Begitu sampai di depan rumah keluarga Hiraya, atmosfer yang ada di sekitar gadis itu seolah-olah berubah. Dia tampak tegang seketika, padahal beberapa menit lalu dia masih tertawa karena gurauan Ernest. "Tidak apa-apa, ayo turun!" Ernest menggenggam tangan Hiraya dan berusaha meyakinkannya. "Tapi, apa kita tidak terlalu mencolok? Kau bawa banyak bodyguard," balas Hiraya sembari menoleh ke belakang. Tepat ke arah dua mobil yang mengawal mereka. "Nanti ku suruh mereka mencari penginapan atau hotel di sekitar sini," jawab Ernest dengan cepat, dia tidak mau membuat Hiraya cemas hanya karena hal kecil. Hiraya lalu mengangguk paham, sesaat kemudian mereka turun dari mobil. Hanya ada satu anak buah Ernest yang tetap bersama mereka. Yaitu sang supir yang memang bertugas mendampingi dan mengawasi Ernest dari dekat. Ting tong!Bel rumah dibunyikan dari luar oleh Hiraya, dia menunggu dengan cemas pintu utama akan terbuka. Sekitar satu menit menunggu, terdengar langkah kaki dari dalam disusu
Hiraya langsung terdiam mendengar perkataan Ernest, lidahnya mendadak kelu. Seluruh jawaban yang hendak dia ucapkan mendadak hilang di tenggorokan. "Kau tak bisa menjawabnya?" Ernest malah tersenyum manis, mengejek Hiraya secara halus. Gadis itu melengos, mengindari kontak mata dengan Ernest. Hal itu justru memantik tawa sang aktor. "Kalau kau bersikap seperti ini, tandanya memang kau kalah dengan perasaan mu sendiri." Aktor itu lalu berdiri, menatap wajah Hiraya yang masih setia menghindar darinya. "Tapi tak masalah, toh aku akan bertanggung jawab atas kekalahan perasaanmu sendiri." Ernest mengatakannya sambil tersenyum manis, lalu berlalu. Keluar dari kamar itu dan pergi entah ke mana. Sedangkan Hiraya merasa pipinya mendadak panas, seluruh aliran darah berkumpul jadi satu di satu titik. Hiraya tahu kalau jatuh cinta bukan hal yang salah. Akan tetapi dia merasa waktunya tidak tepat, juga dengan siapa dia jatuh cinta itu lah yang membuatnya bimbang. Hiraya lalu menoleh ke ara
Hiraya terdiam, dia ingat kalau beberapa hari lalu pernah menemui Aeri dan menggertak perempuan itu. Tapi mana mungkin dia berani melaporkan Ernest ke pihak berwajib. Padahal di skandal yang menimpa Ernest, Aeri adalah pelaku utamanya. Foto perempuan yang ada bersama sang aktor di kamar hotel adalah foto asli perempuan itu. "Aku dan Ernest, memang pernah menemuinya." Hiraya menjawab hati-hati. ["Apa yang kalian bicarakan? Apa soal skandal itu?"] Cecar Lee Hyun dari seberang sana. Hiraya ragu-ragu menjawab, tapi dia tidak bisa berbohong karena gadis itu tahu semuanya akan jadi rumit jika ada kebohongan. "Iya, aku katakan padanya agar tak macam-macam sebab dirinya sendiri yang ada di foto skandal Ernest."["Itu memang benar tapi kita tidak bisa menjamin kalau Aeri akan jujur, bisa saja dia memutarbalikkan fakta. Dan itu akan menjadi kabar buruk bagi Ernest, apalagi kalian pernah menemuinya. Bisa saja Aeri akan mengarang fakta dari situ,"] jelas Lee Hyun yang terdengar sangat khawati
Di pagi harinya, jagat media massa dan juga media sosial gempar dengan pemberitaan terbaru dari aktor terkenal di negara mereka. Berita kelanjutan dari skandal yang pernah menjerat nama Ernest. [MANTAN KEKASIH ERNEST-- AERI MIDORIKAWA JADI TERSANGKA UTAMA SKANDAL SANG AKTOR][JADI KORBAN, ERNEST RESMI TUNTUT AERI MIDORIKAWA DALAM KASUS SKANDALNYA][GERAK CEPAT, DIAMOND ENTERTAINTMENT BAWA KASUS SKANDAL ERNEST KE PIHAK BERWAJIB. NAMA MANTAN KEKASIH SANG AKTOR IKUT TERSERET]Setidaknya itulah tagline berita yang muncul hari ini. Setelah Diamond Entertainment menyerahkan hasil penyelidikan ke pihak berwajib, hal tersebut langsung menjadi tranding topic pemberitaan. Apalagi nama Ernest memang tengah naik, selain karena karirnya yang melejit skandal yang menimpa dirinya membuat sang aktor masih terus diperbincangkan oleh publik. "Kenapa orang-orang hanya fokus pada Aeri dan Ernest saja ya? Padahal di balik itu ada Montgomery juga yang ikut andil dalam skandal itu," komentar Yoshi setelah
"Kau pikir kau siapa bisa menjebloskan ku ke penjara hah!" Teriakan Aeri dari balik jeruji besi membuat semua orang yang ada di kantor kepolisian menolehkan kepalanya. Ernest dan Hiraya yang kebetulan ada di depan perempuan itu hanya memandangnya datar. Saat ini Chung Seo sedang berbicara dengan Aeri untuk mewakili agensi Diamond Entertainment dan juga pihak Ernest. Sejak tadi hanya ada percakapan dari keduanya, akan tetapi dari pihak Aeri lebih banyak mengumpat ketimbang bicara dengan tenang. "Sampai kapan dia akan berteriak-teriak, apa tenggorokannya tak sakit?" Tanya Ernest dengan lirih pada Hiraya. Pria itu memang bertanya seolah khawatir, tapi jelas dari nada bicara dan ekspresinya dia tengah mengejek mantan kekasihnya sendiri. Hiraya yang mendengar itu malah memutar bola matanya malas, dia mencubit pinggang Ernest dengan keras. "Diam Ernest! Kau tak lihat Chung Seo sedang kewalahan bicara dengan mantan kekasih mu itu?" Tanya Hiraya dengan mata yang mendelik tajam. Ernest m
"Karena publik justru menaruh perhatian lebih padamu pasca kabar pernikahan mu dengan gadis asal Indonesia. Tentu saja mereka semua bahkan melupakan topik soal skandal mu," ucap Shinhwa yang terdengar kagum dengan power 'Gadis Indonesia' yang disandang oleh Hiraya. "Benarkah?" Ernest malah balik bertanya, masih tak percaya lebih tepatnya. Sebab, baik dirinya atau Hiraya tak merasa ada kabar baik apapun atas pernikahan mereka. Kecuali meredamnya pembahasan publik terkait skandal Ernest. "Tentu saja! Ada banyak artikel bernada positif setelah pernikahan mu," balas Shinhwa dengan senyum lebar. "Syukurlah," balas Ernest yang juga ikut tersenyum sembari melirik ke arah Hiraya. Mereka bertiga kemudian berbincang ringan selama beberapa menit. Tak lama kemudian pintu lift kembali terbuka dan menampilkan seorang pria berkacamata yang tampak sangat akrab dengan penulis Shinhwa. "Sutradara Dejun! Silahkan duduk," ucap Shinhwa mempersilahkan pada pria bernama Dejun tersebut. "Ah ya terimak
Pagi-pagi sekali Hiraya sudah menyiapkan sarapan dan segala keperluan Ernest hari ini. Tentunya dia tidak sendiri, ada Lee Hyun yang ikut membantu.Tepat di jam lima pagi, Lee Hyun sudah datang ke rumah Hiraya dan Ernest. Sebab setelah skandal itu selesai, kehidupan mereka jadi lebih sibuk. Ada banyak sekali jadwal Ernest dalam satu hari. "Nona apa undangan yang kemarin sudah ada padamu?" Lee Hyun menoleh pada Hiraya di sela-sela kegiatannya. "Undangan yang mana?" Hiraya masih saja sibuk dengan kegiatannya. Dia hanya melirik Lee Hyun sekilas dari arah dapur. Sementara pria itu ada di ruang tengah untuk membereskan barang bawaan Ernest yang akan di gunakan hari ini. "Itu undangan Fashion week di Paris, kemarin staff Louis Vuitton sudah memberikannya bukan?" cecar Lee Hyun memastikan. "Tunggu sebentar," balas Hiraya cepat.Dia kemudian terkesiap, seperti telah melupakan sesuatu. Hiraya lalu bergegas ke kamarnya dan mengobrak-abrik tas selempang miliknya."Hah! Untung saja masih ada
"Apa maksudmu? Aku tidak sedang dekat dengan siapapun," jawab Hiraya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur saja dia merasa takut dengan pertanyaan dan aura mengintimidasi dari Ernest. Tak biasanya pria itu tampak sejarah ini padanya. Ernest membuang muka, dia malah pergi ke kamarnya dan meninggalkan Hiraya juga Lee Hyun tanpa berkata apa-apa lagi. Bruk!Pintu kamar ditutup secara kasar olehnya. Hiraya juga terperanjat karenanya."Kenapa dia semarah itu?" Hiraya membatin, dia memilih untuk pergi lebih dulu. Sementara sejak tadi, Lee Hyun sudah berpindah ke ruang tamu. Di ruang tamu, Lee Hyun yang tengah menunggu keduanya langsung menoleh ketika Hiraya datang."Kita berangkat sekarang nona?" Lee Hyun hendak berdiri. "Tidak, kamu tunggu Ernest saja. Aku yang akan pergi lebih dulu, nanti aku share location ke ponselmu." Hiraya kemudian mengambil tas serta beberapa berkas yang ada di atas meja. Gadis itu sengaja membawa mobil sendiri untuk pergi ke lokasi syuting drama baru yang
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.