Bastian langsung di bawa ke rumah sakit dan segera mendapat pertolongan pertama sambil dilakukan pemeriksaan lanjutan.Samuel tidak pernah meninggalkan Bastian sedetik pun, saat ini dia masih tidak yakin dengan keamanan lingkungan sekitar rumah sakit.Sambil menjaga Bastian, dia berkoordinasi dengan anak buahnya di lapangan, dan orang mereka yang ada di kepolisian, juga mengirim informasi untuk ayah Bastian.Ada satu hal yang meresahkan hati Samuel, tapi dia menyimpannya dalam hati, dia takut Bastian bangun dan melihat keresahannya, sedari tadi dia mencoba menghubungi Almira tetapi tetap tidak ada jawaban, Samuel sudah meninggalkan pesan tapi juga tidak ada respon dari Almira.Samuel sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengecek keberadaan Almira, tapi kata mereka, ibu Almira tidak ada di ruangan, lalu di mana? Tiba-tiba pintu ruangan kamar Bastian terbuka, dan masuklah dokter Julie yang merawat Bastian, sejak Bastian tiba.Seorang dokter wanita yang luar biasa tegas, bahkan p
Almira merasakan gerakan samar tangan Bastian yang digenggamnya, seperti berkedut pelan, Almira berdoa , semoga Bastian segera mendapat kekuatan untuk membuka matanya, menggerakkan tubuhnya.Setelah mengeluarkan isi hatinya dan mencucurkan air mata Almira merasa lebih lega, lebih ringan bernafas dan bisa lebih tegar dibanding saat awal dia mendengar Bastian dilarikan ke rumah sakit."Me too," terdengar suara yang sangat lirih menanggapi pernyataan Almira.Perlahan Almira menegakkan badannya dan seakan mimpi melihat mata Bastian yang sedang menatapnya."Sayang..?" Tanya Almira pelan, dia hanya bisa mengucapkan satu kata, sambil menghapus air matanya yang masih mengalir di pipi dan kini mengalir !bih deras."I love you," kata Bastian perlahan, kemudian melanjutkan,"Ra haus."Almira berdiri dan setengah berlari keluar ruangan mencari perawat atau dokter, saking senangnya Almira lupa ada bel, dia mau bertanya apa Bastian boleh minum air? Harusnya itu hal sederhana tapi saat ini ot
Malam itu Almira tidur di rumah sakit menemani Bastian. Bastian mengalami perkembangan pesat sejak mulai membuka matanya, bahkan Bastian sudah makan cukup banyak dan sudah 'bisa' memaksa agar Almira tidur disampingnya, tapi Almira menolak."Malu sama perawatnya, Sayang."" Ngapain malu, kan kamu istriku, Ra!""Malu, Dad. Udah aku tungguin aja sambil duduk di kursi ini, nanti kalau Daddy udah tidur, baru aku pindah ke bed penjaga.""Aku nggak bisa Ra.""Biasa juga bisa tidur! Pas nggak pelukan, Dad?""Kita nggak pelukan?" terdengar nada heran dalam suara Bastian. "Iya, pas nggak pelukan kok bisa tidur?""Kapan kita nggak pelukan, Ra? Nggak pernah, aku nggak bisa nyenyak kalau nggak peluk kamu, Ra."Almira berusaha mengingat saat mereka harus tidur terpisah di malam hari, beda kamar atau beda ranjang dan faktanya: Belum pernah satu malam pun mereka tidak bersama, mereka selalu tidur dalam pelukan satu sama lain, maklum namanya juga pengantin baru.Almira harus mengeluarkan ray
"Nisa, kamu bisa hubungi si Abah?" Miranda bertanya kepada teman masa lalu yang kini kembali terhubung."Emang mau ngapain?" tanya Nisa."Nanya lagi! Aku lagi butuh uang Nis, butuh banget, emang kamu nggak pengen dapat komisi gede lagi?""Pengenlah, ya udah aku hubungi Abah dulu, misal Abah mau, emang mau ketemuan di mana?""Di rumah gue aja!" jawab Miranda."Hah, nggak bakalan Abah mau, dia mah anti di daerah nggak dikenal, maunya daerah netral, emang ngapain di rumah lu Mir? Nggak di hotel kemaren aja?" "Maksudku datang ke rumahku aja, sekalian aku lagi mau minta tolong jual diamond ku, kali ini mungkin semua akan aku jual, Nis.""Kapan Mir? Sekalian aku bilang harinya kalau dia tertarik," walau perkataannya seolah-olah semua tergantung Abah, tapi Nisa berjanji akan berjuang membuatnya berhasil, lumayan komisinya bisa buat dana cadangan 2-3 bulan."Hari ini Nis, kalau bisa sekarang! waktuku nggak banyak Nis!" jawab Miranda."Hah? Kamu kira kalian mau janjian pergi Panti Asuha
Setelah beberapa langkah mendadak Miranda berhenti, " bilang sama Bos kamu yang brengsek itu, jangan takabur, lihat aja, aku bakal bikin Bastian kembali padaku."'Oalah, ibu Almira sama Tuan Bastian to? Pantesan sudah berkali-kali, tiap ada masalah, Pak Bastian seperti orang geram yang ingin segera menyelamatkan ibu,' batin Sheila.Sheila tahu Tuan Bastian itu nasabah solitaire, tapi akhir-akhir ini memang sering datang dan masuk ruangan ibu.Miranda bergegas keluar dari Bank Asia dengan perasaan kesal yang hampir mencapai ubun-ubun, dia heran sekali kenapa semua yang dikerjakannya selalu gagal, dan mendatangkan masalah.Berada di jalan raya, Miranda memacu mobilnya untuk mengeluarkan kekesalannya, dia ingin tahu apa aktivitas sederhana seperti ngebut di jalan juga akan gagal, hanya karena dia yang memegang setir? Miranda ingin berteriak tapi tidak tahu apa yang harus diteriakkan nya, rasanya dadanya penuh sesak. Miranda merasa hidup sungguh tidak bersahabat dengannya, Mirand
Abah yang sudah tahu seberapa liarnya Miranda, tidak membuang-buang waktu, Abah mendorong dengan kuat, keras dan kasar hingga Miranda menggeliat menabrak cermin di belakangnya.Miranda dan Abah tidak peduli dengan cermin dan sekitarnya, yang ada mereka ingin menuntaskan gairah yang sudah membumbung tinggi, Abah menarik lepas gaun Miranda melalui kepala, hingga sekarang Miranda tak dibalut sehelai benangpun, terbebas dari semua kekangan peradapan.Miranda semakin liar meliukkan badannya dengan sengaja hingga dua bukit miliknya yang luar biasa besar itu melonjak-lonjak, Abah membenamkan diri berkali-kali.Abah semakin gila melihat keliaran Miranda, mereka berdua bergerak begitu bebas hingga akhirnya mereka sampai di tepi jurang gairah dan dengan hantaman terakhir mereka melayang jatuh dan jatuh lagi.Setelah sama-sama puas, Abah menyandarkan kepala di kaca meja rias sedangkan Miranda bersandar kepadanya."Kau butuh uang berapa untuk saat ini?" tanya Abah pada wanita kaya di hadapan
Almira melepaskan diri dengan perlahan, kemudian bangkit berdiri sebelum sempat berbisik di telinga Bastian, "aku akan menjaga diriku dan anak-anakmu hingga nanti kami akan kembali padamu dalam keadaan utuh, tidak kurang suatu apapun, ok sayangku?" Bastian melihat kekasih hatinya berlalu, masuk ke kamar mandi.'ada yang belum aku ceritakan padamu Ra,' batin Bastian.Bastian merasa dia harus segera menceritakan tentang pengawalan diam-diam, tentang pria bertato!Dia yang pernah menyuruh Almira berjanji jangan ada rahasia apapun di antara mereka, tapi dia sendiri masih menyimpan sesuatu.Nanti malam, setelah kejutan ulang tahun Istrinya, dia akan menceritakan semuanya, minimal garis besarnya saja, asal Almira sudah tahu... kalau dia tidak setuju baru mereka harus duduk bersama.Banyak kemauan dan pendapat Almira yang selalu disetujui oleh Bastian, tapi kalau tentang pengamanan, tidak ada toleransi. Bagi Bastian itu mutlak untuk melindungi 3 orang tak tergantikan dalam hidupnya.Alm
Begitu mobil memasuki halaman, Almira melihat Bastian sudah menunggunya di teras.Almira tidak tahu, betapa Bastian begitu geram sekaligus gemetar menerima berita si gendut gila itu menghadang dan berusaha memukul Almira-nya.Sejak itu Bastian sudah menunggu kedatangan Almira."Ngapain nunggu di sini, Dad?" Kata Almira sambil memeluk pinggang Bastian, yang ditanya malah diam, jadi Almira kembali memandang suaminya.Bastian mengangkat tangannya dan membelai wajah jelita istrinya, dalam hati Bastian bertanya kenapa akhir-akhir ini banyak sekali muncul kejanggalan dan hal-hal aneh yang membahayakan."Sayang.. ayok masuk, ada yang mau aku tanyakan!" kata Almira.Bastian sudah mengira pasti Almira akan menanyakan tentang pengawal yang membantunya.'shitt, kenapa nggak dulu-dulu aku memberitahukan hal ini!' Walaupun begitu dia bersyukur pengawal itu berhasil menolong Almira dari si gendut gila itu. "Aku tahu apa yang akan kamu tanyakan Ra!"Almira memandang Bastian dan kemudian menguta
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala