Sepeninggal Iwan, Samuel masih berdiri di tempatnya ketika dia merasa ada seseorang di sebelahnya. "Dia belum tahu siapa yang diajaknya berperang, dia kira bos gue jadi miliader hasil undian? Sembarangan!" Gumam cewek di samping Samuel.Samuel membalikkan badannya dan melihat si cewek yang sedang geram."Biasa aja Van, kenapa sampai sewot gitu?" tanya Samuel."Habis, ngomong kayak klien dia aja yang bener, kalau ada yang berantem sama bos gue ya, pasti orang itu yang salah, bukan bos gue!" Masih menggebu-gebu Vanya, sekretaris Bastian membela bos-nya.Samuel tersenyum melihat sekretaris yang biasa kalem dan tenang ini, sampai kapan hari saat tengah malam disuruh jaga Almira, waktu Almira belum sadar pun Vanya masih sangat tenang."Karyawan dia pasti juga pendapatnya gitu Van, belain bos-nya sendiri kan?""Nggak semua gitu, Pak Sam! Banyak yang ngejelekkin bos-nya sendiri, kalau memang bos-nya nggak bener!" Kali ini suara Vanya sudah mulai turun nadanya.Samuel ingin memperpanjan
Almira keluar saat Vanya sedang mengetik sesuatu di ponselnya."Hai Vanya.""Eh Ibu ..hm Bu Almira," Vanya gelagapan karena tidak mengira Bu Almira datang saat dia sedang mengotak-atik handphonenya."Lagi ngapain Vanya?""Lagi mau pesan makanan dari online Bu Almira.""Nah kebetulan Van, ayo temani aku, kita makan di kantin yuk!"Vanya terdiam dan melihat ibu Almira yang sedang menjulang dengan cantiknya di hadapannya."Maksud ibu mau makan di kantinnya kita?""Iya di kantinnya kita, di sini katanya makanannya lumayan lengkap.""Iya sih, dan ada yang enakkk banget juga, tapi .. atau begini aja Bu, Vanya ke kantin Vanya fotoin semua.. terus Vanya kirim ke wa-nya Ibu.""Kok sama dengan usulnya Bapak, pasti kamu udah dapat pesan dari Bapak ya?""Pak Samuel, Bu?" tanya Vanya.Setelah melihat ekspresi Almira, Vanya sadar dia salah sebut memang sejak tadi yang ada di pikirannya hanya Samuel."Upss .. emmm maksud saya Pak Bastian, Bu?" Vanya berusaha tidak terlihat gugup.Almira tersenyum
"Emang ada apa dengan Samuel, Al?""Lha, kan aku yang nanya Van, kamu yang cerita tentang kamu dan Samuel."Jangan-jangan selain pinter, cantik dan baik hati, kekasih bos ini punya kemampuan membaca pikiran, batin Vanya.Belum sempat Vanya menjawab, terdengar suara Almira."Van, kok minumnya belum datang? kepedasan Van!"Mendengar perkataan Almira, sendok Vanya yang sedang dalam perjalanan masuk mulut terhenti di udara.Ya ampun!"Al, kita belum pesen minum kan?" Kemudian mereka berdua tertawa bersama, Vanya berdiri dan cepat cepat mengambil sendiri minuman dari lemari pendingin yang ada di samping kasir.Tapi semua minuman tidak ada yang dingin."Mbak Sri, ini masih lemari pendingin kan, kok minumannya hangat?" Teriak Vanya pada Sri, pelayan kantin yang paling lucu.Sri yang tahu sedang kedatangan orang penting, tergopoh-gopoh mencari minuman dingin tapi tetap semua yang dipegangnya hangat.Sri yang memang gampang gopoh, kali ini panik! "Mbak Vanya iku ibu'e bos kan, piye iki.
Tiba-tiba telepon berdering.Bastian tidak menyalakan speaker, dia langsung mengangkatnya."Hallo.""Pak, maaf ini ada telepon dari Mr Roberto," kata Vanya."Iya sambungkan, Van." Untunglah ada urusan mendadak ini, semoga bisa mengalihkan perhatiannya."Baik Pak," jawab Vanya.Kemudian Bastian membahas perusahaannya yang baru berjalan di Singapura, sehubungan dengan limbah yang dihasilkan, pemerintah ingin perusahaannya menjadi salah satu perusahaan percontohan yang ramah lingkungan.Setelah panjang lebar tanpa terasa mereka membahas berbagai hal hingga hampir 1 jam lamanya, kemudian Bastian menutup teleponnya.Setelah itu Bastian memandang istrinya, dan mendapati istrinya tidur di sofa berbantalkan blazernya yang di gulung.Dari tarikan nafasnya sepertinya Almira tertidur pulas, kalau ini sepertinya bukan karena hormon, dari dulu istrinya orang yang paling gampang tertidur pulas, mungkin karena tidak menyimpan hati jahat, sehingga bisa tidur lelap tanpa beban.Pelan Bastian
Terlanjur basah, sudah separuh jalan, sekalian aja dia selesaikan, tiga malam dia akan tinggal di rumahnya sendiri, setelah itu mereka akan duduk bersama.Saat itu Almira pasti sudah dapat memahami betapa rasa cinta yang mendorongnya melakukan semua ini. Kekuatan cinta akan memampukan kita untuk berjuang buat orang-orang yang kita cintai, walau harus melewati kesedihan yang dalam. Pertama, yang harus di beri pengertian adalah anak-anaknya terlebih dahulu.Hari ini anak-anak pun tidak seramai biasanya, mungkin karena sehabis pulang sekolah mereka sempat mampir ke mall bersama grandpa dan grandma-nya terlebih dahulu, sehingga mereka sudah pada kecapekkan.Bastian beranjak ke kamar anak-anak.Mereka masih bermain di karpet, kemudian Bastian duduk di karpet dan memeluk kedua putrinya."Binta dan Saras, inget waktu Daddy pergi ke Singapura?" tanya Bastian.Dua bidadari kecil itu mengangguk."Nah, sekarang Daddy mau pergi lagi, Daddy minta Binta dan Saras jangan bikin Mommy sedih ya,
Dari kemaren pesan yang masuk memang aneh, tapi Almira mengira itu adalah ancaman terhadap dirinya, bukan terhadap Bastian dan anak-anak.Pesan pertama ....21.00 wib,[Pertama, jangan blokir nomorku kalau tidak ingin menanggung akibatnya]Selanjutnya setiap 3 jam ada pesan yang masuk, selalu hanya 1 pesan saja tapi berkaitan.. seakan si pengirim bisa membaca pikirannya. 23.00 wib,[Jangan bilang siapapun tentang ini]01.00 wib,[Jangan gegabah, pikirkan]03.00 wib,[Aku tidak akan menyakitimu]05.00 wib,[Bukan KAU sasaranku]Sampai di sini Almira mulai berpikir apa mungkin ini berkaitan dengan bank tempatnya bekerja? Mereka ingin tahu kombinasi brankas besar valuta asing? Kombinasi lemari besi obligasi? Atau apa lagi yang mungkin? 07.00 wib,[Biarkan mereka pergi, jangan libatkan orang tuamu]Almira mulai gemetar, mereka tahu ada orang tua di rumahnya, hanya mereka tidak tahu kalau itu mertuanya.Walaupun begitu mereka sudah sangat dekat hingga bisa mengawasinya sedemikian rupa
Almira meletakkan telepon dengan airmata meleleh di pipinya.Dia begitu rindu mendengar suara Bastian, terlebih saat ini, dia ingin memberitahu Bastian tentang pesan-pesan yang diterimanya.Akhirnya Almira mengirim semua pesan ke ponsel Bastian, biar nanti kalau ponselnya sudah di charge Bastian bisa membaca semua pesannya.Kemudian Almira terdiam menjelang pukul 3, menunggu dengan berdebar pesan selanjutnya.15.00 wib,[Keluar sekarang ke Basemen 1]Almira bingung harus bagaimana ini, mobilnya biasa parkir di Basemen 2 jadi Almira tidak beranjak ke manapun.Kembali Almira meneruskan pesan itu ke Bastian disertai kalimat yang diketik dengan gugup "Dad, tolong beritahu apa yang harus aku lakukan..."15.10 wib,[Ingat saat Bastian celaka? Aku akan membuat kondisinya lebih parah jika kau membangkang]Keringat dingin membasahi seluruh tubuh Almira 15.20 wib,Kali ini yang dikirim video anak-anaknya sedang bermain di halaman sekolah.[Rela mengorbankan mereka?]15.25 wib,Berikutnya
Hanya satu kalimat membuatnya melompat ke mobil, sesuatu terjadi!"Bast, titip Binta dan Saras, i love you till last breath, .... please forgive me, Bast." Pesan Almira berulang-ulang terbayang di otak Bastian.Bastian melarikan mobil seperti kesetanan, pandangannya kabur, dia menerobos lampu merah, melanggar batas kecepatan, dia tidak memperdulikan keselamatan, whatever asal dia segera sampai di rumah Graha.Sampai di halaman, Bastian mengerem dan melompat bersamaan, kemudian berlari menuju pintu yang masih terbuka. Rumah terang benderang!Apa yang ditakutkannya terjadi...Sampai di pintu Bastian mematung, dia melihat Samuel, Aydan, Suryo, anak-anak dan Ning yang tertidur di sofa, dan dua pengawal yang dia tidak kenal."Nyonya tidak bersama, Tuan?" tanya Aydan datar.Bastian menggeleng pun tidak mampu! Maatanya nanar...Bastian berjalan melewati mereka semua, masuk ke kamar tidurnya, dia berharap ini hanya mimpi buruk dan saat dia terbangun ternyata semua baik-baik saja, semoga