Ryan White, penerima penghargaan pria paling seksi, lajang paling diminati, dan masih banyak lagi gelar yang berhasil di dapatkan oleh penyanyi nomor satu di Amerika ini.Pujaan jutaan wanita tua dan muda itu saat ini sedang menghabiskan hari-harinya dengan bertanya-tanya siapa sebenarnya si pengirim pesan gelap padanya. Awalnya dia mengira satu dari teman prianya yang usil, tapi sepertinya bukan.Dia bukan orang yang menutup diri, tapi memang dari awal dia sudah sangat tertarik dengan wanita Asia itu.Kini di mansionnya yang super mewah, ada dua fotonya saat sedang bersama pujaannya itu, foto yang diambil tanpa wanita Asia itu tahu! Foto pertama saat mereka berpelukkan di mall, dan foto kedua saat mereka menari bersama.Kalau orang melihat foto itu, pasti tidak menyangka bahwa foto itu bukan pasangan kekasih, bahkan si wanita tidak mengenal si pria.Dua foto itu dicetak super besar, dibingkai dan dia tempel di kamarnya yang super luas. Satu-satunya tempat yang privacynya te
KOSONG....Kamar kosong!Tempat tidur pasien rapi!Kemana pasiennya? Ryan mengeluarkan ponselnya dan menelepon managernya ."Jack, dimana penggemar yang ingin menemuiku, aku ke kamarnya tapi ranjangnya kosong," kata Ryan."Kalau begitu kamu cepetan balik aja, sebelum kedatanganmu tercium paparazi, jangan-jangan itu jebakan mereka Ry!" "Kalau bukan jebakan? Aku tidak ingin mengingkari janjiku, kau coba hubungi pihak rumah sakit, aku tunggu disini," perintah Ryan.Ryan menutup ponselnya dan akan beranjak ke jendela ketika dia dikejutkan oleh suara lirih seorang wanita."Please, tolong selamatkan aku, please."Ryan segera beranjak ke balik tirai tapi tidak ada siapapun."Hallo ..kau dimana?" Ryan berusaha memasang telinga untuk mencari sumber suara."Aku disini, aku tidak kuat...takut."Ryan mendekati asal suara, kemudian dia berjongkok dan menemukan seorang wanita meringkuk di bawah ranjang yang gelap."Kau bisa pegang tanganku?" tanya Ryan perlahan, dalam hati dia bertanya kenapa wani
Almira Mayangsari sedang berdiri dengan rambut basah, wajah bersih tanpa make up yang semakin menonjolkan kecantikannya, memakai hoodie Ryan yang hanya berakhir di paha, memperlihatkan kaki jenjang yang sangat indah."Aku lapar," kata Almira dalam bahasa Inggris, dia memandang mereka bergantian, dia tidak tahu yang mana yang menggendongnya, ingatannya seperti roller coaster yang berputar-putar dengan kecepatan tinggi, banyak bayangan yang tumpang tindih."Aku akan memuaskan rasa laparmu terhadap apapun, apapun! Katakan saja," kata Lucas sambil berjalan maju."Diamlah Luc, jaga mulutmu!""Harusnya aku yang menemukannya! aku setiap hari berada di rumah sakit hampir 18 jam sehari bahkan kadang tidak pulang, sedangkan kau hanya berkunjung mungkin 1 tahun sekali, hanya beberapa menit dan kau yang menemukannya? Betapa tidak ada keadilan di dunia ini.""Mungkin kau yang menolak keadilan, kemaren-kemaren sudah terlalu banyak yang kau sakiti dan kau tolak," sela Ryan."Maksudmu?" "Yah mu
"Siapa namaku?""Almira Mayangsari." Jawab Ryan."Apakah kita...ehmm kita_" nampak Almira kebingungan mengutarakan pertanyaannya, kali ini Ryan menggeleng,"kita bukan kekasih, aku tertarik padamu, tapi kau tidak." Kata Ryan, Itulah keadaan yang sebenarnya, seperti sebagian besar lagu yang diciptakannya tentang Almira.Sejak dia kembali dari Prancis, imajinasinya mengalir begitu deras, dia menciptakan belasan lagu cinta yang semuanya berujung kesedihan. "Terus kenapa kau datang menjemputku di rumah sakit?" tanya Almira."Kalau ingatanmu sudah pulih, dan itu pasti tidak lama lagi, baru kita akan membicarakannya, ok?"Almira merasa ada yang salah dengan ingatannya, kenapa dia bisa mengingat potongan-potongan gambar tapi tidak bisa menyambungkannya? Seharusnya kalau amnesia dia akan lupa semuanya bukan?** SATU BULAN KEMUDIANAlmira terbangun dan menggeliat dengan malasnya, ingatannya belum kembali tapi dia sudah bisa berdamai dengan dirinya, dia bisa menerima keadaannya dan akan s
Helicopter sudah siap mengantarkan mereka meninggalkan mansion, kembali ke kota, separuh perjalanan berikutnya menuju rumah sakit akan mereka tempuh dengan mobil.Setelah satu bulan tinggal bersama dengan Almira, Ryan terpikat semakin dalam. Almira begitu lembut, pintar dengan sense of humor yang cukup, membuat siapapun betah berada di samping Almira.Bahkan, sejak Almira tinggal di mansion, Lucas pun jadi pengunjung tetap yang selalu datang hanya untuk sekedar menyapa Almira. Almira tidak pernah menanggapi rayuan Lucas, jika ditanya Almira akan menghindar sebisanya. Pernah suatu ketika Almira meninggalkan Lucas sambil bergumam, "malas bahas itu terus, kalau nggak ganti topik, mending aku tinggalin kamu sendiri."Mendengar omelan Almira terpaksa Lucas menyudahi rayuannya.. untuk sementara.Ryan belum menceritakan apapun pada Almira, karena dia berjanji saat ingatan Almira sudah kembali, baru dia akan menceritakan semuanya, termasuk status Almira yang sebenarnya. Hanya saja Ry
Satu bulan telah berlalu, Bastian masih mencari tak kenal lelah, berjuang dengan berbagai cara, Bastian selalu berkata, "Almiraku masih hidup, aku akan menemukannya!" Mereka berusaha berjuang dengan berbagai cara, melalui aparat hukum, menyewa agen paling top juga sudah, menyebarkan regu pencari yang pro, tapi jejak Almira seperti hilang di telan bumi.Bastian menjadi pribadi yang berbeda! Dulu dia dikenal sebagai miliader muram, julukan itu tidak ada apa-apanya dibanding saat ini, jauh lebih muram, sangat pendiam dan semakin murung!Bastian tak pernah berhenti menyesali dirinya, menyesali kebodohannya, kalau dia tidak memaksa dirinya begitu rupa, mungkin dia bisa menolong istrinya.Almira tidak sampai berhasil dipancing untuk mengorbankan dirinya.Tidak adanya tuntutan dan permintaan tebusan meninggalkan tanda tanya besar bagi aparat keamanan dan mereka semua, walaupun sampai kini mereka masih berusaha menemukan detail kecil yang mungkin terlewat.Serapi-rapinya seseorang m
Dia melihat pria yang menghampirinya adalah pria yang diejeknya di lapangan parkir sekolahan anak mereka, ASTAGA!"Itu pria yang akan kita temui?" tanya pengacara di sebelah si gendut."Iya," jawab si gendut ragu."Katamu kenal baik dengan pemilik perusahaan ini, kenapa dia terlihat marah?"Si gendut hanya mengangkat bahu."Kau bilang mau mengadu wali murid itu dengan pemilik perusahaan ini? Kok Jadi membingungkan begini?" Si gendut tidak menjawab, dia sedang menenangkan hatinya.Mungkinkah mereka kembaran? Karena yang di sekolah begitu tenang dan sabar, yang sedang berjalan ke arahnya ini wajahnya menakutkan, seakan ingin membunuhnya."Kau ingin bertemu denganku?" Bastian bertanya tanpa duduk, tanpa basa-basi.Pengacara yang datang bersamanya seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi karena melihat Bastian mengangkat tangannya, menyuruhnya diam."Aku bertanya padamu, kau mencariku?"Kembali Bastian bertanya, kali ini dengan kedua kaki terbuka lebar dan tangan terlipat di depa
Ryan dan Almira kembali ke Mansion dalam diam, mereka tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.Kemudian terdengar suara Ryan White memecah kesunyian."Kau mau aku membawamu ke dokter?"Almira menggeleng."Membeli alat tes kehamilan?""Aku tidak mungkin hamil, dengan siapa?" Almira merasa stress, kalau benar dia hamil, siapa ayah bayinya?Ryan merasa ragu-ragu, dia ingin segera memberitahukan bahwa Almira bersuami dan baru selesai berbulan madu, tapi dia tidak tahu apa yang sudah terjadi di antara rentang waktu honeymoon sampai saat mereka bertemu kembali.Dia tidak boleh gegabah, dia harus melindungi Almira dari si pengirim pesan, sebaik-baiknya pengirim pesan itu karena tidak melukai Almira, tetap jahat karena memisahkan Almira dari suaminya.Kalau dia memberi tahu Almira sekarang, Almira akan semakin stress, karena ingatannya belum kembali.Biarlah Almira tenang dulu dengan lingkungan mansion dan orang-orang disekitar yang mulai dikenalnya."Kenapa kamu mengiyakan permintaan Grand
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala