang merupakan keponakan pak direktur. Ah benar-benar bukan asupan yang bagus di pagi hari.“Dia siapa?” tanya Icha yang meminta informasi lebih lengkap dari Nita.“Dia lulusan dari Australia mba, katanya sih dia lulusan terbaik nah terus dia pulang ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan milik keluarganya. Ternyata ayahnya yaitu adik dari yang punya perusahaan kita ini, yang berarti dia juga adalah keponakan dari pak Direktur. Gitu.” Nita menunjukan biodata lengkap tanpa foto milik Tono yang dia dapatkan dari temannya di bagian Human Resource.“Kalau menurut kabar sih, dia mau menggantikan posisi emba tapi saya kurang yakin juga sih, kan dia fresh graduate ya mba, mana bisa langsung jadi Manager,” tambahnya lagi.Icha mehela napas
“Tadi buburnya dimakan sampai habis? Obatnya diminum juga kan?” tanya Icha bawel kapada Aldy yang rebahan di sofa sambil main ponsel dengan TV yang menyala acara otomotif.“Sudah,” jawab Aldy singkat tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel nya.Icha langsung menuju dapur dan dia tidak ada menemukan piring kotor, dia hanya mengangkat kedua alis lalu langsung memasak. Karena waktu istirahat tidak lama, dia hanya masak ayam kecap dengan bumbu rempah resep khas dari mama.Icha menyentuh dahi Aldy dengan mendadak sehingga Aldy terkejut dan menepis tangan Icha dengan agak keras, “Apaan sih, ganggu!” Aldy kesal.“Sudah nggak terlalu panas sih, harusnya hari ini sudah sembuh. Minumi vitamin sama obatnya, lalu banyak-banyak istirahat aja hari ini,” kata Icha tanpa menghiraukan Aldy yang kesal, “Aku masak ayam kecap, sudah aku taruh diatas meja. Kamu makan sendiri bisa, kan?”Icha menuju
Tidak hanya di rumah, Icha juga bersikap aneh saat berada di kantor. Fokusnya sedikit terganggu dengan sesuatu yang ada di kepalanya. Bukan hal penting, tetapi kemunculan sang mantan berhasil membuatnya tidak nyaman. Icha menjadi lebih pendiam dan tampak kosong pikirannya.Hasil rapat sebelumnya masih dibaca ulang olehnya, dia meminta bantuan Nita agar dapat menemui pak Direktur yang sedang padat jadwalnya.“Huhh!” Icha menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja. Dihempaskannya lembaran catatan hasil rapat bersama tim tadi, semua hasil evaluasinya sangat aman dan baik-baik saja.Semakin dia memikirkan pak Direktur, semakin pening kepalanya. Jika hendak diganti dengan Manager yang baru, setidaknya dia tahu apa kesalahan yang telah diperbuat hingga pihak direksi enggan memposisikannya lagi.Cukup lama menunggu sambil menerjakan pekerjaanya yang lain, Nita masuk ke ruangan atasannya dan memberitahu kalau pak Direktur benar-benar sedang tidak dapat di
“Kami dulu pacaran tiga tahun lebih, kami selalu bersama dan dia selalu bersikap manis. Saat tahun terakhir kami pacaran, dia mulai menampakkan sikap asli dia yang sangat bringasan, aku nggak suka. Dia memang protektiv, tetapi dia menjadi semakin over protektiv dan selalu melarang apapun kegiatanku, dia menuntut aku untuk selalu patuh sama dia. Dia mau aku selalu melakukan semua yang dia mau dan dia minta, semua yang aku lakukan itu salah dan hanya dia yang benar. Semua yang aku omongkan itu salah, dan selalu dia yang benar. Yang paling aku enggak habis pikir, ternyata dia mau pacaran sama aku itu karena dia cuma mau badan aku.”Aldy berekspresi tidak suka ketika mendengar cerita Icha di bagian akhir itu.“Dulu aku memang punya banyak temen-temen cewe yang porsi tubuhnya beragam dan kalau menurut temen-temenku sih, aku memang yang paling proporsional tapi aku enggak merasa gitu sebenernya karena berat badanku bahkan diluar dari angka yang kuharapkan.
Icha terdiam, dia mematung sejenak ketika pak Budi, direkturnya memberitahukannya bahwa terhitung sejak hari ini posisi Manager Digital Marketing dialihkan kepada Tono dan dia beralih menjadi staff pendamping manager. Bukan itu saja, ternyata Tono yang dimaksud oleh pak Direktur adalah Riza yang memang memiliki nama lengkap Hefni Reza Hartono.Icha mengutuk dirinya sendiri karena dia bahkan tidak mengenali biodata lengkap di CV yang kemarin telah diberikan oleh sekretarisnya, Nita. Belum ada kejelasan mengenai alasan perubahan struktur organisasi pada bagian Digital Marketing ini, semua tim pun hanya bisa diam dan saling pandang.Pada meeting tadi pagi Icha tidak banyak berbicara karena dia mengalami shock berat. Dia telah bertemu dan berbicara dengan Direktur kemarin, tetapi dia tidak mendapat jawaban apapun tentang isu perubahan strutur, tetapi hari ini mendadak semuanya telah berubah.“Pak, mohon maaf apabila saya lancang. Tetapi kalau ada kekurangan da
Sesampainya di rumah, Icha dikejutkan dengan kedatangan papah dan mamah sesuai dengan informasi dari Aldy tadi.“Loh aku kira papah sama mama nggak jadi mampir, enggak ada telpon Icha sih.” Icha segera menghampiri kedua mertuanya yang duduk di kursi di teras rumahnya setelah turun dari mobil.“Kami juga baru nyampe lima menitan, Cha. Sudah dibilangi kok sama Aldy kalau kamu lembur,” kata mamah sambil menepuk ringan bahu Icha.Icha bersalaman dengan keduanya.“Ibu Manager sibuk banget ya sekarang?” kata papah sedikit menggoda, Icha hanya tersenyum.Dia langsung mempersilahkan kedua mertuanya untuk masuk ke dalam rumah dan menyuguhkan minuman hangat dengan beberapa cemilan.“Jadi, papah sama mamah dari mana jam segini?” Tanya Icha yang langsung duduk di dekat keduanya.“Biasalah mamahmu cari inspirasi untuk merancang pakaian terbaru. Sekaligus jalan-jalan gitu, sudah cu
Berbanding terbalik dengan kisah Icha di kantor, Aldy bahkan baru saja mendapatkan apresiasi dari Direktur karena tim nya bersama dengan tim IT telah meluncurkan aplikasi penjualan online dengan lima level pengguna yaitu admin, penjual, pelanggan yang terbagi menjadi Master dealer, Reseller dan end user atau yang sering disebut pembeli.Aplikasi ini mereka kembangkan lebih dari satu tahun lamanya karena memang data yang kompleks dan fungsi yang memang di desain tanpa cacat. Dengan adanya apliaksi ini diharapkan penjualan perangkat kamera pengaman atau CCTV yang perusahaan mereka produksi mengalami pelonjakan karena mudah diakses oleh konsumen kapanpun dan dimanapun serta aplikasi menampilkan stok yang selalu realtime sehingga mereka dapat mengetahui apakah stok cukup atau tidak untuk kebutuhan mereka.Tanpa diketahui oleh siapapun, Aldy sebenarnya juga sedang mengembangkan apliaksi untuk butik dan kafe nya tetapi masih dalam proses. Dia memang menerapkan ilmunya dari p
Sesampainya di kafe, Aldy langsung mmperkenalkan Icha kepada seluruh karyawannya yang berjumlah lima orang. Sebenarnya total ada sepuluh orang, tetapi lima yang lain masuk shift pagi.Icha menyukai suasananya, dia memutuskan untuk berkeliling kafe sendirian, menjelajahi setiap sudut dan mengenali semua hal tentang kafe.Kafe ini bernama Son’s Caffe, dirintis Aldy sejak satu tahun yang lalu. Bangunannya masih sewa dan berada di kompleks ruko yang mana sekitarannya merupakan toko elektronik, komputer, toserba. Letaknya yang cukup strategis ini membuat kafenya sangat mudah ditemukan oleh pemuda yang sedang mncari tempat untuk nongkrong bersama teman-teman mereka.Kalau untuk butik, lokasinya agak jauh karena memang terlebih dahulu dibuka dan mamah lah yang memilihkan lokasinya. Terletak di tengah-tengah kota dan bertetangga dengan took besar disana membuat butik milik Aldy dan mamah itu tampak mewah dan sangat berkelas.Kafe ini di desain modern tapi a
Icha sedang berbelanja di supermarket sendirian ketika dia bertemu dengan Dinda dengan tidak sengaja, dia sebenarnya sangat tidak ingin melihat wajah perempuan itu tapi dia bersikap biasa dengan sedikit menyunggingkan senyum. Dinda meminta waktu Icha sebentar untuk mengobrol dan mereka pergi ke sebuah tempat makan. Icha belum pernah mendengar kisah antara Aldy dan Dinda dari sudut pandang Dinda sebelumnya, jadi dia pikir tidak akan masalah kalau dia mendengarkan cerita Dinda.Dinda menceritakan sejak awal pertemuan dirinya dengan Aldy ketika awal masuk SMA lalu akhirnya menjalin hubungan ketika mulai menjadi mahasiswa dan bertahan sampai ketika mereka bekerja. Dinda adalah kakak kelas Aldy yang berarti dia seumuran dengan Icha. Dinda juga bercerita kalau dirinya dan Aldy bukan pasangan yang harmonis karena mereka sering bertengkar tapi mereka tetap bertahan sampai akhirnya Dinda menyerah karena harus LDR dan belum ada kepastian dari Aldy, dia memilih untuk bersama Riko yang m
“kalau menurutku di sekitar sini perlu penginapan atau Villa, Cha. Disini udaranya masih sangat asli dan juga asri, ada banyak oerkebunan sayur dan buah yang akan menjadi wisata edukasi untuk pengunjung. Para petani juga dapat mengembangkan perkebunannya dan dirapikan supaya semakin menarik, nggak masalah nereka meminta tarif kepada oengunjung dengan keadaan yang tetap terjaga sepertinya pengunjung nggak akan nolak. Malah kita bisa bantu ekonomi para petani dan warga sini kan” kata Aldy sambil memetik buah strawberry di kebun milik papa.“aku juga ada kepikiran gitu sih, tapi aku beluk sempat menemui pak kepala desa. Aku mau minta oendapat dari beliau sebagai penanggungjawab desa ini” sahut Icha yang berada agak jauh dari Aldy.“oiya Cha, aku penasaran apa yang kamu bahas sama anak rambut abu-abu pas di sawah” Aldy mendekati Icha.“nggak penting kok, cuma bahas tentang kuliah dia sedikit”“kalian deket
Sementara Icha dan mama, mereka menyiapkan makan siang di pondok sawah. Mereka memilih pondok yang berbeda dengan biasanya, karena ditempat yang biasa ada Gege yang sibuk dengan tugas akhirnya sehingga pondok oenuh dengan barang-barang miliknya.Sebenarnya Gege bisa merapikannya dan mereka memakai pondok itu, tapi mereka memilih untuk tidak mengganggunya dan memakai pondok yang lain. Mama menyuruh Icha untuk mengantarkan sepiring penuh bakwan kepada Gege untuk teman mengerjakan tugas, Icha juga membawakan segelas air kelapa muda untuknya.Dengan tanpa banyak basa basi Icha hanya menyerahkan bakwan dan air kelapa kepada Gege lalu dia balik, tapi Gege manahannya dengan memanggilnya lumayan keras dan membuatnya menghentikan langkah.“Ka Icha sengaja menghindar dari aku ya?” tanya Gege yang berdiri sekitar dua meter dibelakang Icha.“Enggak, kenapa aku harus menghindaribkamu?” ujar Icha tanpa membalikan badan.“Ya karena k
Aldy tidak dapat tidur dengan nyenyak karena dia merasakan lelah dan wajah yang nyeri, dia hanya berubah-ubah posisi sambil terus mencoba memejamkan mata. Dia menatap Icha yang terlelap di sampingnya. Samar, ia tersenyum. Disibakkannya rambut istrinya dari dahinya, nampak wajah cantik yang terlelap.Masih belum dapat terlelap, dia tetap memaksakan kedua matanya untuk terpejam.Akhirnya dia bangun dan menuju dapur ketika dia mendengar ada suara langkah kaki di luar. Ternyata itu mama yang pergi ke dapur untuk mengambilkan papa segelas air putih, hari masih gelap dan belum waktunya untuk bangun tapi Aldy merasa akan baik-baik saja dengan tidak tidur.“Ma, ada punya stok bahan buat bikin kue?” tanya Aldy.“Coba kamu cek di dalam lemari yang tengah, mama lupa juga. Kamu mau bikin kue jam segini?” tanya mama heran.Aldy hanya mengangguk dan tersenyum, dia telah menemukan bahan-bahan untuk membuat kue yang lengkap. Pandangan matan
Sekitar pukul 9 malam Aldy telah tiba dirumah Icha yang di desa, maps sangat tidak membantunya kali ini karena dia lumayan nyasar dan harus tiba sampai malam. Bersamaan dengannya datang, ada seorang pria muda yang baru keluar dari halaman rumah Icha dengan menaiki motor matic. Wajahnya tidak terlalu jelas dan Aldy pun tidak begitu peduli dengan itu, yang dia pedulikan sekarang adalah ternyata dia sama sekali tidak membawa hadiah untuk Icha.“Kenapa bisa lupa gini sih.” Aldy memukul setir mobilnya, dia kesal dengan dirinya sendiri.Mama membukakan pintu untuk Aldy, dan segera mempersilahkan menantunya itu untuk masuk. Mama juga langsung memanggil Icha untuk membawakan kotak P3K ke depan. Icha yang masih rebahan bangun dengan sangat malas, dia berjalan menuju dapur tanpa menoleh ke sofa depan lalu mengambil kotak P3K dan kembali ke ruang tamu. Langkahnya terhenti ketika dia melihat Aldy sedang duduk bersama dengan mama. Dia memandangi Aldy sampai hampir tidak
Sementara itu di kota, Aldy sudah bertemu dengan Dinda untuk membahas masalah ini. Dia sudah memutuskan untuk tidak lagi menjadi teman dekat Dinda, tidak lagi menjadi tempat curhat, moodbooster, ataupun penyelamat Dinda. Karena dia mulai menyadari kalau Icha lah perempuan yang dia inginkan.Dia berfikir kalau hubungannya dengan Dinda hanya lah nostalgia yang membuat mereka kembali merasa nyaman dan bahagia ketika bersama, tetapi ketika Aldy mulai berfikir jernih dan memasuki nostalgia dari kisah yang sedih, ditinggal ketika masih ingin berjuang, dan diragukan cintanya, membuat Aldy mehela napas panjang daan dia mengerti kalau dia dan Dinda tidak pernah membahas tentang ‘masalah’ dalam hubungan mereka dulu, mereka hanya membahas tentang kebahagiaan sehingga secara tidak langsung itu membangun ulang memori lama yang membuat mereka bisa bersama.Aldy bilang kalau dia memang masih belum sepenuhnya bisa melepaskan Dinda bersama dengan pria lain karena dia masih
Icha mengambil hapenya yang belum dia ubah dari mode pesawat sejak dia pergi dari rumahnya. Dia masih belum ingin untuk mendapatkan pemberitahuan ataupun pesan dari siapapun, dia hanya ingin menenangkan pikiran dan kekacauan di dalam dirinya.Keseharian Icha ketika di desa sangat penuh dengan kegiatan yang bermanfaat, dia pagi mengurus bunga di taman kecil di depan rumah lalu membantu mama di dapur untuk menyiapkan sarapan lalu dia mandi dan pergi ke kebun sayuran untuk membantu ataupun hanya sekedar mengunjungi para petani yang sedang bekerja. Ketika hari sudah menjadi semakin siang biasanya dia memetik beberapa buah untuk dibuat rujak yang dia makan bersama dengan mama atau petani lainnya.Dia juga sering membantu Gege untuk mengerjakan tugas akhirnya di pondok di tepi sawah milik papa. Sawah milik keluarga Gege memang hanya bersebelahan, tetapi Gege lebih memilih untuk di pondok milik keluarga Icha karena lebih luas dan dia bilang sinyal internet lebih kenceng
Di desa, tidak seperti yang dibayangkan Icha sebelumnya bahwa dia akan membantu warga untuk menyiapkan acara panen, dia malah hanya menghabiskan harinya untuk rebahan dan berteman dengan tempat tidurnya. Dia hanya keluar kamar ketika dia merasa ingin ke kamar mandi, dia bahkan belum ada makan sejak dia datang tadi. Mama sudah memanggilnya untuk makan siang tetapi dia masih sangat malas untuk bergerak menjauhi tempat tidurnya, mama juga mengajaknya untuk pergi ke balai desa tapi dia juga menolak karena badannya tertahan di tempat tidur. Sesekali dia duduk di dekat jendela untuk memperhatikan warga yang lewat dengan membawa hasil panen mereka menuju balai desa.Udara di desa sangat sejuk dan menenangkan pikiran dan hatinya, dia tersenyum dan menyapa beberapa warga yang dia kenal dari jendela dan kembali merebahkan tubuhnya untuk tidur.Mama membangunkan Icha karena hari sudah semakin senja hampir malam, acara pesta panen akan dimulai sekitar satu jam lagi. Acara ini bias
Icha sedang menyiapkan tas untuk baju yang akan dia bawa ke desa, dia akan pergi ke acara pesta panen kali ini. Dia belum bilang samma Aldy, melihat jadwal pekerjaan Aldy dia ragu untuk mengajak suaminya itu pergi. Dia ingin lama di desa tapi ketika dia melihat ke kalender dia mulai ragu dengan niatnya itu, karena ternyata minggu depan adalah ulang tahunnya dan dia sudah pernah ada rencana untuk pergi bersama Aldy ketika hari ulang tahunnya.Icha ingat, ketika dia membersihkan halaman rumah tadi dia iseng melihat kedalam mobil Aldy dan dia melihat sebuah tas karton besar berisi kotak yang besar juga didalamnya. Aldy bukan tipe orang yang suka membeli sesuatu dengan kotak, dan kotak itupun tampak dibungkus rapi seperti sebuah hadiah. Icha mulai berfikir kalau itu adalah kado yang disiapkan Aldy untuk dirinya, tapi itu terlalu cepat dan kenapa tidak dia simpan dikamar dan malah ditinggal di mobil. Icha hanya menaikan Alisnya ketika memikirkan hal itu, mungkin Aldy akan memberin