Rutinitas beberapa hari terakhir, setelah mengantar anak-anak maka Bastian akan menelepon Samuel, kemudian mereka akan mulai mendiskusikan beberapa hal yang sangat mendesak, kemudian kurang mendesak dan yang terakhir dibahas adalah masalah yang tidak mendesak sama sekali.Tapi hari ini beda! Bastian terhubung dengan Aydan, dia mulai serius mencari pria yang berniat memperkosa Almira, dan untuk membahas orang bertato yang dilihatnya saat mereka honeymoon. 'mungkinkah mereka orang yang sama?'"Jadi gimana pencarianmu?" Bastian langsung bertanya begitu tersambung dengan Aydan."Berdasarkan cctv hotel dan investigasi di lapangan mulai ada titik terang, kami sudah menghubungi penyewa dan mendapatkan beberapa nama, Sir." "Oke, segera tuntaskan dan aku tidak ingin istriku tahu!""Siap, Sir.""Pencarian tentang pria bertatoo?" "Belum ada kemajuan.""Belum ada yang menemukan siapa pria itu?""Ada beberapa tatoo perempuan yang menjadi lambang geng tertentu, tapi kalau tatoo perempuan ya
Setelah pulang ke rumah lama, mereka bertiga segera mandi dan menonton televisi, hari ini tidak ada jadwal les, jadi anak-anak lebih bersantai.Sesaat kemudian keduanya mulai terlihat kecapekkan sehingga tidak lagi berkicau seperti biasanya.Saat Almira pulang kantor, seperti biasa Almira mendapati anak-anak sedang bergelung dengan Daddy-nya di ruang keluarga."Dag Daddy sayang, Binta sayang, Saras sayang." Seru Almira sambil berdiri di tempat , melihat mereka bertiga."Dah, Sayang," kata Bastian sambil memandang mesra jantung hatinya."Dag Mommy," kata Binta."Dah Mommy Salas." Kata Saras.Almira tersenyum melihat mereka semua, kemudian Almira berjalan menuju kamarnya, dia akan mandi dan bergabung lagi dengan mereka bertiga kemudian.Biasa setelah Almira dan Bastian pulang kantor, dan mandi maka mereka akan makan malam bersama.Sejak sebelum dia menikah dengan Bastian, anak-anak sudah terbiasa dengan kehadiran Bastian dan tidak mau makan jika Bastian belum ada bersama dengan mereka.
Bastian menatap istrinya dan perlahan mengaku,"aku membeli rumah di belakang kita, Ra."Bastian melihat perubahan pada raut wajah istrinya."Beli rumah di belakang rumah kita?""Iya, Ra.""Beli sebuah rumah, Dad? Rumah?" Almira mengulang-ulangnya, seolah-olah ingin berkata KENAPA NGGAK NGOMONG SAMA AKU, ISTRIMU?Almira hanya diam memandang suaminya."Ra, aku....ini tidak seperti kelihatannya, Ra." Bastian masih berusaha menerangkan duduk perkaranya.Almira tetap diam dan kini Bastian mendapati ada duka di matanya, oh tidak!!"Ra, tadi aku bilang bahwa ini bukan... maksudku harusnya kejadiannya tidak begini, hanya saja aku...." Bastian sangat resah sampai dia bingung harus bagaimana menerangkan kepada istrinya.Mungkin kalau dia melihat Almira marah atau berteriak akan lebih mudah baginya untuk bersikap tapi karena yang dilihatnya Almira yang bersedih membuat Bastian bingung dan sangat gelisah.Saking gelisahnya sampai Bastian tidak bisa menerangkan dengan runtut.Bastian melihat w
Setelah mengalami berbagai peristiwa, Almira dan Bastian merasa ikatan di antara mereka semakin kuat, walau banyak terjadi hal-hal yang cukup mengguncang tapi mereka dapat menyelesaikannya tanpa harus saling menyakiti dan meninggalkan luka di hati pasangan mereka.Almira bersyukur dia bertemu dengan pria yang begitu memahami dirinya dan anak-anak, dan menerima mereka semua dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka.Menurut Almira sangat amat mungkin bagi Bastian untuk mendapatkan wanita lajang tanpa beban dua anak dan lebih segala-galanya dari Almira, tapi ternyata Bastian bertahan dengan segala kerumitan yang dibawa oleh Almira dan kedua anaknya, sungguh luar biasa!Kemarin, saat akhirnya Almira tahu bahwa itu sebenarnya untuk surprise hari ulang tahunnya akhirnya mereka berdamai.Bastian ingin menunjukkan sertifikatnya saat itu juga tapi Almira menolak. Almira percaya suaminya tidak akan mengada-ada hanya karena ingin menyelamatkan diri, pasti rencananya memang ingin membe
Sesampai di kantor, Bastian menurunkan Almira, ada beberapa pasang mata yang mengikuti gerakan ibu jelita pejabat bank ternama itu.Tanpa berani berciuman mereka berpisah.Almira melangkah masuk ke gedung bank terbesar se-Asia itu."Selamat pagi Bu Almira." Sapa Sheila, sekretaris cekatan yang sudah bersamanya selama hampir dua tahun."Selamat pagi, sebenarnya sudah agak siangan ya, saya kesiangan, kan!""Ehm, bu tadi ada Pak Jack datang, terus setelah saya sampaikan Ibu belum datang beliau bilang mau naik dulu ke ruang Solitaire nanti kalau Ibu sudah datang saya disuruh menghubungi beliau lagi..gimana, Bu?" Sekretarisnya sangat mengerti keengganan dari atasannya untuk menemui Pak Jack yang sudah mengejar-ngejar atasannya sejak lama."Apa aja jadwalku mulai pagi hingga makan siang nanti? Kalau ada janji yang bisa dimajukan, kamu majukan saja dan nanti hubungi Pak Jack bilang saya tidak ada waktu kosong hari ini!" Dulu saja Almira sangat malas harus berhadapan dengan konglomera
Sepeninggal Miranda, Almira merasa energinya sudah merosot jauh.Dimulai dengan konglomerat playboy mati rasa dan ditambah kedatangan Miranda yang selalu mencari-cari hal yang nggak penting hanya untuk berbicara dengannya.Hadeuhh...Almira menelungkupkan kepalanya di meja, rasanya dia pengen pulang. Membayangkan wajah suaminya yang tampan, tenang dan sungguh memabukkan membuat Almira semakin malas melanjutkan harinya. Seandainya pagi tadi dia tidak terlambat pasti sekarang dia langsung pulang menemui kekasih hatinya, agar dapat mengobati kekesalan hatinya.'Oh ya ampun... sampai parfum Bastian pun bisa dibayangkannya dengan tepat, aromanya seperti nyata di hidungnya.Sangat nyata!' seru Almira dalam hati."Apa yang dilakukannya, Ra?" Almira terkejut setengah mati mendengar suara Bastian.Almira menengadahkan kepalanya dan bersandar di kursi sambil menatap wajah Bastian, kemudian berdiri dan menghampiri Bastian sambil bergumam,"Tuhan sayang padaku, Dia tahu aku butuh asupan gizi t
Miranda lah si pengirim pesan"Aku akan menandatangani berkas perceraian kita dengan satu syarat, hanya satu, temui aku di hotel Shark malam ini, kamar 907, kamu nggak datang perjanjian kita batal Beb, dan aku akan terus mempersulit perceraian kita!"Bastian akan membalas pesan itu saat muncul panggilan dari Miranda, sepertinya dia tidak sabar untuk meyakinkan dirinya bahwa Bastian sudah menerima pesannya."Sudah baca pesanku?" Tanya Miranda."Jam berapa?" Bastian membalas pertanyaan dengan pertanyaan. "Sekarang! Waktumu hanya 60 menit paling lama!""Beb__"Belum selesai kalimat Miranda, Bastian sudah mematikan ponselnya, dia segera menghubungi Almira, Aydan dan Samuel.Sambil menyetir mobilnya, Bastian langsung menelepon Almira, hanya 1 kali nada dering, sudah diangkat dan terdengar suara merdu istrinya."Ra, Miranda menelepon dan dia minta aku menemuinya si hotel Shark, aku tidak tahu apa yang direncanakannya, apapun yang kamu terima setelah detik ini, berita, gambar atau video,
Bastian langsung di bawa ke rumah sakit dan segera mendapat pertolongan pertama sambil dilakukan pemeriksaan lanjutan.Samuel tidak pernah meninggalkan Bastian sedetik pun, saat ini dia masih tidak yakin dengan keamanan lingkungan sekitar rumah sakit.Sambil menjaga Bastian, dia berkoordinasi dengan anak buahnya di lapangan, dan orang mereka yang ada di kepolisian, juga mengirim informasi untuk ayah Bastian.Ada satu hal yang meresahkan hati Samuel, tapi dia menyimpannya dalam hati, dia takut Bastian bangun dan melihat keresahannya, sedari tadi dia mencoba menghubungi Almira tetapi tetap tidak ada jawaban, Samuel sudah meninggalkan pesan tapi juga tidak ada respon dari Almira.Samuel sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengecek keberadaan Almira, tapi kata mereka, ibu Almira tidak ada di ruangan, lalu di mana? Tiba-tiba pintu ruangan kamar Bastian terbuka, dan masuklah dokter Julie yang merawat Bastian, sejak Bastian tiba.Seorang dokter wanita yang luar biasa tegas, bahkan p
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala