"Siapa namaku?""Almira Mayangsari." Jawab Ryan."Apakah kita...ehmm kita_" nampak Almira kebingungan mengutarakan pertanyaannya, kali ini Ryan menggeleng,"kita bukan kekasih, aku tertarik padamu, tapi kau tidak." Kata Ryan, Itulah keadaan yang sebenarnya, seperti sebagian besar lagu yang diciptakannya tentang Almira.Sejak dia kembali dari Prancis, imajinasinya mengalir begitu deras, dia menciptakan belasan lagu cinta yang semuanya berujung kesedihan. "Terus kenapa kau datang menjemputku di rumah sakit?" tanya Almira."Kalau ingatanmu sudah pulih, dan itu pasti tidak lama lagi, baru kita akan membicarakannya, ok?"Almira merasa ada yang salah dengan ingatannya, kenapa dia bisa mengingat potongan-potongan gambar tapi tidak bisa menyambungkannya? Seharusnya kalau amnesia dia akan lupa semuanya bukan?** SATU BULAN KEMUDIANAlmira terbangun dan menggeliat dengan malasnya, ingatannya belum kembali tapi dia sudah bisa berdamai dengan dirinya, dia bisa menerima keadaannya dan akan s
Helicopter sudah siap mengantarkan mereka meninggalkan mansion, kembali ke kota, separuh perjalanan berikutnya menuju rumah sakit akan mereka tempuh dengan mobil.Setelah satu bulan tinggal bersama dengan Almira, Ryan terpikat semakin dalam. Almira begitu lembut, pintar dengan sense of humor yang cukup, membuat siapapun betah berada di samping Almira.Bahkan, sejak Almira tinggal di mansion, Lucas pun jadi pengunjung tetap yang selalu datang hanya untuk sekedar menyapa Almira. Almira tidak pernah menanggapi rayuan Lucas, jika ditanya Almira akan menghindar sebisanya. Pernah suatu ketika Almira meninggalkan Lucas sambil bergumam, "malas bahas itu terus, kalau nggak ganti topik, mending aku tinggalin kamu sendiri."Mendengar omelan Almira terpaksa Lucas menyudahi rayuannya.. untuk sementara.Ryan belum menceritakan apapun pada Almira, karena dia berjanji saat ingatan Almira sudah kembali, baru dia akan menceritakan semuanya, termasuk status Almira yang sebenarnya. Hanya saja Ry
Satu bulan telah berlalu, Bastian masih mencari tak kenal lelah, berjuang dengan berbagai cara, Bastian selalu berkata, "Almiraku masih hidup, aku akan menemukannya!" Mereka berusaha berjuang dengan berbagai cara, melalui aparat hukum, menyewa agen paling top juga sudah, menyebarkan regu pencari yang pro, tapi jejak Almira seperti hilang di telan bumi.Bastian menjadi pribadi yang berbeda! Dulu dia dikenal sebagai miliader muram, julukan itu tidak ada apa-apanya dibanding saat ini, jauh lebih muram, sangat pendiam dan semakin murung!Bastian tak pernah berhenti menyesali dirinya, menyesali kebodohannya, kalau dia tidak memaksa dirinya begitu rupa, mungkin dia bisa menolong istrinya.Almira tidak sampai berhasil dipancing untuk mengorbankan dirinya.Tidak adanya tuntutan dan permintaan tebusan meninggalkan tanda tanya besar bagi aparat keamanan dan mereka semua, walaupun sampai kini mereka masih berusaha menemukan detail kecil yang mungkin terlewat.Serapi-rapinya seseorang m
Dia melihat pria yang menghampirinya adalah pria yang diejeknya di lapangan parkir sekolahan anak mereka, ASTAGA!"Itu pria yang akan kita temui?" tanya pengacara di sebelah si gendut."Iya," jawab si gendut ragu."Katamu kenal baik dengan pemilik perusahaan ini, kenapa dia terlihat marah?"Si gendut hanya mengangkat bahu."Kau bilang mau mengadu wali murid itu dengan pemilik perusahaan ini? Kok Jadi membingungkan begini?" Si gendut tidak menjawab, dia sedang menenangkan hatinya.Mungkinkah mereka kembaran? Karena yang di sekolah begitu tenang dan sabar, yang sedang berjalan ke arahnya ini wajahnya menakutkan, seakan ingin membunuhnya."Kau ingin bertemu denganku?" Bastian bertanya tanpa duduk, tanpa basa-basi.Pengacara yang datang bersamanya seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi karena melihat Bastian mengangkat tangannya, menyuruhnya diam."Aku bertanya padamu, kau mencariku?"Kembali Bastian bertanya, kali ini dengan kedua kaki terbuka lebar dan tangan terlipat di depa
Ryan dan Almira kembali ke Mansion dalam diam, mereka tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.Kemudian terdengar suara Ryan White memecah kesunyian."Kau mau aku membawamu ke dokter?"Almira menggeleng."Membeli alat tes kehamilan?""Aku tidak mungkin hamil, dengan siapa?" Almira merasa stress, kalau benar dia hamil, siapa ayah bayinya?Ryan merasa ragu-ragu, dia ingin segera memberitahukan bahwa Almira bersuami dan baru selesai berbulan madu, tapi dia tidak tahu apa yang sudah terjadi di antara rentang waktu honeymoon sampai saat mereka bertemu kembali.Dia tidak boleh gegabah, dia harus melindungi Almira dari si pengirim pesan, sebaik-baiknya pengirim pesan itu karena tidak melukai Almira, tetap jahat karena memisahkan Almira dari suaminya.Kalau dia memberi tahu Almira sekarang, Almira akan semakin stress, karena ingatannya belum kembali.Biarlah Almira tenang dulu dengan lingkungan mansion dan orang-orang disekitar yang mulai dikenalnya."Kenapa kamu mengiyakan permintaan Grand
Almira berbaring di kamarnya dengan diam, dia tahu kalau dia memaksa ingatannya maka yang ada zoonkk, tidak ada yang muncul.Hari ini sudah dua kali dia mengucapkan kata panggilan yang sama 'Dad' mungkin singkatan dari Daddy? Kalau dia sudah bersuami kenapa dia nggak pakai cincin pernikahan, apa ada yang mengambilnya? Kalau diambil pun setelah lama di pakai pasti ada bekasnya kan? Kecuali dia jarang memakainya? Tapi siapa yang mengambil? Dalam ingatan yang tumpang tindih tidak ada gambar adegan kekerasan, lalu apa yang sebenarnya terjadi? Sejak dia menyebut nama 'Dad' Almira tahu ada seorang pria yang istimewa di luar sana, walaupun ingatannya belum pulih, tapi terpisah dari nalarnya Almira bisa merasakan hatinya menghangat saat mulutnya mengucapkan 'Dad'.Lebih baik dia melakukan apa kata Ryan, tidak memaksakan ingatannya.Almira memikirkan Ryan, sosok penolong yang sangat baik hati, tulus, tenang dan tidak setengah-setengah jika menolong orang lain, syukurlah aku ditemukan olehn
Setelah mengantar anak-anak, Bastian langsung berangkat ke kantor.Di jalan Bastian sempatkan menelepon Suryo, agar segera berangkat ke sekolah, menunggu anak-anak, karena nanti mereka pulang lebih cepat."Berangkat sekarang ya Pak, nunggu di halaman sekolah aja, siapa tahu mereka keluar lebih cepat dari jadwal!"Hari ini dia merasa gelisah, perasaannya tidak enak, seakan ada sesuatu yang akan terjadi.Semoga itu akan menjadi jalan yang membawanya menuju kepada istrinya.Cepat-cepat dia menghubungi Aydan."Aydan, monitor anak-anak, hari ini mereka pulang cepat, Suryo yang jemput!" "Yes, Sir." Kemudian Bastian menutup teleponnya dan kembali memperhatikan lalu lintas.Sampai di kantor, Bastian memarkir mobilnya di tempat biasa, memberikan kuncinya kepada Donni yang sudah menunggu seperti biasa, kemudian dia berjalan menuju ke ruangannya.Sambil berjalan Bastian merasa seperti ada yang beda, suasana sangat lengang, padahal biasa terdengar canda tawa dari karyawan-karyawannya yan
"Al, besok Grandma mau datang.""Oke, nanti aku siapin kamarnya.""Suruh pelayan Al, jangan siapin sendiri!""Yah.. tambah bengkak Ry, kalau nggak gerak, ini aja udah segede gini," kata Almira menunjuk badannya yang sudah mulai membesar.Ryan white memandang Almira yang kehamilannya sudah memasuki bulan keempat, Almira sudah mulai gemuk, tapi kehamilan yang tidak heboh, tidak ada acara ingin makanan tertentu, atau ingin hal-hal yang aneh, semuanya biasa aja. Ryan sampai memborong semua buah yang ada di supermarket, dia minta mereka mengantar ke rumahnya masing-masing empat buah."Kenapa masing-masing empat?" tanya Almira sambil memandang Ryan."Bulan depan masing-masing lima." jawab Ryan."Hm bayangin kalau ntar sembilan bulan, kayak toko buah darurat, nggak usah beli lagi Uncle Ryan, aku nggak rewel kok," kata Almira sambil mengelus perutnya."Ibu hamil kan suka mendadak muncul keinginannya, kan kita jauh dari manapun, Al!""Tapi Ry..." Almira masih akan mendebat tapi Ryan sudah m