Setelah mengalami berbagai peristiwa, Almira dan Bastian merasa ikatan di antara mereka semakin kuat, walau banyak terjadi hal-hal yang cukup mengguncang tapi mereka dapat menyelesaikannya tanpa harus saling menyakiti dan meninggalkan luka di hati pasangan mereka.Almira bersyukur dia bertemu dengan pria yang begitu memahami dirinya dan anak-anak, dan menerima mereka semua dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka.Menurut Almira sangat amat mungkin bagi Bastian untuk mendapatkan wanita lajang tanpa beban dua anak dan lebih segala-galanya dari Almira, tapi ternyata Bastian bertahan dengan segala kerumitan yang dibawa oleh Almira dan kedua anaknya, sungguh luar biasa!Kemarin, saat akhirnya Almira tahu bahwa itu sebenarnya untuk surprise hari ulang tahunnya akhirnya mereka berdamai.Bastian ingin menunjukkan sertifikatnya saat itu juga tapi Almira menolak. Almira percaya suaminya tidak akan mengada-ada hanya karena ingin menyelamatkan diri, pasti rencananya memang ingin membe
Sesampai di kantor, Bastian menurunkan Almira, ada beberapa pasang mata yang mengikuti gerakan ibu jelita pejabat bank ternama itu.Tanpa berani berciuman mereka berpisah.Almira melangkah masuk ke gedung bank terbesar se-Asia itu."Selamat pagi Bu Almira." Sapa Sheila, sekretaris cekatan yang sudah bersamanya selama hampir dua tahun."Selamat pagi, sebenarnya sudah agak siangan ya, saya kesiangan, kan!""Ehm, bu tadi ada Pak Jack datang, terus setelah saya sampaikan Ibu belum datang beliau bilang mau naik dulu ke ruang Solitaire nanti kalau Ibu sudah datang saya disuruh menghubungi beliau lagi..gimana, Bu?" Sekretarisnya sangat mengerti keengganan dari atasannya untuk menemui Pak Jack yang sudah mengejar-ngejar atasannya sejak lama."Apa aja jadwalku mulai pagi hingga makan siang nanti? Kalau ada janji yang bisa dimajukan, kamu majukan saja dan nanti hubungi Pak Jack bilang saya tidak ada waktu kosong hari ini!" Dulu saja Almira sangat malas harus berhadapan dengan konglomera
Sepeninggal Miranda, Almira merasa energinya sudah merosot jauh.Dimulai dengan konglomerat playboy mati rasa dan ditambah kedatangan Miranda yang selalu mencari-cari hal yang nggak penting hanya untuk berbicara dengannya.Hadeuhh...Almira menelungkupkan kepalanya di meja, rasanya dia pengen pulang. Membayangkan wajah suaminya yang tampan, tenang dan sungguh memabukkan membuat Almira semakin malas melanjutkan harinya. Seandainya pagi tadi dia tidak terlambat pasti sekarang dia langsung pulang menemui kekasih hatinya, agar dapat mengobati kekesalan hatinya.'Oh ya ampun... sampai parfum Bastian pun bisa dibayangkannya dengan tepat, aromanya seperti nyata di hidungnya.Sangat nyata!' seru Almira dalam hati."Apa yang dilakukannya, Ra?" Almira terkejut setengah mati mendengar suara Bastian.Almira menengadahkan kepalanya dan bersandar di kursi sambil menatap wajah Bastian, kemudian berdiri dan menghampiri Bastian sambil bergumam,"Tuhan sayang padaku, Dia tahu aku butuh asupan gizi t
Miranda lah si pengirim pesan"Aku akan menandatangani berkas perceraian kita dengan satu syarat, hanya satu, temui aku di hotel Shark malam ini, kamar 907, kamu nggak datang perjanjian kita batal Beb, dan aku akan terus mempersulit perceraian kita!"Bastian akan membalas pesan itu saat muncul panggilan dari Miranda, sepertinya dia tidak sabar untuk meyakinkan dirinya bahwa Bastian sudah menerima pesannya."Sudah baca pesanku?" Tanya Miranda."Jam berapa?" Bastian membalas pertanyaan dengan pertanyaan. "Sekarang! Waktumu hanya 60 menit paling lama!""Beb__"Belum selesai kalimat Miranda, Bastian sudah mematikan ponselnya, dia segera menghubungi Almira, Aydan dan Samuel.Sambil menyetir mobilnya, Bastian langsung menelepon Almira, hanya 1 kali nada dering, sudah diangkat dan terdengar suara merdu istrinya."Ra, Miranda menelepon dan dia minta aku menemuinya si hotel Shark, aku tidak tahu apa yang direncanakannya, apapun yang kamu terima setelah detik ini, berita, gambar atau video,
Bastian langsung di bawa ke rumah sakit dan segera mendapat pertolongan pertama sambil dilakukan pemeriksaan lanjutan.Samuel tidak pernah meninggalkan Bastian sedetik pun, saat ini dia masih tidak yakin dengan keamanan lingkungan sekitar rumah sakit.Sambil menjaga Bastian, dia berkoordinasi dengan anak buahnya di lapangan, dan orang mereka yang ada di kepolisian, juga mengirim informasi untuk ayah Bastian.Ada satu hal yang meresahkan hati Samuel, tapi dia menyimpannya dalam hati, dia takut Bastian bangun dan melihat keresahannya, sedari tadi dia mencoba menghubungi Almira tetapi tetap tidak ada jawaban, Samuel sudah meninggalkan pesan tapi juga tidak ada respon dari Almira.Samuel sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengecek keberadaan Almira, tapi kata mereka, ibu Almira tidak ada di ruangan, lalu di mana? Tiba-tiba pintu ruangan kamar Bastian terbuka, dan masuklah dokter Julie yang merawat Bastian, sejak Bastian tiba.Seorang dokter wanita yang luar biasa tegas, bahkan p
Almira merasakan gerakan samar tangan Bastian yang digenggamnya, seperti berkedut pelan, Almira berdoa , semoga Bastian segera mendapat kekuatan untuk membuka matanya, menggerakkan tubuhnya.Setelah mengeluarkan isi hatinya dan mencucurkan air mata Almira merasa lebih lega, lebih ringan bernafas dan bisa lebih tegar dibanding saat awal dia mendengar Bastian dilarikan ke rumah sakit."Me too," terdengar suara yang sangat lirih menanggapi pernyataan Almira.Perlahan Almira menegakkan badannya dan seakan mimpi melihat mata Bastian yang sedang menatapnya."Sayang..?" Tanya Almira pelan, dia hanya bisa mengucapkan satu kata, sambil menghapus air matanya yang masih mengalir di pipi dan kini mengalir !bih deras."I love you," kata Bastian perlahan, kemudian melanjutkan,"Ra haus."Almira berdiri dan setengah berlari keluar ruangan mencari perawat atau dokter, saking senangnya Almira lupa ada bel, dia mau bertanya apa Bastian boleh minum air? Harusnya itu hal sederhana tapi saat ini ot
Malam itu Almira tidur di rumah sakit menemani Bastian. Bastian mengalami perkembangan pesat sejak mulai membuka matanya, bahkan Bastian sudah makan cukup banyak dan sudah 'bisa' memaksa agar Almira tidur disampingnya, tapi Almira menolak."Malu sama perawatnya, Sayang."" Ngapain malu, kan kamu istriku, Ra!""Malu, Dad. Udah aku tungguin aja sambil duduk di kursi ini, nanti kalau Daddy udah tidur, baru aku pindah ke bed penjaga.""Aku nggak bisa Ra.""Biasa juga bisa tidur! Pas nggak pelukan, Dad?""Kita nggak pelukan?" terdengar nada heran dalam suara Bastian. "Iya, pas nggak pelukan kok bisa tidur?""Kapan kita nggak pelukan, Ra? Nggak pernah, aku nggak bisa nyenyak kalau nggak peluk kamu, Ra."Almira berusaha mengingat saat mereka harus tidur terpisah di malam hari, beda kamar atau beda ranjang dan faktanya: Belum pernah satu malam pun mereka tidak bersama, mereka selalu tidur dalam pelukan satu sama lain, maklum namanya juga pengantin baru.Almira harus mengeluarkan ray
"Nisa, kamu bisa hubungi si Abah?" Miranda bertanya kepada teman masa lalu yang kini kembali terhubung."Emang mau ngapain?" tanya Nisa."Nanya lagi! Aku lagi butuh uang Nis, butuh banget, emang kamu nggak pengen dapat komisi gede lagi?""Pengenlah, ya udah aku hubungi Abah dulu, misal Abah mau, emang mau ketemuan di mana?""Di rumah gue aja!" jawab Miranda."Hah, nggak bakalan Abah mau, dia mah anti di daerah nggak dikenal, maunya daerah netral, emang ngapain di rumah lu Mir? Nggak di hotel kemaren aja?" "Maksudku datang ke rumahku aja, sekalian aku lagi mau minta tolong jual diamond ku, kali ini mungkin semua akan aku jual, Nis.""Kapan Mir? Sekalian aku bilang harinya kalau dia tertarik," walau perkataannya seolah-olah semua tergantung Abah, tapi Nisa berjanji akan berjuang membuatnya berhasil, lumayan komisinya bisa buat dana cadangan 2-3 bulan."Hari ini Nis, kalau bisa sekarang! waktuku nggak banyak Nis!" jawab Miranda."Hah? Kamu kira kalian mau janjian pergi Panti Asuha