Gema melajukan mobilnya ke tempat yang dia tuju untuk berbicara dengan Bree. Apa yang sudah dialami Bree sewaktu dia ke mall bersama maminya. Disepanjang perjalanan Bree hanya memandang ke arah luar melalui kaca jendela mobil. Gema nampak serius dalam melajukan mobilnya. Sekali-sekali Gema melirik ke arah Bree.
"Bree, kamu serius mau membicarakan hal tersebut Bree? Kalau kamu merasa tidak nyaman tidak usah saja Bree. Tidak masalah kok." kata Gema meyakinkan Bree.
"Nggak kak. Aku nggak keberatan." kata Bree meyakinkan Gema.
"Jadi kenapa kamu diam Bree?"
"Aku diam, karena nggak tau aku mau cerita apa kak. Lagian muka kamu muka serius banget."
"Hahahahaha." Gema tertawa mendengar alasan Bree.
"Bree. Buatlah kamu senyaman mungkin. Nanti saat kita sampai, kamu harus sudah nyaman. Oke." kata Gema kembali serius menatap jalanan yang sedang dilaluinya.
Tak terasa perjalanan selama satu jam itu telah mereka lewati. Mereka berdua turun dari mobil. Berjalan sepuluh menit menyusuri jalanan, terpampanglah pemandangan yang sangat sedap dipandang mata. Di sana terbentang danau yang luas, terdapat bunga di kiri kanannya. Danau tersebut sangatlah indah. Suasana danau yang tentram membuat siapa saja yang datang akan nyaman berada di sana. Bree yang baru melihat tempat seindah itu langsung menjadi kagum dan terpana melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Gema yang memperhatikan Bree yang terpana langsung tersenyum bahagia. Gema merasa tidak sia-sia sudah jauh-jauh membawa Bree kesini.
"Bree, kamu nggak suka ya dengan pemandangannya?" kata Gema dengan memasang raut wajah kecewa.
"Kak Gema, ini sangat luar biasa sangat indah. Indah sekali Kak. Aku luar biasa suka." kata Bree sambil membentangkan tangannya dan menghirup udara bersih itu sedalam-dalamnya. Bree memenuhi rongga dada dan paru-parunya dengan udara bersih itu.
"Ayok Bree kita duduk disana." Kata Gema sambil mengajak Bree duduk disebuah bangku taman dekat danau itu.
Jadi Bree. Kamu mau cerita sekarang atau tunggu sebentar lagi." kata Gema.
"Bentar lagi ya kak. Aku ingin menikmati udaranya dulu." kata Bree sambil menatap danau.
Gema sabar menunggu Bree untuk siap bercerita. Gema tidak mau mendesak Bree. Gema takut Bree menjadi tidak nyaman. Setelah sepuluh menit berlalu akhirnya Bree memutuskan mau menceritakan kejadian di mall itu kepada Gema.
"Kak. Aku mau cerita. Tapi ada syaratnya." kata Bree.
"Apa syaratnya Bree?" kata Gema.
"Syaratnya, kakak nggak boleh menyela apapun yang akan aku katakan." kata Bree.
"Siap bos. Tapi jangan pake kakak lagi Bree. Keliatan kalau aku tua. Hahahahaha." kata Gema tertawa terbahak-bahak.
"Ye."
"Ceritanya aku mulai dari Kamu ngantar Aku pulang ya." kata Bree sambil mengingat semua yang dialaminya saat itu.
"Waktu kamu siap ngantar aku pulang, Aku langsung masuk ke rumah menemui mami. Mami yang sudah menunggu aku langsung mengajak aku pergi ke mall untuk menemani mami belanja."
"Saat kami mau keluar dari gerbang ada mobil hitam yang berdiri tidak jauh dari gerbang rumah. Saat itu aku dan Mami tidak ada kecurigaan kepada mobil hitam itu, kami hanya mengira itu adalah mobil tamu tetangga yang memang sengaja parkir di depan rumahnya." kata Bree melanjutkan ceritanya. Kemudian Bree menarik napas kembali. Gema masih setia mendengarkan apa yang diceritakan Bree.
" Kemudian aku tetap melajukan mobil ke arah mall, tanpa memerhatikan apakah ada yang mengikuti atau tidak, karena kami tidak ada pikiran ada orang yang sengaja mengikuti kami."
"Sampai di mall, aku dan mami langsung menuju tempat biasa mami membeli baju. Sampai di situ, karena lelah berkeliling, aku haus. Langsung pamit ke mami untuk pergi beli minum." Bree terdiam kembali, keringat yang keluar sudah sebesar biji jagung. Gema tanpa sadar memegang tangan Bree dengan erat, Gema memberi semngat kepada Bree untuk melanjutkan ceritanya. Setelah hatinya tenang Bree melanjutkan ceritanya.
"Sesaat sebelum sampai di tempat beli minum, tiba-tiba datang seorang laki-laki menabrak aku. Dia hanya mengatakan, lebih baik kamu pergi dari sini atau nyawa mami kamu jadi taruhannya." Bree berkata tanpa sadar meneteskan air matanya. Kemudian Gema menghapus air mata Bree yang jatuh itu.
"Saat mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu, aku langsung berlari menuju mami. Aku tidak.mau terjadi sesuatu kepada mami. Termyata mami juga mengalami hal yang sama, seorang pria datang kepada mami mengatakan mami harus pergi dari mall kalau tidak nyawaku jadi taruhannya. Saat aku sampai di tempat mami nunggu tadi, langsung saja tanganku di tarik mami menuju tempat mobil kami terparkir." Bree berusaha tegar menceritakan kepada Gema.
"Sampai dimobil mami bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku jawab aku baik, kemudian aku bertanya kepada mami, apakah mami baik-bakk saja. Jawaban mami baik. Kemudian aku menceritakan kejadian yang menimpaku kepada mami, mami terkejut kenapa bisa sama kejadian yang menimpa kami." kata Bree sambil menerawang.
"Apakah Papi sudah tau dengan kejadian yang menimpa kamu dan mami?" kata Gema.
"Aku tidak tau. Karena saat itu, kata mami, mamilah yang akan menceritakan kepada papi yang kami alami dimall itu." kata Bree.
Gema terlihat berpikir. Apa yang harus dilakukannya. Dia tidak mungkin mengatakan kepada Bree tentang asal usul keluarganya. Masalah ini cukup pelik. Gema sepertinya harus minta tolong kepada poppy.
"Apakah sekarang kamu masih diikuti oleh orang itu?" kata Gema penasaran.
"Aku tidak tau Gem. Kayaknya mereka datang secara tiba-tiba." kata Bree.
"Baiklah Bree. Sepertinya masalah yang kamu dan keluarga kamu hadapi cukup pelik Bree. Aku akan membantumu." kata Gema sambil memegang tangan Bree. Bree yang melihat tangannya digenggam oleh Gema memberikan senyum tulusnya kepada Gema.
"Aku tidak mau merepotkan kamu."
"Aku takut Gem. Aku sangat Takut."
"Aku tidak mau menyusahkan kamu dan keluargamu, karena ini adalah masalah keluargaku. Aku takut nanti kamu dan keluargamu akan diganggu oleh mereka." kata Bree sambil meneteskan airmatanya.
"Aku sangat takut Gem. Rasanya aku mau kembali kenegaraku berasal. Rasanya aku tidak sanggup berada di negara ini." kata Bree sesegukan.
"Kamu jangan takut Bree, ada aku disebelahmu sekarang." kata Gema meyakinkan Bree.
"Tapi Gem. Nanti" kata Bree.
"Bree. Kamu tidak tau seberapa kuat keluarga wijaya. Mereka akan lari sewaktu mendengar nama keluarga Wijaya." kata Gema memotong perkataan Bree dan kembali meyakinkan Bree.
"Satu lagi Bree. Kamu sekarang adalah bagian terpenting dalam hidupku. Walaupun kamu belum menjadi kekasihku Bree." kata Gema sambil menghapus air mata Bree.
Bree mengangguk mendengar apa yang dikatakan oleh Gema. Bagi Bree status tidaklah suatu hal yang penting. Bagi Bree sekarang adalah dia merasa nyaman berada di sisi Gema. Apapun itu statusnya. Begitu juga dengan Gema, Gema tidak mau tergesa gesa mengatakan apa isi hatinya kepada Bree. Gema sekarang harus meyakinkan dirinya dahulu tentang bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Biarlah waktu yang berbicara kemana hubungan ini akan mereka bawa.
Hari sudah beranjak malam. Gema kemudian membawa Bree untuk kembali pulang. Bree yang sudah merasa lega, karena sudah menumpahkan semua sesak didadanya kepada orang yang tepat memberikan senyum terindahnya kepada Gema. Mereka berdua memasuki mobil dan Gema melajukan mobilnya ke arah ibu kota lagi untuk kembali ke rumah masing-masing.
Gema yang baru saja sampai dirumahnya langsung menuju kamar. Gema menghubungi ketiga sahabatnya untuk datang kerumah utama. Setelah menghubungi ketiga sahabatnya. Gema membersihkan tubuhnya dahulu. Setelah membersihkan dirinya, Gema menuju ruang kerja pribadinya yang terletak dilantai tiga rumah besar itu. Tak lama kemudian datanglah Galang dan Guntur terlebih dahulu tanpa Biru." Pria sok tampan mana? Tumben nggak bareng loe"? Gema bertanya kepada Galang kenapa Biru tidak bersama mereka."Biasa Gem. Dia mau ngembalikin mobil kamu kameran. Tapi nanti pulangnya dia akan bawa mobil loe yang lain lagi. Kayak nggak tau dia aja loe." kata Galang sambil tersenyum mengejek."Hahahahaha. Tu anak memang ngak ada berubah juga." kata Gema sambil meraih gagang telpon untuk menelpon pelayan bagian dapur rumahnya."Bik, tolong buatkan minuman empat dan bawa cemilan ke ruangan kerja saya ya." kata Gema."Baik Tuan Muda" kata pelayanan itu.Tak lama menunggu pela
Biru melajukan mobilnya dengan sangat tergesa - gesa. Gema yang melihat langsung mengambil mobil sport nya yang terparkir di parkiran. Gema mengejar mobil Biru yang terlalu ngebut. Saat mengejar Biru, Gema ingat mobil yang dipakai Biru sudah teroasang GPS. Gema mengaktifkan fitur GPS nya. Jadi saat Biru dalam bahaya dia hanya tinggal memencet tombol pemberitahuan kepada semua pengawalnya. Mereka akan langsung mengetahui posisi mobil dalam bahaya dimana. Gema kemudian melambatkan laju mobilnya. Dia tidak mau mati muda gara-gara mengikuti kegilaan Biru. Gema terus memantau GPS mobil yang dibawa Biru. Gema terlihat tersenyum, Biru ternyata membawa mobil menuju rumahnya. Tapi yang semakin membuat Gema kembali menginjak gas adalah, kalau Biru melajukan mobil dengan kesetanan sampai ke rumahnya pasti ada apa-apa dengan kedua orang tua Biru. Gema yang menganalisa keadaan itu kembali menginjak gas mobilnya lebih dalam." Ayah, Ibu" Biru berteriak sambil langsung masuk kedalam rumah ta
BreeBree pagi itu bangun lebih cepat dari biasanya. Pagi ini kuliah yang dihadapinya adalah salah satu mata kuliah favoritnya. Jadi Bree merasa harus duduk di depan sebelum teman selokalnya datang. Bree sangat menyukai mata kuliah yang satu ini yaitu mata kuliah anatomi. Kebiasaan baik Bree, yaitu minum segelas air putih saat bangun. Hal ini sukses membuat Bree menjadi sehat.Bree kemudiam langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah mandi yang tidak selama hari biasanya, Bree langsung menuju ruang dressing room nya. Bree langsung saja menyambar rok coklat dan sebuah kemeja putih. Bree langsung memakainya dan merias wajahnya dengan riasan natural.Bree yang selesai persiapan menuju kampus, langsung turun ke lantai bawah sambil teriak nyaring. "Pagi Papi Mami" Bree mencium tangan kedua orang tua."Pagi sayang. Bree mau sarapan apa?" Kata Mami sambil mengambil piring untuk Bree."Bree sarapan di kampus aja ma. Hari ini Bree ada kuliah a
Ketiga mobil mewah itu meninggalkan pekarangan kampus. Ketiganya menuju rumah Vira. Dalam perjalanan Bree dan Gema tidak begitu banyak melakukan percakapan, itu disebabkan karena Bree tidak mau mengganggu konsentrasi Gema saat melajukan mobilnya, apalagi mobil yang dibawa Gema saat ini mobil sport keluaran terbaru. Gema yang melihat Bree menatap kejendela hanya tersenyum."Bree""Iya Gem, kenapa?""Kenapa kamu diam aja Bree. Ngomong apapun kek Bree. Jangan hanya diam aja" kata Gema sambil menatap ke arah Bree."Gema, kamu jangan natap aku saat bawa mobil. Nanti kecelakaan Gem." Bree mengingatkan Gema kembali."Oke, aku akan menatap ke jalanan tapi kamu wajib menjawab apapun yang aku tanyakan.""Oke sip. Aku janji aku akan menjawab pertanyaan dari mu."Gema terdiam sesaat. Dia harus menanyakan hal ini kepada Bree sekarang. Supaya Gema tau apa tindakan yang harus diambilnya setelah ini."Siapa orang yang datang ke rumah mu kemaren Bree?"
Ketiga iring-iringan mobil mewah itu masuk ke gerbang utama rumah keluarga Ardana dan Brawijaya tinggal. Gema turun dari mobilnya diikuti oleh ketiga sahabatnya. Mereka berempat langsung masuk ke dalam ruang kerja Gema."Gem, apa yang terjadi dengan Bree dan keluarganya Gem?" Galang mendesak Gema untuk cerita. Gema dalam hati meminta maaf kepada Galang karena akan membohonginya."Kita yang sudah suuzon dengan tamu yang datang ke rumah Bree. Tamu itu kiranya adalah rekan bisnis ayah Bree." Gema menjelaskan kepada ketiga sahabatnya. Tetapi Gema sempat memberi kode kepada Guntur dan Biru."Kalau memang nggak ada yang membahayakan keluarga Bree, gue jadi nyaman kembali. Kalau gitu gue pamit dulu Gem. Loe bareng gue nggak Gun?" Galang berdiri dari posisi duduknya."Nggak Lang. Loe duluan aja. Rencana malam ini gue mau numpang tidur di rumah Biru aja. Kasian Biru bawa mobil sendirian." Guntur memberikan alasan yang masuk akal agar Galang tidak curiga kepada mereka.
Pagi hari Gema sudah terlihat gagah dengan stelan kantornya, hari ini Gema memakai jas warna hitam, didalamnya kemeja warna putih dilengkapi dengan celana dasar warna hitam. Penampilan Gema semakin terlihat wah dengan jam rolex mewah yang dipakainya serta sepatu pantofel keluaran rumah mode Gucci melengkapi penampilan sempurna Gema hari ini. Gema berprinsip pertemuan pertama harus berkesan berkelas dan berwibawa. Sesuai dengan permintaannya kepada Poppy hari ini Gema sudah harus masuk kantor. Dia harus membagi waktunya antara kuliah dan kerja. Tapi demi Bree, Gema akan berusaha dengan maksimal.Gema yang terakhir turun dari kamarnya. Dia sudah ditunggu oleh kedua orang tuanya dan kedua sahabatnya. Hari itu mereka bertiga tidak ada jadwal kuliah. Gema dan Biru akan langsung menuju kantor yang sekarang akan dipimpin oleh Gema walaupun Gema akan menjadi wakil direktur yang direktur tetap Poppy. Sedangkan Guntur akan menuju kantor Ayahnya, dia akan membicarakan perihal mengambil a
Pagi harinya Gema terbangun karena pekikan alarm yang dia stel pukul lima subuh. Gema berniat mau gym dulu sebelum membersihkan badannya. Gema sudah lama tidak gym, sekarang waktunya pas. Bisa sekitar setengah jam. Gema kemudian berjalan keruangan gym yang ada dirumah besar itu. Peralatan gym di rumah Gema sudah lengkap, jadi Gema bisa memilih sesuka hatinya. Hari ini Gema hanya mau menggunakan treadmill saja. Selesai gym Gema langsung membersihkan badannya dan memakai sebuah celana levis warna hitam dan baju kaus dengan merk yang sama berwarna putih. Gema sangat terlihat tampan dengan baju andalannya itu. Gema kemudian menuju meja makan, di sana sudah tersedia mienas (mie nasi goreng) kesukaan Gema. Gema makan dengan lahap dan cepat, meja makan terasa sangat sepi saat kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Gema berharap kedua orang tuanya cepat kembali pulang ke rumah. Setelah sarapan Gema kemudian ke garasi untuk mengambil mobil sport nya yang berwarna merah.Gema baru sekal
Galang yang malam itu bersikeras akan melancarkan rencananya di tolak mentah-mentah oleh Papi dan Kakeknya. Mereka tidak mau malam ini menjalankan rencana yang sudah disusun.Galang sempat marah dengan keluarganya. Tapi apa mau dikata dia harus mengikuti kehendak orang tuanya. Galang mencoba menahan hatinya. Setelah bernegosiasi dengan kedua orang tuanya itu mereka sepakat untuk menjalankan rencananya esok hari.Rencana yang disusun Galang dan kedua orang tuanya sudah tersusun rapi. Mereka tidak mau ada kesalahan sedikitpun yang bisa membuat mereka dipenjara. Kesalahan sedikit saja bisa membuat perusahaan mereka hancur dalam hitungan jam."Pi kita harus bergerak hari ini pi. Kebetulan Gema sudah tidak ikut ambil bagian dalam menjaga Bree lagi." kata Galang meyakinkan papi."Kamu yakin Lang? Gema tidak lagi mengikuti Bree?"Yakin pi. Kemaren sehabis kita bertemu di restoran, Gema datang, aku duduk dengan Gema. Kemudian bertanya kepada Gema. Apa dia