"Kenzo," ucap Criss dan ia langsung melayangkan pistol di hadapannya dan berhasil di tahan lagi oleh Kenzo. Terjadilah baku hantam, dengan lihaynya Kenzo mengalahkan Criss.
Criss menghindari pukulan dari Kenzo, ternyata dewa fortuna tidak berpihak padanya. Pistol Criss berhasil diambil alih oleh Kenzo dan Kenzo langsung mendorong tubuh Criss hingga terjatuh.
Dor! Dor! Dor!
Kenzo menembaki tubuh Criss, Criss menahan rasa sakit di tubuhnya.
"Terima kasih kepadamu, sekarang aku bisa pindah bisnis," ucap Kenzo berdiri membelakangi Kenzo yang terbaring lemah.
Criss berusaha bangun tetapi ia menahan rasa sakit di tubuhnya. "Kau bajingan!" sahut Criss.
"Ayolah, aku pengusaha. aku menawarkan produk yang baik kepada siapapun yang ingin membelinya. Harganya pun terjangkau dan sebagai contohnya. Inilah temuan terbaruku," jelas Kenzo di hadapan Criss dan memiringkan tubuhnya untuk menoleh ketiga orang yang berjalan dari arah belakangnya.
"Rizki Ayuna," ucap Criss menatap seorang wanita cantik dengan wajah berlumuran darah di mulutnya dan dengan tubuhnya di tarik oleh seorang pria berbadan tegap berdiri di sebelah kiri dan wanita muda yang berdiri di sebelah kanannya.
Riski Ayuna adalah seorang model terkenal yang menghilang beberapa bulan yang lalu bersama dengan anak laki-lakinya dan betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang dicarinya ternyata berdiri di hadapannya.
"Di saat-saat terakhir adalah hal yang paling indah, bukan?" tanya Kenzo melirik Criss yang berusaha berdiri dari tempatnya.
Pria berbadan tegap itu melepaskan rantai yang berada di tangannya dan Riski mulai berjalan mendekati ke arah Criss. Kenzo berjalan mendekati Riski dan Riski menghentikan langkah kakinya sejenak.
"Hal terbaik tentang senjataku adalah bahwa mereka tahu perbedaan antara teman dan musuh," ucap Kenzo melepaskan tangannya dari pundak Riski. Riski menatap tajam bak elang seperti ia melihat Criss adalah makanan lezat yang harus ia santap.
Kini, Riski melangkahkan kakinya menuju ke arah Criss. Criss berusaha mundur dari duduknya.
Rizki terus berjalan mendekati Criss dan diikuti segerombolan mayat hidup yang berjalan ke arah Criss.
Criss berusaha bangkit dari duduknya dan ia mendapati sebuah helikopter TNI AU mendekatinya. Helikopter itu memberikan penerangan untuk melihat keberadaan Criss dan bersiap untuk menembaki mayat hidup yang terus berjalan ke arah Criss.
Dor! Dor! Dor!
Dor! Dor! Dor!
Tembakan itu tepat mengenai sasaran dan terakhir, helikopter itu melemparkan bom dari arah mayat hidup itu.
Duarrr!
Criss berjalan mendekati Riski, Ia memegang kepala Riski dan mendapati Riski telah meninggal dunia.
"Tidakkkk!" teriak Criss diiringi api yang menyala besar dari belakangnya.
*Flashdisk On*
"Sayang, hari ini aku bahagia banget bersamamu, karena kita sudah sah menjadi suami-istri," ucap Sarah menatap wajah suaminya yang berpakaian jas putih.
"Iya sayang, aku juga bahagia dan aku sangat bersyukur telah mendapatkan wanita yang indah seperti dirimu," balas Kenzo menatap penuh cinta di hadapan Sarah yang mengenakan gaun pengantin yang warnanya senada dengan warna bajunya.
"Selamat ya pasangan baru yang telah menikah," teriak teman-temanya.
Prok! Prok! Prok!
"Iya, terima kasih. Terima kasih," ucap Kenzo tersenyum. Kenzo memiringkan tubuhnya untuk menatap wajah cantik istrinya yang berdiri di sebelah kanannya.
Kenzo menatap wajah Sarah tanpa berkedip, ia memberikan telapak tangan kirinya dan diterima oleh tangan kanan Sarah yang disana terlihat dua cincin pernikahan yang melingkar indah di jarinya. Telapak tangan Kenzo satunya juga ia pegang telapak tangan istrinya.
Kenzo melihat ke arah langit biru, di sana terlihat sebuah pesawat yang terbang ke arahnya dan diikuti sebuah pesawat yang berisi bom atom yang siap mendarat ke arahnya. Kenzo menatap cemas mendapati itu dan ternyata benar dugaannya.
Duarrr!
Terlihat ledakan api besar yang siap melahap acara pesta pernikahannya.
Disana, terlihat sebuah bangunan yang mewah berganti reruntuhan yang di kelilingi oleh api kecil.
Kenzo berusaha bangun dari tempatnya dan ia melihat suasana di sekitarnya. Kenzo mengangkat tangan kirinya yang masih menggenggam sebuah sepotong tangan mulus dari wanita yang dicintainya.
"Tidakkk!" teriak Kenzo menangis sejadi-jadinya.
* Flashback Off *
Kejadian itu, masih menari-nari di dalam otaknya. Kenzo masih mengingat kejadian memilukan itu. Sakit itulah yang ia rasakan selama ini, hidup sendiri dan ditinggalkan oleh wanita yang baru saja menjadi istrinya.
Kenzo berdiri di tempat balkon apartemennya, ia melihat pemandangan sekitar kota yang dipenuhi oleh bangunan tinggi dan menjulang indah.
"Semua yang aku lakukan ini, hanya untuk dirimu, sayangku. Sarah, istriku selamanya." kata Kenzo menatap fokus pandangan di depannya.
***
Hari ini, Daniel dan Jesika mengecek di ruang laboratorium di rumah sakit yang letaknya di pusat kota.
Daniel dan Jesika sedang berbincang-bincang mengenai bagaimana cara memutuskan rantai penularan virus mematikan itu. Jesika mengecek sebuah sampel di dalam video yang didapatinya. Disana, terlihat sekumpulan Masyarakat dengan tatapan laparnya memangsa seorang wanita yang berjalan di jalan raya. Wanita itu terlihat panik dan berusaha lari untuk meminta bantuan tetapi ia tidak melihat seorang pun yang dapat menolongnya. Masyarakat yang masih seperti manusia normal, mereka berlindung di rumahnya masing-masing, untung saja di setiap rumah menggunakan terali besi pada pintu dan jendela rumah jadi lebih sulit mereka di terkam oleh mayat hidup yang berkeliaran dimana-mana. Masyarakat mengunci rapat-rapat pintunya dan mereka yang mempunyai pagar rumah pun mengunci rapat-rapat.
"Tolong! Siapapun kalian, tolong aku!" teriak seorang wanita cantik yang berusaha berlari dari kejaran sekumpulan masyarakat.
Namun sayang, saat ia berusaha mencari tempat persembunyian. Ia melihat satu mayat hidup sedang memakan sisa mayat manusia dan ia menoleh ke arah wanita cantik yang berdiri tidak jauh darinya.
Mayat hidup itu menoleh dan menatap tajam bak elang, wajahnya yang terlihat mengerikan dan dihiasi oleh tetesan darah yang menempel di mulutnya membuat siapa saja yang melihatnya merasa jijik.
Wanita itu melangkah mundur ke arah belakang, saat ia menoleh ternyata sekumpulan masyarakat berdiri di hadapannya dan langsung menyerangnya tanpa ampun.
Daniel bergidik ngeri melihat sebuah video di layar komputer Jesika.
"Sepertinya aku belum pernah melihat rekaman video ini," ucap Daniel menatap wajah Jesika yang berdiri di sebelahnya.
"Video ini belum diliris, Pemerintah sengaja tidak mempublikasikan video ini karena tidak ingin masyarakat semakin takut dengan virus mematikan tersebut." jawab Jesika panjang lebar.
Jesika membuat vaksin simulasi untuk menghentikan rantai penularan virus itu dan mencoba menekan virus buatan dan untuk mengetahui penyebab dasar terjadinya infeksi.
Damian, datang dari arah pintu ruangan untuk memanggil Daniel menemani Budi untuk membelikan keperluan peralatan obat-obatan. Daniel pergi dari ruangan itu dan Jesika asyik mengecek hasil penemuan baru dari beberapa sampel yang ditemukannya.
Damian berjalan menelusuri lorong rumah sakit. Disana, suasana terlihat sepi dikarenakan hanya dokter spesialis yang boleh memasuki ruangan itu. Saat Damian berjalan, ia melihat sebuah pembuka aliran kotoran ruangan. Ia menghentikan langkah kakinya dan menatap fokus ke arah itu. Tap! Tap! Tap! Seorang wanita cantik berambut pendek berjalan menuju Nick dan ia menarik kepala Damian hingga terjatuh. Sementara di sebuah ruangan Laboratorium, Jesika sedang menatap layar besar pada komputer. Komplit 100% Selesai. Jesika menoleh ke arah belakang, ia merasakan sesuatu yang aneh. Jesika berdiri dari duduknya dan menatap layar komputer yang berada di belakangnya. Protokol Vaksin Lengkap! Dua jarum unit penyuntikan siap digunakan Setelah membaca isi layar komputer, Jesika ter
Jesika berjalan menuju laptopnya dan membuka kembali petunjuk peta yang dibukanya tadi. "Apakah itu data dari laboratorium?" tanya Criss yang berdiri di sebelah Jesika. "Iya, sekarang kita tahu substansi uji vaksin. Kita harus segera mengirimkan ke laboratorium lain. Semakin cepat vaksin itu di produksi secara massal, semakin banyak hidup yang kita selamatkan." jelas Jesika panjang lebar di depan Criss. "Iya, mungkin begitulah," ucap Criss singkat seraya menundukkan diri di atas kasur Jesika. Jesika duduk di atas kursi yang berhadapan dengan Criss. Ia menyimpangkan kedua tangannya di dadanya. "Ada alasan, kenapa kamu datang kesini? Kau pasti sedang mencari seseorang," imbuh Jesika. "Iya, seorang pria bernama Kenzo Albert," balas Criss singkat. "Siapa dia?" tanya Jesika. "Dia mengambil alih semua perusahaan beserta toko yang berada di kota
Hari ini, Diki berniat menenangkan dirinya untuk pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kediamannya. Ia menaiki mobil kesayangannya, saat ia memarkirkan mobil di area parkiran, ia mendengar suara seorang wanita yang berteriak meminta tolong. "Ada apa lagi ini!" gumam Diki yang sudah mengerti dengan situasi di kota ini. Ia membuka bagasi mobil dengan menggunakan remote kunci mobil yang digenggamnya. Bip! Bip! Bagasi mobil terbuka secara otomatis, ia mulai mengambil beberapa peralatan senjata api pistol dan menaruhnya di samping celananya. Diki menutup bagasi itu dan ia melangkahkan kaki menuju sumber suara yang snagat familiar di dengarnya. "Tolong! Tolong aku!" teriak suara seorang wanita yang dikenalnya. Diki berlari dari tempat dan mendapati 4 bodyguard di serang oleh 10 mayat hidup yang ingin memangsanya, Diki menembaki 10 mayat hidup itu
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian. "Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat. "Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus. "Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel. "Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa. "Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss. "Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek. "Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang. "Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus. "H
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
"Tapi aku tetap menginginkannya! Dan ingin sekali bertemu dan meminta pada Beri. Tapi, Kak Beri melarangku untuk pergi kekampus selama tiga hari." keluh Mini. "Kau tenang saja! Masalah Beri biar aku yang menanganinya," ucap Novi. "Besok aku yang akan meminta maaf kepada kamu sekaligus berterima kasih kepada kamu." "Benarkah?" tanya Mini, yang dijawab anggukan kepala oleh Novi. "Terima kasih Novi, aku sangat beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu." tubuh mini memeluk Novi. "Aku juga beruntung memiliki sahabat sepertimu." balas Novi, dengan tersenyum. Sementara itu dari kejauhan, Pak Lang menatap pada Nona Mini dan Nona Novi yang sedang berbicara.Dengan tersenyum, Pak Lang langsung melaporkan kejadian yang dilihatnya kepada Nyonya Dila. Karena sudah menjadi tugas Pak Lang untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi dimansion utama tanpa ada yang disembunyikan. keesokan harinya, seperti yang sudah terlihat Novi kepada Mini. Saat ini Novi sudah
Akhirnya Mini dan Rangga pulang ke mension dan sepertinya dewa Fortuna tidak berpihak pada Rangga. Perlahan Mini membuka pintu kamar mandi, sambil menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu. Sebab, ia merasa malu dengan tubuhnya yang tidak mengenakan apa pun. "Kak, aku menstruasi."lirih Mini. "Menstruasi?"tanya Rangga sambil berfikir dan langsung menepuk keningnya saat sadar apa dari kata menstruasi. "Kenapa sekarang harus keluar? Apa tidak bisa dihentikan dulu?"keluh Rangga menatap kearah miliknya yang masih berdiri tegak karena belum tersalurkan sama sekali. "Dihentikan? Memangnya air yang bisa dihentikan!" Sungut Mini.*** Mension Keluarga Richard. Novi yang baru pulang dari kantor bersama Diki, langsung ditarik oleh Mini kehalaman belakang mansion. Mini sudah tidak sabar untuk menceritakan semua yang terjadi pada hari ini. Dari sejak kejadian dikampus, sa
keesokan harinya. Rencana yang sudah disusun rapi dari kemarin oleh Diki, Novi, Mini dan Beri langsung dijalankan oleh Beri dan juga Mini. Di area kampus, mereka selalu jalan berdua. Membuat semua mahasiswa yang lain ikut iri dengan wanita Beri yang bisa jalan bersama blasteran secantik Mini. Sedangkan Beri yang selalu bercita-cita memiliki seorang istri blesteran agar bisa mengubah keturunannya, merasa sangat bahagia dekat dengan Mini. Walaupun kedekatan mereka hanya karena sebuah misi, tapi Beri berusaha untuk menjadi teman dan sahabat yang baik untuk Mini. Sementara itu diperusahaan Dimitri. Rend. Rangga kembali mendapatkan informasi dan foto-foto Mini dengan seorang pria. "Ini kan pria yang kemarin?" gumam Rangga menatap foto Mini bersama Beri yang sedang duduk di kursi taman kampus. Rangga terdiam sewaktu-waktu dan langsung meletakan ponselnya. Ada perasaan marah dalam diri Rangga saat melihat Mini kembali dekat dengan pria yan
Kafe Buaya DaratSetelah sempat mengunjungi halaman parkir kampus. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe Buaya Darat yang berada di jalan JI. Senopati yang tidak jauh dari tempat kampus tersebut. Mereka berempati berbicara dengan sangat serius, terutama Novi yang sangat bersemangat untuk menjalankan misi yang ada di kepalanya. "Jadi, bagaimana Ber?" tanya Novi. "Kau mau membantu Mini?" pinta Novi dengan wajah yang penuh harap. Beri menatap kearah Novi dan Mini secara bergantian, lalu menghela nafasnya dengan berat. "Kenapa setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dimintai tolong!" gumam Beru dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal. "Tapi Nov, kalau pun Beri mau membantuku untuk membuat Kak Rangga cemburu. Bagaimana caranya?" tanya Mini. "Kita tidak boleh membawa orang luar kedalam mansion utama? Lalu, bagaimana bisa Kak Rangga melihatku dengan Beri?" tanya Mini dengan mengerutkan kening
Tiga hari kemudian. Novi yang diperbolehkan untuk ikut kekampus Mini, merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa terbebas dan tidak berada didekat Diki. Namun rasa bahagia itu lenyap seketika saat Novi memasuki mobil yang ternyata sudah ada Diki yang duduk di kursi penumpang dengan gaya coolnya. "Aku kira kau tidak ikut bersama kami!" gerutu Novi pada Diki, sambil menatap malas menjnu suaminya terlihat datar tanpa ekspresi apa pun. Sementara Mini sudah duduk didepan bersama dengan Leo yang menyetir mobil. "Mana mungkin aku membiarkan istri tercintaku pergi sendirian!" Dafa menatap kearah Novi dengan seringai licin diwajahnya."Kau itu tidak bisa membedakannya ya! Mana yang pergi sendiri? Mana yang pergi berdua? Aku kan pergi bersama Mini!" protes Mini dengan mengerucutkan keinginannya. "Sayang kau jangan protes! Atau kita akan pergi ke kantorku saja!" ancam Diki. "lya... Iya. Tapi kau tunggu di mobil! Jangan
"Ah iya, boleh aku minta susu hangat." pinta Novi. "Susu hangat?" tanya Pak Lang dengan tatapan heran karena setahu Pak Lang, Nona Novi tidak suka susu. "Pak Lang!" seru Novi. "Baik Nona." Pak Lang langsung berjalan kedapur. "Aman." Novi mengusap punggungnya,l dan bersiap kembali untuk menguping. "Apa mereka sudah tidur ya?" gumam Novi karena dari tadi tidak mendengar apapun dan dari arah belakang, Novi merasa bahunya di tepuk oleh seseorang. "Taruh saja di meja Pak," ujar Novi tanpa menengok kearah belakang. Namun bahunya kembali ditepuk dari belakang. Membuat Novi merasa sangat kesal. "Aku sudah bilang taruh saja di --" Novi langsung terdiam saat melihat orang itu yang menepuk bahunya adalah Diki. "Sayang." Novi langsung tertawa dengan kaku. "Sedang apa kau disini?" tanya Diki dengan dingin. "Aku... Aku sedang menguping." jawab Novi sambil berl
"Aku tidak peduli? Yang aku inginkan hanya satu anak darimu, tidak peduli kau mau atau pun tidak." Diki mulai mencium leher Novi dengan sangat lembut. "Diki!" pekik Novi dengan merasa geli. "Tapi, kau harus meminjam dulu, bahwa kau hanya meminta satu anak dariku." "Aku janji satu dulu, setelah lahir kita bikin yang ke dua." Diki membawa Novi dan menghempaskan di atas tempat tidur. "Itu bukan satu, kau curang!" protes Novi. "Kau kan yang bilang sendiri padaku, sepuluh anak pun kau sanggup untuk memberikannya padaku." "Tapi kan, aku bilang kalau umurku sudah--" perkataan Novi terhenti saat bibir Diki memagut ini. Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Diki dan Novi menikmati ciumannya. "Tuan ini aku." seru Leo dari luar pintu kamar. "Sayang ada Leo," Diki pun langsung bangkit dan menikmati pakaiannya yang acak-acakan. Menuju ke arah pintu. "Bagaimana?" tanya Diki.
"Ada banyak faktornya, apa istri tuan menggunakan kb? Entah itu suntik kb atau minum pil kb atau kb yang lainnya?" tanya Dokter Maya. Diki pun langsung memberikan tatapan tajam pada Novi. "Apa kau menggunakan kb?" tanya Diki. "Ak-aku..." Novi merasa binggung harus menjawab jujur atau bohong. "Kalau kau berbohong, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" ancam Diki mencengkram tangan Novi."Aku-aku pakai suntik Kb." jawab Novi dengan ketakutan dan menundukkan kepalanya. Diki yang mendengar pengakuan Novi, ia langsung terkejut dan semakin mencengkram tangan Novi dengan kasar. "Sakit Diki," ucap Novi pelan yang mulai merasa sakit karena cengkraman tangan Diki yang menguat. Tanpa banyak berkata Diki langsung menarik Novi keluar dari ruangan Dokter Maya. Novi yang merasa ketakutan hanya bisa mengikuti Dafa dengan langkah-langkah yang terseret-seret. Sementara Dokter Maya yang melihat apa yang terja
"Ya kan Min?" tanya Novi pada Mini. "I-iya," jawa Mini. Dengan takut karena Kak Rangga pun menatap kearah dirinya dengan tajam. "Woi bro, apa kalian tahu kalau dua wanita ini sudah punya suami?" tanya Rangga dan langsung menggeser pria yang disebelah Mini dengan satu tangan. Kini Rangga duduk di samping Mini dengan melihat menuju pria yang kini duduk disebelahnya. Novi yang tahu kalau Diki sedang marah pada kedua pria tersebut, langsung menyuruh mereka untuk pergi. Namun pria yang disamping Novi tidak peduli, pria tersebut justru berani menatap kearah Diki dengan tajam. "Kalau sudah punya suami memangnya kenapa? Kalian hanya Bule nyasar di negara kami. Jadi, pergilah!" usir pria tersebut dengan tegas. Diki yang sudah mulai emosi, berusaha memukul pria yang tadi berbicara sombong kepadanya. Namun Rangga dan Novi langsung mencegahnya, Rangga yang sudah lebih berpengalaman pada masalah