Almira melepaskan diri dengan perlahan, kemudian bangkit berdiri sebelum sempat berbisik di telinga Bastian, "aku akan menjaga diriku dan anak-anakmu hingga nanti kami akan kembali padamu dalam keadaan utuh, tidak kurang suatu apapun, ok sayangku?" Bastian melihat kekasih hatinya berlalu, masuk ke kamar mandi.'ada yang belum aku ceritakan padamu Ra,' batin Bastian.Bastian merasa dia harus segera menceritakan tentang pengawalan diam-diam, tentang pria bertato!Dia yang pernah menyuruh Almira berjanji jangan ada rahasia apapun di antara mereka, tapi dia sendiri masih menyimpan sesuatu.Nanti malam, setelah kejutan ulang tahun Istrinya, dia akan menceritakan semuanya, minimal garis besarnya saja, asal Almira sudah tahu... kalau dia tidak setuju baru mereka harus duduk bersama.Banyak kemauan dan pendapat Almira yang selalu disetujui oleh Bastian, tapi kalau tentang pengamanan, tidak ada toleransi. Bagi Bastian itu mutlak untuk melindungi 3 orang tak tergantikan dalam hidupnya.Alm
Begitu mobil memasuki halaman, Almira melihat Bastian sudah menunggunya di teras.Almira tidak tahu, betapa Bastian begitu geram sekaligus gemetar menerima berita si gendut gila itu menghadang dan berusaha memukul Almira-nya.Sejak itu Bastian sudah menunggu kedatangan Almira."Ngapain nunggu di sini, Dad?" Kata Almira sambil memeluk pinggang Bastian, yang ditanya malah diam, jadi Almira kembali memandang suaminya.Bastian mengangkat tangannya dan membelai wajah jelita istrinya, dalam hati Bastian bertanya kenapa akhir-akhir ini banyak sekali muncul kejanggalan dan hal-hal aneh yang membahayakan."Sayang.. ayok masuk, ada yang mau aku tanyakan!" kata Almira.Bastian sudah mengira pasti Almira akan menanyakan tentang pengawal yang membantunya.'shitt, kenapa nggak dulu-dulu aku memberitahukan hal ini!' Walaupun begitu dia bersyukur pengawal itu berhasil menolong Almira dari si gendut gila itu. "Aku tahu apa yang akan kamu tanyakan Ra!"Almira memandang Bastian dan kemudian menguta
"Bos, pesanan mobil sport & mawar peachnya sudah datang, mau langsung ditata?""Yap," jawab Bastian pelan, karena di belakangnya ada Almira yang sedang bermain dengan anak-anak. "Sekarang?" kembali Samuel bertanya."Iya lah!" jawab Bastian kalem."Tumben jawabnya kalem? Lagi bahagia ya, dapet "jackpot" dari istri tercinta?" ledek Samuel.Bastian seketika tersenyum teringat kejadian tadi pagi sepulang Almira mengantar anak-anak sekolah, dia memang terima "jackpot" meminjam istilah Samuel, kalau istilah Almira "terapi cinta"."Memang biasanya gue jawab apa?" tanya Bastian ingin tahu jawaban Samuel."Biasanya kalau gue nanya: sekarang? Lu langsung jawab: nggak.. besok! Gimana sih, ya sekarang, kepala lu peyang!" Serempak mereka tertawa bersama."Oke Bos, gue langsung mantau di lapangan, biar mereka menata semuanya persis keinginan Bos Besar!""Oke, thank you, Sam.""Inget aja, masa sekarang milikmu, some day kau harus membayar kembali semua kerumitan ini.""Aku akan dengan senang h
"Kau lihat Ra, kau sudah siap, kau pun bisa merasakan aku pun sudah sangat siap, tapi kita belum bisa bersatu karena ada penghalang, ada anak-anak, jadi kita harus bertahan sementara, itu bikin gairah kita semakin membumbung kan Ra, rasanya tak tertahankan kan?" Bisikkan Bastian makin memancing gairah mereka."Lihat gerakanmu mulai tak terkendali, ini AFRODISIAK yang kita ciptakan sendiri Ra, yang akan membuat gairah kita sema kin menggila, see?" Bastian berbisik sambil mencium, tangannya tak berhenti mengusap semakin cepat 'tubuh' indah istrinya, yang semakin mendesakkan tubuh indahnya ke belakang, berusaha memposisikan dirinya untuk suaminya."Dad..Bast..!" Almira makin mendorong ke belakang sambil mulai terisak."Sstt sabar sweetheart, waktunya belum tiba!""Dadddd...""Sabar sayang, sabar sebentar lagi, aku akan memberikan apa yang kamu mau, tahan, Sayang." Kalimat dan tangan Bastian berbanding terbalik, bibirnya bilang sabar tapi tangan Bastian mengus
Setelah mereka berenang, mereka mandi bersama, kemudian mereka beristirahat dengan perasaan puas di tempat tidur yang semua mawarnya sudah di singkirkan. Bersama mereka duduk di kepala tempat tidur, Bastian memeluk bahu Almira.Saat itulah Bastian menyerahkan sebuah kotak terbuat dari kayu jati, nampak seperti kotak upeti raja-raja dalam ukuran kecil."Dad, cukup! Tubuh dan hatiku sudah bukan milikku lagi, tidak ada lagi yang perlu kau senangkan," kata Almira memohon setengah bercanda.Bastian tersenyum mesra."Kau harus menerimanya, agar kau selalu ingat bahwa suamimu sangat menyayangimu dan 2 bidadari kecil yang menggemaskan itu, aku akan berusaha membahagiakan kalian dengan semua yang kumiliki." Kalimat Bastian terdengar seperti janji di telinga Almira.Almira tahu, kalau menolak pemberian yang berhubungan dengan uang, bisa sangat berabe, jadi Almira memutar kunci peti kayu tersebut, mengangkat penutupnya, dan melihat isinya, ada 3 benda di dalamnya.Satu, sertifikat rumah i
Almira membawa kopi buatannya, kini mereka duduk berempat.Almira sendiri hanya minum segelas juice jeruk, kemudian bersiap untuk ke kantor.Almira memakai blazer hitam melengkapi gaun kuning pucatnya, setelah mengambil tas kantor, Almira menghampiri meja makan, pamit sama Mr Philip dan Samuel.Bastian berdiri untuk mengantar istrinya ke mobil.Di ruang tengah yang sepi, Bastian menghentikan istrinya, memeluk pinggangnya dan mengecup pelipis istrinya."Pasti hari ini kamu bakal sibuk sekali, jadi jangan sampai sampai lupa habis makan siang minum suplemennya." Bastian mengingatkan sambil menyisipkan rambut Almira ke belakang telinganya.Almira tersenyum lebar dan menekan hidung Bastian dengan telunjuknya."Siapa yang habis opname coba? Kebalik pesannya, harusnya aku yang ngingetin kamu, Dad."Bastian melepaskan tangan kanannya dari pinggang Almira dan menyisipkannya di antara tubuh mereka yang berhimpitan untuk mengelus perut istrinya."Aku hanya ingin berjaga-jaga, siapa tahu anak
Sepeninggal Iwan, Samuel masih berdiri di tempatnya ketika dia merasa ada seseorang di sebelahnya. "Dia belum tahu siapa yang diajaknya berperang, dia kira bos gue jadi miliader hasil undian? Sembarangan!" Gumam cewek di samping Samuel.Samuel membalikkan badannya dan melihat si cewek yang sedang geram."Biasa aja Van, kenapa sampai sewot gitu?" tanya Samuel."Habis, ngomong kayak klien dia aja yang bener, kalau ada yang berantem sama bos gue ya, pasti orang itu yang salah, bukan bos gue!" Masih menggebu-gebu Vanya, sekretaris Bastian membela bos-nya.Samuel tersenyum melihat sekretaris yang biasa kalem dan tenang ini, sampai kapan hari saat tengah malam disuruh jaga Almira, waktu Almira belum sadar pun Vanya masih sangat tenang."Karyawan dia pasti juga pendapatnya gitu Van, belain bos-nya sendiri kan?""Nggak semua gitu, Pak Sam! Banyak yang ngejelekkin bos-nya sendiri, kalau memang bos-nya nggak bener!" Kali ini suara Vanya sudah mulai turun nadanya.Samuel ingin memperpanjan
Almira keluar saat Vanya sedang mengetik sesuatu di ponselnya."Hai Vanya.""Eh Ibu ..hm Bu Almira," Vanya gelagapan karena tidak mengira Bu Almira datang saat dia sedang mengotak-atik handphonenya."Lagi ngapain Vanya?""Lagi mau pesan makanan dari online Bu Almira.""Nah kebetulan Van, ayo temani aku, kita makan di kantin yuk!"Vanya terdiam dan melihat ibu Almira yang sedang menjulang dengan cantiknya di hadapannya."Maksud ibu mau makan di kantinnya kita?""Iya di kantinnya kita, di sini katanya makanannya lumayan lengkap.""Iya sih, dan ada yang enakkk banget juga, tapi .. atau begini aja Bu, Vanya ke kantin Vanya fotoin semua.. terus Vanya kirim ke wa-nya Ibu.""Kok sama dengan usulnya Bapak, pasti kamu udah dapat pesan dari Bapak ya?""Pak Samuel, Bu?" tanya Vanya.Setelah melihat ekspresi Almira, Vanya sadar dia salah sebut memang sejak tadi yang ada di pikirannya hanya Samuel."Upss .. emmm maksud saya Pak Bastian, Bu?" Vanya berusaha tidak terlihat gugup.Almira tersenyum