Dila tersenyum sendu menatap ke arah Diki dan ia menoleh ke arah Novi.
"Kalian duduk dulu, pasti kalian capek dan butuh istirahat mari kita duduk di sana," ucap Dila menuntun Diki dan Novi agar berjalan menuju ke arah sofa ruang ICU VIP.Diki dan Novi berjalan mengikuti langkah kaki Dila, mereka memilih duduk di sofa yang berhadapan dengan Dila. Diki mendudukkan diri di atas kursi sofa dan ia menoleh ke arah Novi yang terdiam menatap ke arah Dila.
"Ma, tolong ceritakan yang sebenarnya apa yang terjadi. Aku tidak tahu tentang hal ini dan kenapa kalian tidak memberitahukan informasi ini kepadaku," ucap Diki dengan tatapan kecewa.
Novi yang sedari tadi berdiri di sebelah Diki, ia mengelus pundak Diki agar ia sedikit lebih tenang. Diki menoleh menuju wanita yang selama ini merawat dan menjaganya. Ia tersenyum sendu menatap ke arah Novi.
"Tenanglah, aku yakin mama Dila ingin memberitahukan ini tetapi membutuhkan waktu yang tepat." Novi menoleh ke arah Dil
Setelah kepulangan Criss dari rumah sakit, kini ia tengah duduk termenung di teras belakang rumah minimalis milik Novi.Criss menatap kosong ke arah depan dan ia sedang menikmati pikirannya yang hanya ia dan Tuhan yang tahu apa yang diinginkannya hanya Novi."Secepat itukah kamu melupakanku? Andai waktu bisa terulang, maka aku tidak akan pulang ke negara asalku." kata Criss dalam hati. Criss mengalihkan pandangannya menuju ke arah sebuah tanaman hias bunga tulip yang berhasil menghiasi pekarangan teras rumah belakang Novi. Criss teringat kenangan itu dan seketika dirinya masuk ke dalam kenangan indah itu."Hah! Apa yang sedang terjadi?" ucap Criss menatap ke sekelilingnya. Ia melihat suasana yang begitu familiar dan ia ingat betul bahwa suasana dilihatnya sekarang ini terjadi 2 tahun yang lalu.Disana, ia melihat ada seorang wanita dan pria yang sedang asyik tertawa karena berhasil menanam tanaman hias dengan benar. Criss menghampiri mereka berdua yang po
Pagi hari ini terasa berbeda, tidak seperti biasanya di rumah kecil milik Nila yang tinggal bersama neneknya. Namun, kali ini Nenek Rosa jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Walaupun semasa hidupnya, Nenek Rosa tidak menyukai kedekatan Nila yang semakin hari semakin menempel seperti lem bersama Kenzo. Tetapi, nenek itu melihat ada cinta tulus yang diberikan oleh Kenzo.Maka, sebelum meninggal dunia. Kenzo ingat saat Nenek Rosa meminta Kenzo untuk mau menerima permintaan terakhirnya.*Flashback On*"Kenzo, kemarilah," ucap Nenek Rosa menyuruh Kenzo berjalan menuju ke arahnya yang sedang terbaring di ranjang tidur rumah sakit.Kenzo yang sedang membantu Nila untuk memberikan nenek sarapan pagi, ia mengalihkan pandangannya menuju ke arah Nenek Rosa yang terlihat pucat."Iya nek." jawab Kenzo seraya melepaskan sendok yang dipegangnya untuk mengisi bubur di piring. Kenzo membalikkan tubuhnya d
Kenzo menatap ke arah Nila dan Nila mengganggukkan kepalanya sebagai isyarat setuju. Kenzo menghela nafasnya sejenak dan ia mengalihkan pandangannya menuju ke arah pak penghulu. Kenzo menerima jabatan tangan dari Pak Penghulu dan ia mengikuti kata Pak penghulu. Nila yang tidak memiliki kedua orang tuanya, ia menerima tawaran dari Kenzo agar mencari kerabat terdekatnya sebagai wali mempelai wanita. Nila menyuruh adik laki-laki Ibunya yang hanya dirinya saja, keluarga satu-satunya setelah nenek yang dimilikinya. Anak neneknya hanya memiliki dua anak yang terdiri dari Ibunya dan Unchly Rangga. Sekarang, di ruang rawat rumah sakit Mawar milik pemerintah. Nila akan menjadi istri sah dari Kenzo Albert"Saya nikahkan Nila binti Muhammad Ang dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai," dalam satu tarikan nafas Kenzo langsung mengatakan ijab kabul itu."Bagaimana para saksi? Sah?" tanya Pak penghulu."Sah." jawab semua orang yang berada di dalam ruang rawat N
Unchly Rangga yang telah pamit pulang ke rumahnya. Di dalam ruang rawat Nenek Rosa bersisakan Kenzo dan Nila yang menjaga Nenek Rosa di rumah sakit.Nila yang duduk di kursi bersebelahan dengan pasien di atas ranjang tidur. Ia menatap wajah pucat Nenek Rosa yang sedang memejamkan kedua bola matanya."Nila!" panggil Kenzo dan Nila menoleh ke arah belakang yang ternyata Kenzo berjalan mendekatinya.Kenzo menghentikan langkah kakinya telat di sebelah kanan Nenek Rosa dan ia melihat Nila yang duduk di kursi bersebelahan ranjang kiri Nenek Rosa."Iya, sayang." jawab Nila.Kenzo menyerhitkan keningnya menatap ke arah Nila. "Tumben sekali panggil aku sayang," ucap Kenzo."Iya dong, itu sebagai tanda sayang dan cintaku untuk suamiku." gombal Nila yang terdengar garing."Hehehe... Begitu kah? Oke deh." sahut Kenzo.Jari tangan Nenek Rosa se
Nila menghentikan langkah kakinya, ia tampak berpikir sejenak dengan perkataan Kenzo."Rahasia apa lagi? Yang perlu aku ketahui darimu Kenzo?" kata Nila dalam hati.Nila memposisikan dirinya yang berdiri membelakangi Kenzo untuk menghadap langsung dengan Kenzo."Iya, katakan saja. Aku pasti akan mendengarnya." jawab Nila menatap intens ke arah Kenzo.Kenzo tampak ragu-ragu mengatakan hal itu. Niatnya, untuk berkata jujur jauh lebih baik daripada ia memendam rasa itu sendiri. "Apakah sudah waktunya, aku mengatakan sejujurnya?" kata Kenzo dalam hati."Sayang!" panggil Nila menunggu Kenzo untuk berbicara."Eh eummm... Iya, sebenarnya aku tidak mengalami kebangkrutan dan aku masih memegang perusahaanku dengan baik. Meskipun, bukan aku yang menjalaninya. Aku selalu menyuruh tangan kananku untuk memimpin kondisi perusahaanku agar berjalan dengan baik. Aku menyembunyikan kondisi kekayaanku aga
Kenzo menghentikan laju mobilnya tepat di area teras pintu utama mension. pintu mobil yang dikendarai oleh Kenzo dibukakan oleh seseorang. Kenzo melangkahkan kakinya keluar dari mobil dan disambut hangat oleh beberapa maid dan bodyguard di depannya. Nila yang tampak melongo di dalam mobil tanpa menghiraukan ucapan Kenzo yang telah telah berdiri di depan pintu mobil yang diduduki oleh Nila."Nila," ucap Kenzo memberikan telapak tangan kanannya untuk membantu Nila berjalan keluar dari mobil. Nila tersadar dari lamunannya, ia melihat Kenzo tersenyum ke arahnya dan ia mengalihkan pandangannya menuju ke arah telapak tangan Kenzo. Ia menerima tangan Kenzo dengan senang hati.Kenzo dan Nila berjalan beriringan, sesekali Nila mencuri pandang untuk menoleh ke arah Kenzo yang menatap lurus ke arah depan. Mereka disambut hangat dan sopan oleh beberapa maid dan bodyguard itu.Kenzo menggenggam tangan kanan Nila, Membuat pemilik tang
Pagi yang cerah dan udara sejuk yang menembus bangunan mension keluarga Richard membuat Diki tidur nyenyak. Jam telah menunjukkan pukul 08.00 wib pagi, Diki masih setia di alam mimpinya.Di dalam mimpinya, Diki berjalan dengan gagahnya. Ia tampak sangat tampan saat mengenakan pakaian casual berwarna hijau tosca dan celana panjang hitam. Ia tampak menikmati suasana taman yang dipenuhi oleh beberapa tanaman hias bunga yang bermekaran indah dan pepohonan yang rindang untuk bisa berteduh di tempat duduk taman indah itu.Diki terus berjalan dan ia melihat ada sebuah kupu-kupu indah yang bertebaran. Ia berjalan mendekati kupu-kupu itu, sepertinya kupu-kupu itu menyukai kehadiran Diki."Hahaha... Mama uucu cekali ucing itu," ucap suara anak laki-laki yang terdengar cader."Iya Mama, aku cukka dan aku mau pelihala ucing itu." sahut suara anak perempuan yang terdengar cader.Diki mendenga
Diki menaruh ponsel Novi di atas meja dan ia berpikir keras untuk melindungi Novi agar tetap bersamanya.Ceklek!Diki mengalihkan pandangannya menuju ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang. Kemudian, ia melihat Novi yang membawa nampan berisi susu hangat. Diki berusaha meredamkan amarahnya agar ia tidak melampiaskan kemarahannya pada Novi.Diki mengambil nafas dalam-dalam dan ia hembusan dengan pelan. Novi yang telah berdiri di depan Diki, ia tampak binggung saat menatap wajah Diki terlihat memerah."Tuan, kenapa?" ucap Novi sambil menaruh nampan berisi susu itu di atas meja dorong.Novi mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Diki. Tidak ada respon dari Diki dan ia menghela nafasnya dengan panjang."Sudahlah, tidak penting bagiku untuk menghawatirkan dirinya. Dia juga tidak pernah mencintaiku." kata Novi dalam hati."Ehem!" deheman Diki membuat Novi m
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah