Jika ditanya apa keseharian Mino selama 5 bulan belakangan ini, maka Son akan menjawab seperti zombie. Pria yang menjadi atasannya itu terlihat lebih giat kerja ketimbang sebelum dia bertemu dengan madam. Bahkan, intensitas pekerjaannya membuat Albert, yang notabenenya adalah seorang sekretaris harus ikut begadang selama 5 bulan belakangan ini. Jamnya sebagai pengawal pun semakin bertambah. Lima bulan yang lalu, setelah tim Omega mencari keberadaan Irene ke seluruh penjuru negara bagian Amerika Serikat, tidak ada satupun secuil info yang bisa didapatkan oleh pengawal. Son dan Lee yang memeriksa bandara udara dan pelabuhan pun mendapatkan hasil yang kosong. Saat ini, Son dan Lee sama sekali belum kepikiran untuk mengecek daftar penumpang setiap maskapai dihari itu yang berangkat ke luar negeri, karena mereka berpikir bahwa Irene hanya akan pergi masih dalam batas wilayah Amerika. Siapa yang menyangka bahwa Irene akan benar-benar pergi ke luar negri? Mino, mau tidak mau mengikuti sar
Irene yang tidak tahu dengan rencana Mino, saat ini sedang menikmati hidangan salad buah home made yang ia buat sendiri. Mayonaisenya pun ia ganti dengan yogurt plain, dan air putih yang menemani di atas meja makan. Seharian, perempuan bermata hazel ini kepikiran dengan telepon yang ia buat sendiri. Bisa-bisanya ia langsung menelepon Mino disaat sedang dalam suasana tidak baik. Sebenarnya Irene sendiri tidak masalah, dia sedang dalam rangka melarikan diri dari masalahㅡia hanya takut jika Mino benar-benar akan menceraikannya dan memberikan klinik yang ia punya sekarang sebagai hak waris menjadi mantan istri. Ayolah, dia tidak mau menjadi janda muda, yang bercerai hanya karena alasan konyol. Masalah mereka ini bisa diselesaikan dengan bicara baik-baik, tapi sudah terlanjur overthingking sehingga salah satunya memutuskan untuk pergi menjauh. Apartemen ini berada di lantai 70, sehingga tidak heran apabila ia dapat melihat pemandangan lampu dan jalan tol kota Paris dari kamarnya. Setela
Lembayung sore memperlihatkan gradien oranye yang indah, mentari yang tidak lagi ingin menyinari dan malam yang mulai memayungi. Perempuan dengan mata hazel itu baru saja keluar dari supermarket dengan membawa banyak belanjaan harian, mulai dari makanan, susu hamil, hingga kebutuhan keseharian seperti sabun dan sikat gigi baru. Tidak lupa juga dia membawa paperbag yang berisikan roti baguette khas Pranciss yang memang terkenal wangi dan enak, tentu roti popular lainnya selain Croissant. Berbicara tentang Croissant, Irene jadi ingin membuat roti tersebut sendiri di apartemen untuk menu makanan besok, hmm, memang, ide ini sangat patut untuk dicoba. Croissant dan cokelat panas adalah kombinasi yang tidak pernah gagal soal kenikmatan. Rasanya Irene ingin segera sampai di apartemen dan mencoba eksperimen baru. Selama ini, memasak bukanlah kegemaran sang wanita, hanya saja, belakangan setelah dia menikah, rasanya dengan memasak semua rasa kecemasan hilang begitu saja. Mungkin ini pertanda
Irene menyajikan makan malam di atas meje makan, perempuan bermata hazel itu kemudian melepas apron sejenak sebelum kemudian berlalu menuju salah satu ruangan yang ada di dalam apartemen. Meninggalkan Mino sendirian yang kini telah duduk di ruang makan, tampak bermain dengan ponselnyaㅡentah melakukan apa, tapi bisa dilihat dari posisi Irene, bahwa pria itu sedang membuka room chat melalui aplikasi tertentu. Mino kemudian meletakan ponselnya, mengamati sang istri yang terlihat sibuk bolak-balik mengambil barang-barang dari ruangan yang Mino yakini sebagai ruangan kerja ke ruang tengah yang cenderung lebih terang oleh cahaya lampu cendelier. Namun, yang membuat Mino meringis adalah melihat Irene yang sedang mengandung tampak masih energetik. "Hati-hati, jangan terburu-buru." Mino segera berlari menghampiri Irene, menjadikan tubuhnya sebagai sandaran ketika wanita itu hampir terpeleset oleh sendal yang dikenakannya. Jantung Irene hampir mencuat keluar ketika ia berpikir ia akan terjat
Waktu memang aneh, beberapa orang sering mengatakan bahwa waktu berjalan cepat. Namun, bagi Mino, waktu berjalan begini lambat, terutama ketika mata kepalanya masih melihat sosok Irene yang dengan sabar memberikan jabaran penting tentang anatomi kepada beberapa murid sekolah menengah ke atas yang hendak memasuki fakultas kedokteran. Tidak lupa juga Irene memberika beberapa bocoran soal yang pernah ia kerjakan sebagai ujian masuk universitas. "Baik, kita akhiri pembelajaran kali ini." Mendengar hal ini, punggung Mino tanpa sadar menjadi tegak. Pria itu segera meraih tangan Irene, saling mengunci jari masing-masing, dan mengelus pelan tangan lembut tersebut. Irene melirik sedikit, tapi tidak mengatakan apapun. Perempuan itu masih menjawab dua pertanyaan dari murid tutornya dan setelah itu mengucapkan kalimat penutup sebelum menyelesaikan pengajaran pada malam ini. Setelah mematikan Ipad, barulah atensi Irene tertuju pada sosok pria di sampingnya. Perempuan itu yang awalnya duduk dibaw
Pagi hari ini, baik Irene maupun Mino sama sekali tidak ingin bangun dari posisi ternyaman mereka. Irene berbaring miring dengan Mino yang memeluk dari belakang, seperti posisi sendok dan garpu yang tidak terpisahkan. "Temani aku, jangan dulu bangun, eh?" Irene yang awalnya memang hendak bangun dan membersihkan diri, mengurungkan niat. Perempuan itu, dengan mata sayu yang masih mengantuk, memutuskan untuk kembali terlelap dalam dekapan sang suami. Melihat betapa penurutnya sang istri, Mino mau tidak mau tersenyum. Pria itu mengecup sekilas pelipis Irene sebelum kembali terlelap dalam buaian mimpi. Detemani dengan ac yang menyala, dingin dipahi hari, dan tirai kamar yang menghalau sinar mentari, tidak heran apabila rasa kantuk menyerang lebih cepat. Sekitar jam sepuluh, barulah Irene kembali terbangun. Perempuan itu segera mengambil posisi duduk, masih membiarkan Mino memeluk pinggangnya yang mulai melebar sejak ia mengandung. Dia membuka ponsel, melihat ada begitu banyak pesan dan
Seperti yang dikatakan Mino sebelumnya, saat ini, keduanya sedang bersiap-siap menuju beberapa destinasi wisata dan juga cafè yang memabg sedang hits di Paris. Mungkin terdengar agak kekanakan dan konyol, tapi mereka berdua juga terkadang perlu melepas penat untuk sekedar berjalan berdua bersama. Keduanya jarang kencan, anggap saja perjalanan mereka di sini sebagai make up atas kencan-kencan mereka yang jarang terjadi. Sesuai keinginan sang istri yang tidak ingin menggunakan kendaraan pribadi, keduanya mengwgunakan kendaraan umum seperti menggunakan bus dan kereta bawah tanah menuju lokasi destinasi. Mungkin karena masa kehamilan, jadi perjalanan mereka tidak begitu mulus. Beberapa kali Irene dan Mino harus berhenti demi menjaga agar tidak kelelahan yang berujung fatal. Mino sendiri tidak keberatan, anggap saja waktu-waktu berdua seperti ini sebagai pembayaran atas ketidakhadirannya selama 5 bulan ini. "Here," ucap Mino, memberikan botol air minum berisi 2 liter yang memang sengaaja
Mengelilingi destinasi wisata kota Paris rasanya cukup melelahkan, ini baru satu tempat yang memiliki banyak sekali tempat wisata, belum satu negara. Mungkin, next time, mereka akan kembali berkunjung ke banyak tempat untuk waktu berdua merekaㅡsemacam quality time. Irene menghubungi Jennie terlebih dahulu, mengatakan bahwa dia akan kembali ke Amerika Serikat segera, dan akan mengembalikan kunci apartemen Jennie secepatnya. Sementara itu, Mino dan Son sedang pergi mengunjungi salah satu kolega partnership perusahaan di gedung depan, sementara ia dan Lee duduk di cafè. Menikmati Cromboloni dan juga secangkir cokelat panas yang nikmat. "Apa jadwal Mino setelah ini, Lee?" "Kalai tidak salah, makan malam bersama koleganyaㅡjika tidak jadi, maka kosong." Irene memgangguk, "Menurut mu, apakah jam makan malam mereka biasanya lama?" Lee menggelengkan kepala, "Son yang biasanya bersama tuan, saya tidak pernah bersama beliau sebelum saya ditugaskan menjadi pengawal pribadi anda, nyonya." "Be
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi