Memutuskan untuk mengikuti Mino bukanlah keputusan yang mudah. Perempuan berpupil hazel sudah pernah memikirkan hal seperti ini akan terjadi. Bagaimanapun juga, sesukses apapun seorang wanita, mengikuti suami adalah sebuah kewajiban yang tidak terbantahkan. Terutama ketika tempat pekerjaan mereka berbeda. Wahsington DC dan New York memakan banyak waktu dan uang. Sebenarnya uang bukan menjadi masalah, effort yang dikeluarkan oleh pasangan dan saling mengerti serta komunikasi adalah kuncinya. Masalahnya adalah lelah yang menghantam tubuh. Jika menggunakan kendaraan pribadi bisa mencapai 4 Jam, maka dengan pesawat hanya membutuhkan 1 jam perjalanan. Rasa lelah ketika selesai kerja, jelas tubuh memerlukan tempat istirahat alih-alih terus memaksakan hingga sampai di rumah. Irene mengerti hal itu, dan ia coba mengambisll resiko. Sehingga di sinilah ia sekarang, di salah satu lokal coffee shop yang ada di mall terdekat. Memiliki banyak waktu luang sehingga terkadang ia merasa bosan di man
Dalam ruangan kerja mansion keluarga Levebvè, sosok Clara yang sedang mengenakan dress hitam terduduk di kursi. Matanya menatap datar ke arah layar PC di hadapannya yang sedang memperlihatkan sebuah email. Alamat surel ini jelas merupakan alamat surel yang paling Clara kenal. Dalam dunia bisnis yang kejam ini, seseorang butuh yang lainnya guna memanfaatkan 'kekuatan' yang ada. Kerjasama dan negosiasi menjadi salah satu di antara banyak opsiㅡjelas yang peling sering digunakan karena tingkat keberhasilannya yang tinggi. Bukan tidak memungkin ada seseorang yang mampu bertahan hidup sendirian. Namun, jarang bagi mereka untuk tidak memperlakukan kerjasama. Sebab, para bisnisman membutuhkan 'kekuatan' yang besar untuk mencapai titik di mana mereka mampu bertahan hidup sendirian. Di Amerika, hanya ada dua hingga tiga keluarga konglomerat yang mempunyai kekuatan sebanyak itu untuk bisa tetap berdiri tanpa harus memghiraukan guncangan dasyat dari angin topan. Keluarga yang paling kentara ad
Lee terduduk lemas di dalam mobilnya. Pria itu menatap ke arah layar ponsel dengan tangan yang bergetar. Ia meliril ke arah punggung wanita yang baru saja memasuki wilayah perkantoran Next In Company. Terlepas dari berita yang dia dapat, tiba-tiba pikirannya kembali teringat dengan rencana Son dan tuannya. Sekali lagi, untuk meyakinkan diri, dia menatap ke arah layar ponsel. Siapa yang menyangka bahwa hasilnya akan seperti ini? Menghembuskan napas, seolah mencoba mengeluarkan semua beban yang terasa berat, Lee keluar dari aplikasi dokumen. Mulai membuka salah satu aplikasi chat, dan memberikan pesan kepada madam. Namun, alih-alih merasa exited, Irene, sang atasannya, justru bersikap biasa saja. Ya, nanti sore aku akan melihat data yang telah kau temukan. Terima kasih atas kerja keras mu. Hanya jawaban seperti itu yang ia dapatkan. Pada akhirnya, Lee segera memarkirkan mobil di basement, dan mulai masuk ke dalam markas rahasia pengawal pribadi keluarga Dendanious yang berada di la
Manusia memiliki sekelumit perasaan kompleks yang tidak bisa dijelaskan dalam kat-kata. Terkadang, jalan pikiran dan perasaan selalu berbanding terbalik atas realita yang terjadi. Emosi menjadi salah satu mengapa manusia bisa menjadi lebih unggul daripada makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia diberi emosi untuk merasakan, kecerdasan emosi dan kecerdasan umum tentu sangat berbedaㅡterlihat sama akan tetapi dalam perspektif psikolog, keduanya merupakan seperti koin dengan dua sisi yang berbeda. Terlihat sama tapi ternyata tidak. Perempuan berambut hitam panjang ini sudah berulang kali menghela napas. Setidaknya, dia sudah mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis apalagi mengemis. Perasaan ini, apabila boleh jujur, rasanya sangat menyiksa. "Tolong turunkan aku di sini, Lee." "Maaf, nyonya?" Irene memberikan senyuman tak sampai mata. "Turunkan di sini.""Tapi nyonya, jarak rumah masih jauh, aku rasㅡ""Lee." Kali ini, dipenuhi penekanan. Membuat pria itu segera menepikan mobil. Ire
Pagi hari ini, manor milik putra sulung keluarga Dendanious dipenuhi aura yang gelap. Rera dan Sonia bahkan tidak sanggup bertemu dengan tuan mereka yang tampaknya serang murung. Jangankan Rera dan Sonia, Son sendiri yang awalnya hendak meminta izin menjadi tidak berani masuk ke dalam. Son melangkah keluar dari Manor, menyenggol sosok Lee yang sedang mencuci mobil dengan siku. "Madam ... kapan beliau kembali?" Lee menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, beliau akan datang jika siap." Baru saja Lee mengucapkan kalimatnya, mereka melihat pintu gerbang utama terbuka. Mobil Audi berwarna merah masuk ke dalam pekarangan, dia adalah Eden, pengacara yang bekerja dibawah Mino. Eden, yang baru saja berangkat dari rumahnya, dengan tergepoh membawa banyak sekali dokumen. Pria itu tampak tidak peduli dengan suasana muram sang sahabat. Justru, dia masuk ke dalam ruang kerja Mino, meletakan seluruh dokumen yang dibawannya ke atas meja. "Here, you can take a looㅡwhat the hell?! Mino, are you okay
Mino benar-benar menepati ucapannya, pria itu, sambil akan menjelaskan kesalahpahaman di antara mereka berdua, dia bahkan mengusir seluruh pelayan dan bodyguard dengan alasan diberikan kebebasan selama dua hari. Sementara security yang menjaga tidak mendapatkan sama sekali. Son dan Lee memanfaatkan situasi ini demi menjaga dua majikan mereka. Kedua orang tersebut bukan tidak mempercayai security yang ada, justru karena mereka tahu betapa beratnya 'musuh' Mino di luar sana. Terutama ketika melihat ada celah seperti seluruh pelayan dan bodyguard di liburkan, pihak tertentu jelas akan menyerang. Kedua security dengan penuh rasa senang dan bersyukur segera memberi tahu apa-apa saja yang penting dan yang perlu diperhatikan. Setelah memastikan bahwa semuanya selesai, kedua orang itu segera pergi dari manor menuju rumah masing-masing. Di dalam manor, Irene dan Mino duduk di sofa. Pada awalnya, mereka sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana. Sehingga, demi memecahkan keheningan, Iren
Pagi ini perkiraan cuaca tampaknya sedang tidak ramah. Hari tampak terang akan tetapi awan tebal menghalangi jalur cahaya mentari untuk menyinari bumi. Di berbagai belahan dunia, banyak orang mulai beraktifitas, beberapa memang memiliki pekerjaan di malam hari. Manor milik putra sulung keluarga Dendanious tampak begitu sepi. Tidak heran sebenarnya, hal ini dikarenakan sang tuan rumah yang memang membubarkan para pelayan dan memilih "family" time bersama sang istri. Disebabkan karena cuaca yang tidak mendukung, Irene Lissabeth Levebvè bangun agak kesiangan. Wanita itu terbangun dari tidurnya, sedikit menyingkirkan lengen Mino yang merangkul erat pinggang rampingnya, sebelum kemudian ia meraih gaun tidur yang bercecer di lantai granit. Perempuan itu segera mencepol rambutnya, melangkah ke dalam kamar mandi, dan mulai membersihkan diri. Selepas mendengar suara shower, Mino yang masih terlelap, membuka kedua matanya. Pria itu tidak mengenakan pakaian apapun kecuali celana dalam. Bermai
Irene benar-benar mengikuti apa yang disarankan oleh Eden. Wanita itu saat ini sedang menyusuri setiap sudut ruko yang sedang disulap menjadi klinik. Luas ruko ini juga tidak main-main, tampaknya 2 sampai 3 ruko digabung menjadi satu. "Siapa yang menemukan tempat ini?"Eden menjawab dengan jujur, "Mino ingin tempat kerja mu dekat dengan perusahaan. Niat awal kami adalah ingin menyewa gedung di depan perusahaan, akan tetapi masa kontrak tenant bisnis di gedung depan Next In Company masih panjang dan belum ada yang available, pada akhirnya mau tidak mau harus mencari sedikit lebih jauh." Eden mengangkat bahu acuh, "Karena pekerjaan utama ku adalah yang berkaitan dengan hukum. Segala hal menyangkut kontrak jual-beli ruko, dan juga perizinan, kau bisa menyerahkannya kepada ku. Akan tetapi, yang menemukan ruko ini adalah Albert." Irene mengangguk. "Oh, ke mana saja Albert selama ini? Aku belum bertemu dengannya?" "Dia sedang meeting dengan client di Turki. Seharusnya suami mu yang datan