Nila menghentikan langkah kakinya, ia tampak berpikir sejenak dengan perkataan Kenzo.
"Rahasia apa lagi? Yang perlu aku ketahui darimu Kenzo?" kata Nila dalam hati.
Nila memposisikan dirinya yang berdiri membelakangi Kenzo untuk menghadap langsung dengan Kenzo.
"Iya, katakan saja. Aku pasti akan mendengarnya." jawab Nila menatap intens ke arah Kenzo.
Kenzo tampak ragu-ragu mengatakan hal itu. Niatnya, untuk berkata jujur jauh lebih baik daripada ia memendam rasa itu sendiri. "Apakah sudah waktunya, aku mengatakan sejujurnya?" kata Kenzo dalam hati.
"Sayang!" panggil Nila menunggu Kenzo untuk berbicara.
"Eh eummm... Iya, sebenarnya aku tidak mengalami kebangkrutan dan aku masih memegang perusahaanku dengan baik. Meskipun, bukan aku yang menjalaninya. Aku selalu menyuruh tangan kananku untuk memimpin kondisi perusahaanku agar berjalan dengan baik. Aku menyembunyikan kondisi kekayaanku aga
Kenzo menghentikan laju mobilnya tepat di area teras pintu utama mension. pintu mobil yang dikendarai oleh Kenzo dibukakan oleh seseorang. Kenzo melangkahkan kakinya keluar dari mobil dan disambut hangat oleh beberapa maid dan bodyguard di depannya. Nila yang tampak melongo di dalam mobil tanpa menghiraukan ucapan Kenzo yang telah telah berdiri di depan pintu mobil yang diduduki oleh Nila."Nila," ucap Kenzo memberikan telapak tangan kanannya untuk membantu Nila berjalan keluar dari mobil. Nila tersadar dari lamunannya, ia melihat Kenzo tersenyum ke arahnya dan ia mengalihkan pandangannya menuju ke arah telapak tangan Kenzo. Ia menerima tangan Kenzo dengan senang hati.Kenzo dan Nila berjalan beriringan, sesekali Nila mencuri pandang untuk menoleh ke arah Kenzo yang menatap lurus ke arah depan. Mereka disambut hangat dan sopan oleh beberapa maid dan bodyguard itu.Kenzo menggenggam tangan kanan Nila, Membuat pemilik tang
Pagi yang cerah dan udara sejuk yang menembus bangunan mension keluarga Richard membuat Diki tidur nyenyak. Jam telah menunjukkan pukul 08.00 wib pagi, Diki masih setia di alam mimpinya.Di dalam mimpinya, Diki berjalan dengan gagahnya. Ia tampak sangat tampan saat mengenakan pakaian casual berwarna hijau tosca dan celana panjang hitam. Ia tampak menikmati suasana taman yang dipenuhi oleh beberapa tanaman hias bunga yang bermekaran indah dan pepohonan yang rindang untuk bisa berteduh di tempat duduk taman indah itu.Diki terus berjalan dan ia melihat ada sebuah kupu-kupu indah yang bertebaran. Ia berjalan mendekati kupu-kupu itu, sepertinya kupu-kupu itu menyukai kehadiran Diki."Hahaha... Mama uucu cekali ucing itu," ucap suara anak laki-laki yang terdengar cader."Iya Mama, aku cukka dan aku mau pelihala ucing itu." sahut suara anak perempuan yang terdengar cader.Diki mendenga
Diki menaruh ponsel Novi di atas meja dan ia berpikir keras untuk melindungi Novi agar tetap bersamanya.Ceklek!Diki mengalihkan pandangannya menuju ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang. Kemudian, ia melihat Novi yang membawa nampan berisi susu hangat. Diki berusaha meredamkan amarahnya agar ia tidak melampiaskan kemarahannya pada Novi.Diki mengambil nafas dalam-dalam dan ia hembusan dengan pelan. Novi yang telah berdiri di depan Diki, ia tampak binggung saat menatap wajah Diki terlihat memerah."Tuan, kenapa?" ucap Novi sambil menaruh nampan berisi susu itu di atas meja dorong.Novi mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Diki. Tidak ada respon dari Diki dan ia menghela nafasnya dengan panjang."Sudahlah, tidak penting bagiku untuk menghawatirkan dirinya. Dia juga tidak pernah mencintaiku." kata Novi dalam hati."Ehem!" deheman Diki membuat Novi m
Diki menaruh ponsel Novi di atas meja dan ia berpikir keras untuk melindungi Novi agar tetap bersamanya.Setelah Diki mengenakan pakaian casual yang warnanya senada dengan Novi, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah keluar pintu kamarnya. Ia berjalan menelusuri setiap ruangan dari mensionnya. Diki memilih menuruni anak tangga daripada berjalan masuk ke dalam ruang lift. Baginya, kesehatan itu lebih penting daripada apapun. Ia selalu memilih anak tangga demi kesehatan tubuhnya. Saat langkah kaki terakhirnya menuruni anak tangga. Ia melihat dari kejauhan, Novi sedang duduk di sofa ruang keluarga. Ia tersenyum puas saat melihat Novi tampak lebih cantik mengenai pakaian muslim yang sengaja ia beli banyak untuk Novi."Nanti, setelah sah menikah dan kamu menjadi istriku. Aku tidak akan membiarkanmu untuk mengumbar auratmu dan dinikmati oleh pria hidung belang." kata Diki dalam hati.Diki mengatur detak jantungnya yang hampir melompat-lompa
Diki menaruh ponsel Novi di atas meja dan ia berpikir keras untuk melindungi Novi agar tetap bersamanya. Novi yang dituduh seperti itu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya."Aku tidak bermaksud seperti itu, aku melakukan tadi untuk mengajak kamu agar mau bermain air denganku. Tetapi, kamu tidak dapat menyeimbangkan tubuhmu saat aku tarik dan terjadilah hal-hal yang tak diinginkan." sahut Novi dan Diki menelisik kejujuran yang ada pada di kedua bola mata Novi dan ia tidak menemukan kebohongan.Diki memalingkan pandangannya dari Novi menuju ke arah depan, ia menghela nafasnya sejenak untuk mengontrol emosinya yang hampir meledak. Entah kenapa, semenjak hadirnya Novi di kehidupannya ia tampak menjadi orang emosional.Novi menatap sendu ke arah Diki, ia menarik ujung bajunya untuk menghilangkan rasa bersalahnya."Maafkan aku." gumam Novi pelan dan Diki menoleh sekilas ke arah Novi."Kali ini aku maafkan kamu, tet
Novi dan Pemilik toko minimalis itu menoleh ke arah belakang secara bersamaan. Mereka melihat Diki yang telah mengenakan pakaian casual berbahan kaos baru warna tosca dan Novi tampak terpesona dengan ketampanan Diki."Berapa Bu?" ucap Diki lagi."Semua pakaiannya telah Ibu masukkan ke dalam plastik berjumlah satu juta rupiah." sahut Wanita paruh baya dan Diki mengambil uang cash di kantong celana depannya. Ia sengaja membawa uang cash karena ia tahu itu sangat berguna. Diki menatap sekilas ke arah Novi yang berdiri di sebelahnya. Ia melihat baju Novi masih basah."Kenapa kamu masih disini? Cepat ganti pakaianmu? Aku tidak ingin melihat kamu sakit dan aku tunggu lima menit. Jika melewati batas waktu itu maka kamu pulang sendiri," ucap Diki menatap intens ke arah Novi dan Novi langsung mengambil satu set baju yang warnanya senada dengan Diki untuk mengganti pakaiannya. Ia berjalan pecat menuju ruang ganti dan Diki mengalihkan pandangann
Satu minggu kemudian, Diki yang sedang membaca semua berkas laporan kerjasama dengan para kliennya. Ia mendapat panggilan masuk dari ponselnya. mengangkat panggilan masuk itu dan ternyata Nick yang menelponnya. Nick memberikan kabar baik kepada Diki bahwa dua hari lain ia akan melangsungkan pesta pernikahannya bersama Jesika. Diki tampak terkejut dengan keputusan Nick yang kembali pada Jesika. Tetapi, ia mengetahui betapa besarnya cinta Nick berikan kepada Jesika.Hari minggu ini melangsungkan acara pernikahan Nick bersama Jesika. Diki telah memberitahukan Novi agar mau menemaninya datang ke pesta pernikahan temannya. Novi mengangguk setuju dan Diki bersama Novi yang telah berdiri di atas pelaminan mewah, mereka menghentikan langkah kakinya sejenak agar tidak menganggu mereka. Pelaminan itu mewah dan sangat elegan bagi Novi, Novi tampak senang menatap ke arah sekelilingnya."Sayang, mari kita ke sana," Novi menarik lengan Diki agar berjalan
Mama Dila langsung berjalan ke arah Diki dan ia langsung melayangkan pukulan yang bertubi-tubi kepada Diki. "Mama, hentikan jangan sakiti Diki," ucap Novi yang berusaha membujuk Dila yang melanjutkan pukulannya kepada Diki."Kami melakukannya atas unsur cinta." lanjut Novi dan Dila menghentikan aktivitasnya yang membuat Diki merasa aman dari amukan mama Dila."Benarkah?" tanya Dila menatap ke arah Novi dan Novi tersenyum manis."Iya Ma." jawab Novi."Alhamdulillah, kalau kalian saling mencintai dan aku setuju kalian menikah secepatnya." sahut Dila."Jadi, tanggal berapa kalian akan melangsung acara pernikahan?" tanya Dedi menatap ke arah Diki dan Novi."Satu minggu lagi." jawab Diki dengan entengnya tanpa memikirkan bagaimana persiapan pesta pernikahan."Secepat itu kah," ucap Novi dengan menyerhitkan keningnya. 
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah