Albert saat ini sedang berada di Turki. Sudah kurang lebih ia berada di sini selama 3 hari. Seharusnya, ia sudah kembali ke New York kemarin, hanya saja client perusahaan dari pihak Turki tampaknya memiliki sedikit kendala teknis sehingga harus membuatnya menunggu. Sebenarnya bukan masalah besar, hanya lebih ke arah etika saja. Ia sendiri tidak keberatan, anggap saja pergi ke negara ini menjadi salah satu healingnya setelah bekerja begitu keras di perusahaan Next In Company. Banyak orang yang iri karena jabatannya sebagai sekretaris pribadi Mino, masalahnya, mereka tidak mengetahui betapa melalahkannya bekerja di bawah tekanan supervisor diktator seperti sahabatnya. Banyak karyawan perusahaan yang hendak keluar karena tegasnya seorang Louis Mino Dendanious, akan tetapi mereka urungkan niat sebab Mino selalu memberikan bonus yang setara dengan kerja keras mereka. Sebagai perusahaan riset teknologi, banyak sekali uang, keringat, dan juga darah yang dikeluarkan. Namun, semua itu terbay
Malam ini, ditemani dengan gemerlap cahaya kota New York, dan cuasa yang sedikit mendung, tidak menghalangi kedua pria tersebut untuk saling bertemu di tempat yang telah dijanjikan. Tempat ini, merupakan bar milik salah satu keluarga Venhouven, lebih tepatnya, usaha sampingan milik Mathew. Mino datang ke tempat ini lebih dulu, dia mengobrol bersama staff yang ada di bar, seraya memesan cocktail. Malam ini dia tidak mau terlalu mambuk, agar tidak membuat sang istri khawatir. Setelah mengetahui bahwa Irene tidak memiliki campur tangan terhahdap dirinya, Mino mulai mengevaluasi perasaannya.Setidaknya, dia mulai sadar bahwa mencintai Irene, ada sebuah anugerah yang tak terbatas. Sejak menikahi perempuan itu, jujur saja, walau banyak ups and down dalam perjalanan perusahaan dan kisah cinta mereka, tapi pernikahannya dengan Irene memberikan banyak sekali manfaat yang tidak terduga. "Meja di atas sudah siap?" Pelayan Bar yang sedang mengocok alkohol memberika anggukan, "Ya, manager kam
Tuan Levebvè terdiam sejenak. Dia pribadi tidak akan mengira jika anak keturnannya akan berbuat sekacau ini. Apabila sang Ibu, nyonya Lissabeth, mengetahui apa yang dilakukan oleh salah satu cucunya, diaㅡsebagai seoranga ayahㅡsudah jelas akan habis ditangan sang Ibu. Clara, ada apa dikepala anak gadisnya satu itu? Mino menunggu dengan tenang, dia sendiri tampak tidak terganggu dengan seberapa lama pria tua di depannya ini memerlukan waktu untuk menetralisir rasa terkejutnya sendiri. Beruntung bahwa Irene saat ini masih disibukkan dengan persiapan peresmian pembukaan klinik terbarunya dengan para dokter lainnya. Dia memiliki estimasi bahwa mungkin sekitar jam 10 malam, Irene baru akan kembali.Apakah tidak khwatir? Sejujurnya sangat mencemaskan, terutama ketika Mino merasa kehadiran Irene yang semula terus menerus ada di Manor, kini harus kembali pulang-pergi kerja. Dia tidak masalah, sama sekali tidak mencoba mendeskriminasi serta mendikte istrinya. Hanya saja, perbedaan itu tetap
Malam ini, Irene sudah meminta izin kepada Mino untuk pulang terlembat. Suaminya mengizinkan dengan syarat bahwa dia harus membawa Lee dan beberapa bodyguard lainnya. Irene sendiri tidak masalah, karena Lee sudah seperti jiwanya yang lainㅡselalu mengikuti kemana pun Irene berada."Here, take the money," ujar Irene. "Kau belilah minuman dan eatery di cafe terdekat, aku dan para dokter lainnya masih membahas perihal peresmian untuk seminggu ke depan." Lee kali ini tidak ragu-ragu untuk mengambil uang yang diberikan oleh Irene. Pria itu mengucapkan, "Terima kasih," lalu pergi dari sana bersama dua temannya. Sementara Irene kembali masuk ke dalam klinik untuk kembali membahas hal yang ia tinggalkan. Di kedua tangannya kini menggenggam makan malam yang telah dibelikan oleh Lee barusan. "Here, everyone. Makan malam dulu." Semua orang yang berada di ruangan menoleh ke arah Irene, lalu tersenyum lembut seraya menyambut makanan yang datang. "Woahh, thank you Irene," ucap salah satu staff, y
Gelap. Kesan pertama yang dirasakan oleh Irene. Perempuan itu terus memberontak, sebelum kemudian merasakan rasa kantuk liar biasa tak tertahankan. Jika diperkirakan, sebelum kegelapan menelan, mobil ini mengemudi terlalu cepat, ada sekitar 3 hingga 4 orang yang berjaga di dalam mobil. Ketika terbangun, pandangan matanya masih tidak bisa menemukan apapun, hal ini dikarenakan matanya ditutup oleh kain hitam pekat. Sementara suasana di sekitar terasa remang, tapi juga terlihat mewahㅡbisa dilihat dari lampi cendelier yang menggantung di atas kepala Irene. "Bagaimana, apakah ponselnya sudah dihancurkan?"Salah satu dari orang itu menganggukan kepalanya. "Ya, aku sudah membuang ponsel itu di tengah jalan. Seharusnya dengan banyak mobil yang melintasi dijalan tol, bukan hal mustahil apabila ponselnya akan rusak.""...." yang bertanya tadi segera menggeplak kepala rekan kerjanya, "Bodoh, rusak dan hancur adalah dua definisi yang berbada.""Aku tahu," ujarnya, sedikit mendengus, "Lagi pula
Perlahan, kelopak mata Irene terbuka, manampilkan retina hazelnya yang indah. Bahkan, pria yang menjadi paman Mino ini, mau tiba mau terpesona oleh kecantikan mata hazel tersebut. Akan tetapi, mata tersebut tidak memancarkan cahaya sama sekali. Alih-alih, sebuah tatapan dingin diberikan kepada sosok pria di hadapannya. Dan mau tidak mau, pria itu memundurkan sedikit langkah kaki. Mengangkat sebelah alis guna menyembunyikan rasa terkejutnya, "Wow, apakah kau marah kami culik?" Irene terdiam beberapa detik, "Kami?" kata ini cukup mengganggu, berarti pelaku di balik penculikan yang menggelikan ini ada dua orang. "Selain diri mu, siapa lagi?" Alan Stuart tidak menyangka jika wanita di depannya ini sungguh cerdas. Tidak, bukan hanya itu, alih-alih ketakutan karena diculik, dia justru langsung menanyakan point penting dari semua iniㅡpelaku penculikan Irene. Tertawa, "Hebat, sungguh hebat Mino bisa memiliki pasangan yang ringan kepala seperti mu. Siapa sangka bahwa kau begitu cerdas untu
"Jangan diam saja, kau dengar atau tidak, Irene?" Tat kala tidak kunjung mendapati jawaban, Clara kembali menegaskan nada bicaranya. Kening Irene mengerenyit, "Jangan berisik, Clara. I'm not deaf." Hanya saja, apa yang dikatakan oleh Clara langsung memukul ke ulu hatinya. Ini jelas lebih sakit ketimbang tamparan fisik yang dilakukan oleh Aslan dan Clara. Ah, ini benar-benar sangat menjengkelkan hingga Irene hampir kehilangan ketenangannya. Rasanya Irene ingin segera melepaskan ikatan ini dan meninju wajah Clara hingga babak belur. Clara mendengus, "Pikirkan untuk menceraikan suami mu, atau aku rebut paksa dari mu." Setelah itu perempuan berambut merah berdiri dari tempatnya. "Aku akan memberi mu waktu hingga esok hari. Mino, tidak akan pernah menyangka akan kehadiran pulau kecil iniㅡsebab ini adalah properti pribadi milik Levebvè family. Aku kembali dahulu, adios, adik kecil." > •••
Lembuyang sore hari menunjukan warna gradien bak iblis. Sungguh indah, disaat yang bersamaan sangat menakutkan. Cahaya tersebut terpantul pada wajah dua gadis di mansion Levebvè yang sedang saling berhadapan. Sebelum, lampu menyala menandakan bahwa kegelapan malam akan segera menghampiri. Clara duduk di depan kursi yang ditempati oleh Clarissa, adik bungsunya. Sejenak, dia berpikir kembali; apakah dia harus memaparkan rencana ini kepada adiknya, ataukah lebih baik ia simpan sendiri demi mencegah bocornya informasi. Clara yakin, Mino saat ini sedang kelabakan mencari Irene. Akan tetapi, dia sungguh membutuhkan sang adik untuk berada dipihaknya. Clarissa adalah orang yang bisa meyakinkan banyak orang untuk menjadi saksi bahwa dia adalah orang yang innocent dan tidak bersalah atas kejadian ini. Ia bisa membiarkan Alan Stuart mengambil semua kesalahanㅡhubungannya dan Alan adalah saling menguntungkan, tidak heran bukan, jika suatu saat, apabila hubungan mereka sudah tidak berguna, Clara
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi