Keesokan harinya, Irene yang saat ini tidak memiliki pekerjaan sejak memutuskan untuk pindah, memutuskan untuk mengabari dokter Hans perihal kepindahannya dan berpamitan. Setelah itu, perempuan itu juga dengan telaten mengurus Mino dipagi hari yang tampak sibuk ke sana dan ke mari. Perempuan itu segera memasangkan dasi. "Sore nanti, aku akan pergi ke Los Angeles, sepupu ku menikah, dan aku harus menghadirinya." "Boleh aku ikut?" Irene jelas tahu ke mana Mino akan pergi. Bagaimanapun juga, ia dan Jennie adalah sahabat. Mereka tidak menyembunyikan apapun, kecuali fakta bahwa Irene menikah dengan Mino. Termasuk, Joshua, sepupu jauh MinoㅡIrene mengetahui tentang itu. "Tapi, kalau begitu kau akan kesepian di hotel?" Tertawa pelan, "Tidak kah sama saja, di hotel dan di rumah?" Mino mengangguk setuju, "Aku menyetujui. Baiklah, kau bersiap-siap dulu, Son yang akan menjemput mu dan aku akan menunggu di bandara, okay?" Irene mengangguk, memahami maksud dari instruksi suaminya. Perempuan it
Malam ini, sambil diiringi hiruk piruk kota Loss Angeles, dengan gaun krem selutut, Irene memasuki ke dalam gedung yang telah disewa oleh keluarga Lexander. Wanita ini begitu cantik dengan rambut tergerai, dibagian belakang rambutnya terdapat pita putih yang terbuat dari kain satin. Sementara sebelah kiri memegang clucth nya, tangan kanan wanita cantik tersebut memegang sebuket bunga kecil dengan warna pastel yang indah. Seperti malaikat yang hilang di kota Loss Angeles. Setelah mengisi daftar hadir dan pihak wedding organizer mengantarnya ke meja keluarga Lexander. Hanya sedikit orang yang duduk di meja keluarga Lexander. Dalam pesta pernikahan, meja kedua keluarga berada di belakangㅡini adalah konsep yang Jennie inginkan. Ia hanya ingin keluarga Joshua dan keluarganya nyaman dari gangguan kolega yang ingin membangun 'koneksi' dengan orang tertentu. "Lissabeth, selamat datang, nak!" seru mama Jennie seraya memberikan sebuah senyuman manis. Wanita setengah baya itu menghampiri pere
Pagi ini cahaya mentari menyinari bumi, memberitahu kepada manusia di bawah bahwa ialah yang berkuasa di muka bumi. Sinarnya yang terang, memasuki celah-celah sempit tirai di salah satu hotel bintang lima di Loss Angeles. Irene Lissabeth Levebvè, terbangun karena sinar mentari terasa begitu menyangat kelopak mata. Perempuan itu hendak bergerak ketika pelukan dipinggang sempitnya mengerat. Sementara kepala pria di atasnya mengirupi harum wangi rambut sang wanita yang berada dalam dekapannya. "Sudah jam 8, Mino. We're late for breakfast." "Just a moment." Irene tidak menolak. Tubuhnya begitu sakit seperti tertindas mobil. Untuk pertama kalinya, Irene akan memikirkan ulang perihal angry sex bersama Mino. Pria ini sungguh keterlaluan. Marah hanya karena dia tidak memberitahu bahwa Jennie adalah sahabatnyaㅡoke, yang ini Irene mengakui jika salah. Akan tetapi, cemburu karena adiknya, Marcus, berdansa dengan dirinya? Tolong, tidakan pria yang menjadi suaminya ini waras? Entahlah, terkad
Mansion keluarga Levebvè memang tidak begitu besar atau semegah mansion keluarga konglomerat lainnya. Hanya saja, pemilik rumah lebih menyukai taman yang luas untuk dipandangi kala rasa lelah menyergap. Namun, tampaknya tidak untuk beberapa hari terakhir ini.Mansion keluarga Levebvè dipenuhi dengan kabut hitam, mencekam, dan seolah hendak menikam. Benar-benar perang dingin luar biasa di antara keluarga besar. Clara, yang sedang duduk menyandar di sofa ruang tamu, menatap sosok pria berabut hitam, yang beberapa rambutnya telah menunjukan tanda penuaan dengan tatapan tajam. Dadanya naik turun seolah ia tidak bisa menahan gejolak emosi yang membara. Pria tua itu terdiam. Membalikan koran, seraya melirik singkat ke arah perempuan di hadapannya, anak dari istri ia nikahi. "Di mana poker face mu, Clara? Tidak baik menunjukan emosi mu di hadapan musuh secara terang-terangan." "Papa!" tegur perempuan itu. "Kali ini apa lagi?" "Apa lagi, papa bilang?" Tersenyum skeptis, "Ke mana saja saa
Memutuskan untuk mengikuti Mino bukanlah keputusan yang mudah. Perempuan berpupil hazel sudah pernah memikirkan hal seperti ini akan terjadi. Bagaimanapun juga, sesukses apapun seorang wanita, mengikuti suami adalah sebuah kewajiban yang tidak terbantahkan. Terutama ketika tempat pekerjaan mereka berbeda. Wahsington DC dan New York memakan banyak waktu dan uang. Sebenarnya uang bukan menjadi masalah, effort yang dikeluarkan oleh pasangan dan saling mengerti serta komunikasi adalah kuncinya. Masalahnya adalah lelah yang menghantam tubuh. Jika menggunakan kendaraan pribadi bisa mencapai 4 Jam, maka dengan pesawat hanya membutuhkan 1 jam perjalanan. Rasa lelah ketika selesai kerja, jelas tubuh memerlukan tempat istirahat alih-alih terus memaksakan hingga sampai di rumah. Irene mengerti hal itu, dan ia coba mengambisll resiko. Sehingga di sinilah ia sekarang, di salah satu lokal coffee shop yang ada di mall terdekat. Memiliki banyak waktu luang sehingga terkadang ia merasa bosan di man
Dalam ruangan kerja mansion keluarga Levebvè, sosok Clara yang sedang mengenakan dress hitam terduduk di kursi. Matanya menatap datar ke arah layar PC di hadapannya yang sedang memperlihatkan sebuah email. Alamat surel ini jelas merupakan alamat surel yang paling Clara kenal. Dalam dunia bisnis yang kejam ini, seseorang butuh yang lainnya guna memanfaatkan 'kekuatan' yang ada. Kerjasama dan negosiasi menjadi salah satu di antara banyak opsiㅡjelas yang peling sering digunakan karena tingkat keberhasilannya yang tinggi. Bukan tidak memungkin ada seseorang yang mampu bertahan hidup sendirian. Namun, jarang bagi mereka untuk tidak memperlakukan kerjasama. Sebab, para bisnisman membutuhkan 'kekuatan' yang besar untuk mencapai titik di mana mereka mampu bertahan hidup sendirian. Di Amerika, hanya ada dua hingga tiga keluarga konglomerat yang mempunyai kekuatan sebanyak itu untuk bisa tetap berdiri tanpa harus memghiraukan guncangan dasyat dari angin topan. Keluarga yang paling kentara ad
Lee terduduk lemas di dalam mobilnya. Pria itu menatap ke arah layar ponsel dengan tangan yang bergetar. Ia meliril ke arah punggung wanita yang baru saja memasuki wilayah perkantoran Next In Company. Terlepas dari berita yang dia dapat, tiba-tiba pikirannya kembali teringat dengan rencana Son dan tuannya. Sekali lagi, untuk meyakinkan diri, dia menatap ke arah layar ponsel. Siapa yang menyangka bahwa hasilnya akan seperti ini? Menghembuskan napas, seolah mencoba mengeluarkan semua beban yang terasa berat, Lee keluar dari aplikasi dokumen. Mulai membuka salah satu aplikasi chat, dan memberikan pesan kepada madam. Namun, alih-alih merasa exited, Irene, sang atasannya, justru bersikap biasa saja. Ya, nanti sore aku akan melihat data yang telah kau temukan. Terima kasih atas kerja keras mu. Hanya jawaban seperti itu yang ia dapatkan. Pada akhirnya, Lee segera memarkirkan mobil di basement, dan mulai masuk ke dalam markas rahasia pengawal pribadi keluarga Dendanious yang berada di la
Manusia memiliki sekelumit perasaan kompleks yang tidak bisa dijelaskan dalam kat-kata. Terkadang, jalan pikiran dan perasaan selalu berbanding terbalik atas realita yang terjadi. Emosi menjadi salah satu mengapa manusia bisa menjadi lebih unggul daripada makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia diberi emosi untuk merasakan, kecerdasan emosi dan kecerdasan umum tentu sangat berbedaㅡterlihat sama akan tetapi dalam perspektif psikolog, keduanya merupakan seperti koin dengan dua sisi yang berbeda. Terlihat sama tapi ternyata tidak. Perempuan berambut hitam panjang ini sudah berulang kali menghela napas. Setidaknya, dia sudah mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis apalagi mengemis. Perasaan ini, apabila boleh jujur, rasanya sangat menyiksa. "Tolong turunkan aku di sini, Lee." "Maaf, nyonya?" Irene memberikan senyuman tak sampai mata. "Turunkan di sini.""Tapi nyonya, jarak rumah masih jauh, aku rasㅡ""Lee." Kali ini, dipenuhi penekanan. Membuat pria itu segera menepikan mobil. Ire
Berita pernikahan putra sulung keluarga Dendanious, Lousi Mino Dendanious menyebar luas; berbagai awak media berbondong-bondong menjadikan berita ini sebagai headline majalah dan koran, sementara ada juga sebagian jurnalistik yang berdiam diri di depan mansion keluarga Dendanious demi mencari secuil beritaㅡterutama menyangkut hal berupa scandal akan lebih baik. Atau setidaknya mereka pikir seperti itu. Sebab, hingga tiga hari belakangan ini, Mansion keluarga Dendanious cenderung sepi dan hanya ada pelayan atau tukang kebun yang membersihkan halaman dibalik pagar yang menjulang tinggi. Para wartawan dan paparazzi ini sudah berkemah di sini. Dan tepat di saat mereka sudah putus asa, sebuah mobil Misserati terlihat mendekati pagar mansion keluarga Dendanious. Para wartawan ini segera menarik kamera dan mencoba melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah salah satu kerabat Mino, yang datang untuk melihat anggota keluarga baru Dendanious yang dinanti-nanti. "Tuan Dealton, bagaimana pe
Seperti dadu yang dilempar, hari terus bergulir, menggantikan hari-hari sebelumnya yang telah dilewati oleh manusia. Bedanya, jika dadu dilempar oleh manusia, maka hari tidak ditentukan oleh siapapun.Roda berputar, seperti putaran takdir yang tidak bisa diprediksi; kadang di atas, terkadang pula manusia merasakan rasa pedihnya berada di bawah. Semua itu, sungguh Tuhan-lah yang telah mengaturnya. Agar seluruh manusia mengetahui seberapa hebatnya Tuhan menciptakan takdir dan alam semestaㅡagar tidak melupakan bahwa setiap perbuatan selalu ada konsekuensi yang harus dijalani. Mulai dari pertemuan tak terduga, hingga sebuah perpisahan yang telah direncanakan. Mulai dari rasa cinta, hingga rasa benci yang teramat sangat menyesakan hati. Seperti sungai yang mengalir, adem, menghanyutkan, dan membawa berbagai macam emosi di dalamnya; kepedihan, kesenangan, dan kemarahanㅡair sungai terlihat tenang tapi begitu menghanyutkan. Hal ini sama dengan yang tua meninggalkan dunia, dan yang muda terla
Clarissa keluar dari rumah sakit dengan pandangan kosong. Perempuan itu menatap langit biru di atasnya, lalu mengembuskan napas lelah. Tidak heran beberapa minggu terakhir ini dia menjadi lebih cepat lelah, bawaannya ingin pulang ke rumah dan tidur dengan nyaman, belum lagi rasa mual yang cukup mengganggu. Siapa sangka dia akan mengalaminya secepat ini? Takdir terlalu kejam untuknya. Bagaimana dia harus berkata kepada kakaknya, Irene? Belum lagi kakak iparnya yang juga berteman dekat dengan sosok yang belakangan ini terus mengusik kehidupan tenang Clarissa? Terutama, bagaimana dia menjelaskan ini kepada ayahnya? Berbagai sekelumit pemikiran terus bermekaran dalam kepala. Seolah otaknya menolak berhenti untuk tidak berpikir belebihan. Belakangan ini, ayahnya, tuan Levebvè sangat membanggakan dirinya yang sudah berani mengambil langkah kecil untuk melihat sisi lain kehidupan sebagai pekerja kantoran di perusahaan en
Beberapa hari belakangan ini Clarissa merasa dia dilihat oleh banyak orang. Dalam artian pandangan yang menatapnya dengan pandangan menilai, menghakimi, hingga merendahkan. Sebenarnya ini bisa saja hanya sebuah perasaan semata, tapi hal ini semakin membuatnya yakin ketika ia hendak ke kamar mandi untuk memuntahkan rasa mual. "Kau dengar, tidak aku sangka ternyata dia masuk ke Music Blanc menggunakan jalur nepotisme," ujar salah seorang staff. Clarissa menahan rasa mualnya habis-habisan dan berdiri terdiam di depan kamar mandi seraya membekap mulutnya. "Ya, aku yakin dia tidak memiliki prestasi sedikitpun. Apa yang kau harapkan dari seorang anak konglomerat yang manja? Tidakah belakangan keluarga Levebvè juga terkena kasus penculikan?" Menggelengkan kepala, "Sungguh keluarga yang brutal.""Sshh," staff itu melirik ke kanan dan ke kiri, "Jaga ucapan mu, aku dengar bahwa putri keluarga Levebvè yang tersembunyi adalah istri dari CEO Mino, bahaya jika kau ketahuan." Mengangkat bahu acuh
Irene sedang menikmati afternoon tea nya ketika ia mendapatkan kabar dari Marcus tentang alasan sikap murung Clarissa belakangan ini. Sejenak, Irene terdiam. Dia pandangi sosok tampan sang suami yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kebingungan. "Aku tidak tahu apapun, sungguh!" "Aku tidak mengatakan apapun." Irene bergumam lembut. Mengembuskan napas, "Albert memang seperti itu sejak dulu. Awalnya dia tidak terlalu into sex, tapi sejak masuk ke persusahaan, ada satu dua hal yang tampaknya membuat dia sering seperti itu." Mata Irene memincing, "Did you do the same?""I do the same," Mino segera melanjutkan, "Aku bersumpah hanya melakukannya beberapa kali untuk stress relief." Irene hanya terdiam. Dia sudah pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi mendengar pengakuan ini secara langsung, rasanya sedikit ada yang mencubit dihati. Namun, mengingat kini Mino sudah menjadi miliknya, tampaknya dia mengkhawatirkan hal yang tidak perlu."Yeah, kita tidak perlu meributkan hal yang su
Mentari sudah terbit, sinarnya memasuki cela-cela ventilasi dan menembus tirai. Sayang sekali, mungkin karena mabuk dan terlalu sibuk dengan urusan ranjang, kedua orang yang masih berbaring di atas kasur tersebut lupa untuk menutup tirai jendela. Sehingga kini matahari langsung menyinari dan membangunkan salah satu di antara mereka. Clarissa adalah sosok yang pertama kali terbangun. Perempuan itu langsung menatap wajah tertidur Albert. Dengan tergasa, dia segera bangun dari tidurnya dengan wajah panik. "Akh." Sial, sial, sial! Clarissa ingin mencakar habis pria kurang ajar satu ini. Dalam hati berkata bagaimana bisa Mino berteman baik dengan sosok bejat seperti Albert? Mendengar pekikkan kecil dan suara tergesa, Albert juga bangun dari tidurnya. Pemandangan seperti ini sudah biasa dilihat. Namun, kali ini berbeda. Perempuan yang bersamannya sepanjang malam tampak sangat panik, dan terlihat mencari-cari sesuatu. "Mencari apa?" Suara serak khas bangun tidur membuat Clarissa membek
Clarissa tidak lagi mempedulikan. Perempuan itu segera memesan menu makanan yang ingin ia makan pada malam hari ini kepada bartender. "Do you think I can get closer to him?" Clarissa mengengkat bahu, "Tidak tahu, tergantung metode seperti apa yang ingin kau gunakan? Langsung menggoda, atau mau memasukan aphrodisiac?" Mata Viona melotot, tanpa sadar memukul pelan lengan rekannya, "Pikiran mu sungguh kotor."Wajah Clarissa mencerminkan tanda tanya besar. Di bagian mana dia kotor? Bukankah menggoda secara langsung dan memasukan aphrodisiac ke dalam minuman adalah metode yang biasa sering digunakan oleh banyak orang? Menganati wajah Viona yang memerah parah, Clarissa memutar bola matanya jengah. Jangan katakan ladanya bahwa Viona adalah gadis polos yang denial atas hal-hal kotor? Menghela napas, "Lalu, kau ingin dia menotis mu seperti apa?" Menundukan kepala, "Tidakkah aku cantik?" Clarissa seketika itu juga ingin sekali bernajak pulang. Siapa yang menyangka bahwa Viona merupakan g
Albert Ventagio, orang-orang selalu mengenalnya sebagai sosok ramah dan sopan. Ditambah dia adalab sekretaris sekaligus asisten pribadi seorang Louis Mino Dendanious, yang menjadikan lria itu lebih cekatan dari pada yang lainnya. Mungkin karena terinfeksi siklus kerja sahabatnya, Mino, terkadang Albert juga bisa lebih workholic daripada Mino sendiri. Sebagai sekretaris yang ditugaskan langsung dibawah Mino, dia terkadang juga menggantikan Mino dalam memimpin rapatㅡbaik secara lokal maupun rapat internasional, seperti yang sudah-sudah. Terkadang dia berada di luar negri karena utusan Mino yang kebetulan jadwalnya bertabrakan dengan jadwal meeting di luar. Sehingga mengutus Albert sebagai pengganti. Albert juga bukan berasal dari kalangan keluarga berada atau menengah ke bawah. Mendiang ayahnya adalah seorang dosen di salah satu universitas di Boston, sementara ibunya merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan harian sebagai penjual bungaㅡsekarang sudah memiliki toko dan membu
Clarissa hari ini sudah mulai masuk menjadi pekerja tetap di perusahaan Music Blanc sebagai public relation. Pekerjaan ini cenderung paling sibuk; setiap harinya harus memberikan press realise di website resmi perusahaan, promosi di akun media sosial yang telah tersedia. Hingga harus memberikan ide kreatif agar lebih menarik banyak peerhatian fans. Jumlah fans aktris, aktor, dan penyanyi di perusahaan ini banyak, hingga tidak heran apabila fans mereka juga menjadi fans perusahaan. Music Blanc digadang-gadang menjadi perusahaan entertainment dengan followers terbanyak diberbagai sosial media. Clarissa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perempuan itu tidak malu untuk memperkenalkan diria dan dari jurusan mana dia berasal. Namun, dia tidak membicarakan soal Marcus sebagai temannya, Mino sebagai kakak iparnya, dan merupakan anak bungsu keluarga Levebvè. Setidaknya, bagi Clarissa cukup tahu diri bahwa tidak semua orang bisa menikmati privilage seperti yang ia punya. Jadi