Manusia memiliki sekelumit perasaan kompleks yang tidak bisa dijelaskan dalam kat-kata. Terkadang, jalan pikiran dan perasaan selalu berbanding terbalik atas realita yang terjadi. Emosi menjadi salah satu mengapa manusia bisa menjadi lebih unggul daripada makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia diberi emosi untuk merasakan, kecerdasan emosi dan kecerdasan umum tentu sangat berbedaㅡterlihat sama akan tetapi dalam perspektif psikolog, keduanya merupakan seperti koin dengan dua sisi yang berbeda. Terlihat sama tapi ternyata tidak. Perempuan berambut hitam panjang ini sudah berulang kali menghela napas. Setidaknya, dia sudah mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis apalagi mengemis. Perasaan ini, apabila boleh jujur, rasanya sangat menyiksa. "Tolong turunkan aku di sini, Lee." "Maaf, nyonya?" Irene memberikan senyuman tak sampai mata. "Turunkan di sini.""Tapi nyonya, jarak rumah masih jauh, aku rasㅡ""Lee." Kali ini, dipenuhi penekanan. Membuat pria itu segera menepikan mobil. Ire
Pagi hari ini, manor milik putra sulung keluarga Dendanious dipenuhi aura yang gelap. Rera dan Sonia bahkan tidak sanggup bertemu dengan tuan mereka yang tampaknya serang murung. Jangankan Rera dan Sonia, Son sendiri yang awalnya hendak meminta izin menjadi tidak berani masuk ke dalam. Son melangkah keluar dari Manor, menyenggol sosok Lee yang sedang mencuci mobil dengan siku. "Madam ... kapan beliau kembali?" Lee menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, beliau akan datang jika siap." Baru saja Lee mengucapkan kalimatnya, mereka melihat pintu gerbang utama terbuka. Mobil Audi berwarna merah masuk ke dalam pekarangan, dia adalah Eden, pengacara yang bekerja dibawah Mino. Eden, yang baru saja berangkat dari rumahnya, dengan tergepoh membawa banyak sekali dokumen. Pria itu tampak tidak peduli dengan suasana muram sang sahabat. Justru, dia masuk ke dalam ruang kerja Mino, meletakan seluruh dokumen yang dibawannya ke atas meja. "Here, you can take a looㅡwhat the hell?! Mino, are you okay
Mino benar-benar menepati ucapannya, pria itu, sambil akan menjelaskan kesalahpahaman di antara mereka berdua, dia bahkan mengusir seluruh pelayan dan bodyguard dengan alasan diberikan kebebasan selama dua hari. Sementara security yang menjaga tidak mendapatkan sama sekali. Son dan Lee memanfaatkan situasi ini demi menjaga dua majikan mereka. Kedua orang tersebut bukan tidak mempercayai security yang ada, justru karena mereka tahu betapa beratnya 'musuh' Mino di luar sana. Terutama ketika melihat ada celah seperti seluruh pelayan dan bodyguard di liburkan, pihak tertentu jelas akan menyerang. Kedua security dengan penuh rasa senang dan bersyukur segera memberi tahu apa-apa saja yang penting dan yang perlu diperhatikan. Setelah memastikan bahwa semuanya selesai, kedua orang itu segera pergi dari manor menuju rumah masing-masing. Di dalam manor, Irene dan Mino duduk di sofa. Pada awalnya, mereka sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana. Sehingga, demi memecahkan keheningan, Iren
Pagi ini perkiraan cuaca tampaknya sedang tidak ramah. Hari tampak terang akan tetapi awan tebal menghalangi jalur cahaya mentari untuk menyinari bumi. Di berbagai belahan dunia, banyak orang mulai beraktifitas, beberapa memang memiliki pekerjaan di malam hari. Manor milik putra sulung keluarga Dendanious tampak begitu sepi. Tidak heran sebenarnya, hal ini dikarenakan sang tuan rumah yang memang membubarkan para pelayan dan memilih "family" time bersama sang istri. Disebabkan karena cuaca yang tidak mendukung, Irene Lissabeth Levebvè bangun agak kesiangan. Wanita itu terbangun dari tidurnya, sedikit menyingkirkan lengen Mino yang merangkul erat pinggang rampingnya, sebelum kemudian ia meraih gaun tidur yang bercecer di lantai granit. Perempuan itu segera mencepol rambutnya, melangkah ke dalam kamar mandi, dan mulai membersihkan diri. Selepas mendengar suara shower, Mino yang masih terlelap, membuka kedua matanya. Pria itu tidak mengenakan pakaian apapun kecuali celana dalam. Bermai
Irene benar-benar mengikuti apa yang disarankan oleh Eden. Wanita itu saat ini sedang menyusuri setiap sudut ruko yang sedang disulap menjadi klinik. Luas ruko ini juga tidak main-main, tampaknya 2 sampai 3 ruko digabung menjadi satu. "Siapa yang menemukan tempat ini?"Eden menjawab dengan jujur, "Mino ingin tempat kerja mu dekat dengan perusahaan. Niat awal kami adalah ingin menyewa gedung di depan perusahaan, akan tetapi masa kontrak tenant bisnis di gedung depan Next In Company masih panjang dan belum ada yang available, pada akhirnya mau tidak mau harus mencari sedikit lebih jauh." Eden mengangkat bahu acuh, "Karena pekerjaan utama ku adalah yang berkaitan dengan hukum. Segala hal menyangkut kontrak jual-beli ruko, dan juga perizinan, kau bisa menyerahkannya kepada ku. Akan tetapi, yang menemukan ruko ini adalah Albert." Irene mengangguk. "Oh, ke mana saja Albert selama ini? Aku belum bertemu dengannya?" "Dia sedang meeting dengan client di Turki. Seharusnya suami mu yang datan
Dalam penerangan cahaya mentari yang menyinari, ruangan kantor tersebut terlihat lebih manusiawi. Alan Stuart, sedang kedatangan salah satu tamu 'kesayangannya,' Pria itu melirik rendah. Kedua orang itu yang saling tidak berbicara satu sama lain. Meraih gelas kecil berisikan martininya, sang pria menyesap sekilas. "Kali ini ada maksud apa dengan kunjungan mu?" "Kita sudah menahan terlalu lama, kapan kau akan melancarkan serangannya?" "Sabar," dihembuskannya rokok dari mulut, membuat si perempuan terbatuk dan sedikrit tidak nyaman. Meliri melalui ujung mata, "Tenang, semua harus berjalan dengan sempurna. Jika salah sedikit, pengawal keluarga Dendanious akan mengetahui dengan segera pergerakan kita di belakangㅡit's more dengerous." Mata perempuan itu entah mengapa dipenuhi dengan bara api yang berkobar luar biasa. Membuat sang pria tersenyum. Lalu, mendengar suara lembut perempuan berambut cokelat itu berkata, "Jika rencana menghancurkan perusahaan Mino sulit, bawa istrinyaㅡpernikaha
Sepasang mata hitam saling menatap satu sama lain. Pasangan ayah dna anak ini saling terdiam ketika Clarissa selesai mengucapkan kalimatnya. Tuan Levebvè sedikit khawatir, bagaimanapun juga, putri bungsunya jarang sekali untuk berbicara serius. Terutama ketika ia melihat raut wajah Clarissa dipenuhi dengan ekspresi cemas luar biasa. Pria yang sudah berumur itu menghela napas. Dia memtaikan televisi, dan beranjak dari duduknya, "Ikut papa." Clarissa mengikuti ke mana sang ayah mengajaknya. Mereka memasuki ruang kerja. Tuan Levebvè kemudian mengunci pintu dan duduk di salah satu sofa. Menitah sang putri untuk segera duduk. "Ada apa, Clarissa?" tanya nya, "Tidak biasa bagimu berbicara serius seperti ini." Gadis itu tampak menghela napas dan menarik napas berulang kali. Seolah kegugupannya telah menutupi apa yang hendak ia sampaikan. Berdehem untuk menetralisir rasa gugup, Clarissa menatap sang ayah. "Aku ingin bertanya, apakah hubungan ayah dengan keluarga Dendanious masih terjalin
Albert saat ini sedang berada di Turki. Sudah kurang lebih ia berada di sini selama 3 hari. Seharusnya, ia sudah kembali ke New York kemarin, hanya saja client perusahaan dari pihak Turki tampaknya memiliki sedikit kendala teknis sehingga harus membuatnya menunggu. Sebenarnya bukan masalah besar, hanya lebih ke arah etika saja. Ia sendiri tidak keberatan, anggap saja pergi ke negara ini menjadi salah satu healingnya setelah bekerja begitu keras di perusahaan Next In Company. Banyak orang yang iri karena jabatannya sebagai sekretaris pribadi Mino, masalahnya, mereka tidak mengetahui betapa melalahkannya bekerja di bawah tekanan supervisor diktator seperti sahabatnya. Banyak karyawan perusahaan yang hendak keluar karena tegasnya seorang Louis Mino Dendanious, akan tetapi mereka urungkan niat sebab Mino selalu memberikan bonus yang setara dengan kerja keras mereka. Sebagai perusahaan riset teknologi, banyak sekali uang, keringat, dan juga darah yang dikeluarkan. Namun, semua itu terbay
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi