Share

Cullinan Bouquet

Penulis: Shofi Nur Hidayah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi-pagi sekali Hiraya sudah menyiapkan sarapan dan segala keperluan Ernest hari ini. Tentunya dia tidak sendiri, ada Lee Hyun yang ikut membantu.

Tepat di jam lima pagi, Lee Hyun sudah datang ke rumah Hiraya dan Ernest. Sebab setelah skandal itu selesai, kehidupan mereka jadi lebih sibuk. Ada banyak sekali jadwal Ernest dalam satu hari.

"Nona apa undangan yang kemarin sudah ada padamu?" Lee Hyun menoleh pada Hiraya di sela-sela kegiatannya.

"Undangan yang mana?" Hiraya masih saja sibuk dengan kegiatannya. Dia hanya melirik Lee Hyun sekilas dari arah dapur. Sementara pria itu ada di ruang tengah untuk membereskan barang bawaan Ernest yang akan di gunakan hari ini.

"Itu undangan Fashion week di Paris, kemarin staff Louis Vuitton sudah memberikannya bukan?" cecar Lee Hyun memastikan.

"Tunggu sebentar," balas Hiraya cepat.

Dia kemudian terkesiap, seperti telah melupakan sesuatu. Hiraya lalu bergegas ke kamarnya dan mengobrak-abrik tas selempang miliknya.

"Hah! Untung saja masih ada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Don't Touch Her!

    "Apa maksudmu? Aku tidak sedang dekat dengan siapapun," jawab Hiraya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur saja dia merasa takut dengan pertanyaan dan aura mengintimidasi dari Ernest. Tak biasanya pria itu tampak sejarah ini padanya. Ernest membuang muka, dia malah pergi ke kamarnya dan meninggalkan Hiraya juga Lee Hyun tanpa berkata apa-apa lagi. Bruk!Pintu kamar ditutup secara kasar olehnya. Hiraya juga terperanjat karenanya."Kenapa dia semarah itu?" Hiraya membatin, dia memilih untuk pergi lebih dulu. Sementara sejak tadi, Lee Hyun sudah berpindah ke ruang tamu. Di ruang tamu, Lee Hyun yang tengah menunggu keduanya langsung menoleh ketika Hiraya datang."Kita berangkat sekarang nona?" Lee Hyun hendak berdiri. "Tidak, kamu tunggu Ernest saja. Aku yang akan pergi lebih dulu, nanti aku share location ke ponselmu." Hiraya kemudian mengambil tas serta beberapa berkas yang ada di atas meja. Gadis itu sengaja membawa mobil sendiri untuk pergi ke lokasi syuting drama baru yang

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   You Touch Her, I kill you!

    "Ernest tolong," lirih Hiraya dengan suara yang bergetar hendak menangis. Leon pun berbalik badan dan melihat siapa yang datang, dia lalu mendelik begitu mendapatkan serangan tiba-tiba dari Ernest. Satu pukulan keras menghantam wajahnya dan membuat pria itu tersungkur tepat di depan Hiraya. Karena takut, gadis itu lekas berlari menuju ke arah Ernest. Dan berlindung di balik tubuh pria itu. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Ernest khawatir pada Hiraya. "I-iya," jawab Hiraya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ernest lalu mengangguk samar, dia kembali menoleh ke arah Leon yang masih tersungkur di depannya. Pria itu memegangi dagunya yang terasa bergeser dari tempatnya. Satu pukulan dari Ernest sudah cukup untuk melumpuhkan pria kurang ajar sepertinya. Ernest pun berjongkok di depannya, memandang tajam pria yang sudah mengganggu istrinya. "Apa yang kau lakukan padanya hah?" Tanya Ernest sembari menarik kerah baju yang dikenakan Leon. "A-aku tidak melakukan apapun," jawab Leon terbata.

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Pria lain?

    "Kau pernah bertemu dengannya?" Tanya Ernest lagi, kali ini dia lebih serius. Hiraya mengangguk mengiyakan, anggukan kecil darinya sudah lebih dari cukup sebenarnya untuk menjawab pertanyaan Ernest. Tapi sepertinya pria itu tidak puas. "Di mana kau bertemu dengan Leon?" Tanyanya, kali ini suaranya lebih melunak dari sebelumnya. "Aku pernah bertemu dengannya beberapa tahun lalu saat sedang berkuliah S2 di Harvard," jawab Hiraya jujur. Ernest masih diam, menunggu Hiraya menyelesaikan kalimatnya yang terdengar menggantung. "Aku pernah bertemu setidaknya dua kali dengannya, tapi aku tak terlalu mengenal Leon. Aku hanya tahu kalau dia aktor dari Korea Selatan yang menempuh pendidikan di kampus yang sama sepertiku," imbuhnya sambil berani mendongak dan menatap wajah Ernest. "Tidak masalah, itu berarti antara kau dan dia memang tak ada hubungan sebelumnya. Ku kira Leon malah temanmu," ucap Ernest lalu berdiri. Pria itu kemudian pergi dari ruangan tersebut, dan meninggalkan Hiraya di s

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Itu Bukan Dariku

    Begitu sampai di rumah, Ernest lekas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Lee Hyun sudah pulang ke rumahnya sendiri begitu memastikan sang aktor masuk ke rumahnya dan semua keadaan benar-benar aman. Baru saja hendak duduk, bel rumah dibunyikan dari luar. Tanda kalau ada seseorang yang datang, dengan sigap Ernest lekas menuju pintu utama. "Selamat malam Tuan, benar ini rumah Hiraya Carlisle?" Tanya seorang pria yang tidak lain adalah pengirim makanan. Ernest yakin itu karena ada logo salah satu tempat makan di jaket yang dikenakan. Ernest mengangguk mengiyakan, meskipun tangannya masih berada di kenop pintu."Benar, ada apa pak?" "Ini ada makanan dengan nama pesanan Hiraya Carlisle," ucap pria itu sopan sembari memberikan makanan yang dia maksud. "Ah iya terima kasih, apa ini sudah di bayar?" Tanya Ernest setelah makanan tersebut ada di tangannya. "Sudah pak, pesanannya sudah lunas.""Begitu ya, sekali lagi terimakasih banyak!"Setelah itu pintu pun di tutup ole

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Beberapa Hal Janggal

    "Kalau bukan dari ku, siapa yang sudah memesannya menggunakan nama ku?" Tanya Hiraya pada diri sendiri. Saat ini dia tengah istirahat makan siang di sela-sela pekerjaannya menemani Ernest. Pria itu tengah break syuting drama dan sedang di make up ulang untuk salah satu scene. "Hiraya!" Panggil seseorang yang terdengar sangat familiar di telinga Hiraya. Gadis itu menoleh dengan cepat dan terkejut begitu melihat siapa yang datang menghampiri dirinya di salah satu restoran dekat lokasi syuting. "Hae Sun, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Hiraya yang bingung, kebetulan sekali bisa bertemu dengan detektif bayaran itu dengan mudah. Padahal biasanya mereka sangat sulit bertemu meski sudah mengadakan janji. Hae Sun malah tersenyum sekilas, dia lalu menarik kursi dan duduk di depan Hiraya. Mereka berhadapan dan duduk di salah satu meja yang memang dekat dengan jendela besar di restoran tersebut dan menghadap ke arah jalan. "Aku sedang jalan-jalan di sekitar sini, dan kebetulan mampir.

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Terancam

    Hiraya masih berusaha menghindari pria tadi, gadis itu masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai yang lebih tinggi. "Kenapa dia masih saja mengikuti ku sih?" Hiraya keluar dari lift dengan terburu-buru. Merasa semakin terancam sebab pria tadi terus saja mengikuti langkahnya. Karena terlalu fokus, dia malah tidak sengaja menabrak seorang pria yang baru saja keluar dari kamar mandi.Brugh!"Aduh," ucap pria tersebut, mengaduh karena terjerembab ke lantai. "Eh maaf-maaf," jawab Hiraya yang refleks mengulurkan tangannya untuk membantu pria tersebut. Mata keduanya beradu, dan Hiraya menyadari sesuatu. "Le-leon?" Hiraya menahan tangannya untuk menolong Leon. Karena tidak jadi mendapatkan bantuan dari Hiraya, Leon akhirnya berdiri sendiri dan menepuk-nepuk celananya yang terkena debu."Iya ini aku, memangnya kenapa?" Leon melirik Hiraya dengan tatapan tidak bersahabat. "Tidak, aku hanya ingin minta maaf karena tadi sudah menabrak mu." Hiraya menjawabnya ketus. Dengan langkah gesit dia

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Kiriman Terbaru

    Hiraya masih duduk melamun duduk di engine hood (kap mobil) miliknya di parkiran lokasi syuting. Saat ini jam menunjukkan pukul sembilan malam, sudah saatnya Ernest pulang.Ernest yang baru saja selesai syuting dan berniat menjemput gadis itu langsung turun dari mobilnya diikuti Lee Hyun, sang asisten."Hiraya!" panggil Ernest sambil berjalan mendekatinya. Gadis itu menoleh dan tersenyum kecut. Tapi tetap berada di posisinya tanpa mau bergeser sedikitpun. "Ada apa, kenapa tidak pulang?" Ernest langsung mencecar pertanyaan pada Hiraya. Dia tahu kalau Hiraya tak suka menunggunya terlalu lama, lagi pula sejak siang gadis itu sudah meninggalkan dirinya. "Tidak apa-apa aku hanya masih ingin di sini," jawab Hiraya berbohong, padahal dia di sini karena tak enak hati pada pria itu. Hiraya ingin memastikan kalau pria misterius tadi tak mengikutinya sampai di lokasi syuting. Hiraya tak mau, masalah yang ada di hidupnya juga dirasakan oleh Ernest. "Tapi bukan berarti kamu bisa duduk di engi

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memastikan?

    "Untuk apa kita ke agensi Leon, Hiraya?" Tanya Yoshi lirih pada Hiraya yang ada di sebelahnya. Saat ini mereka berdua tengah bersembunyi di lorong gedung agensi yang menaungi Leon. Pagi-pagi tadi Hiraya menghubungi Yoshi untuk ikut dengannya. Yoshi tak sadar kalau tengah mengikuti langkah gegabah sahabatnya. "Aku mau lihat apa yang sebenarnya dia lakukan, aku ingin memastikan sesuatu." Hiraya menjawab sama lirihnya. "Memastikan apa sih?" Cecar Yoshi yang memang tak tahu banyak. Hiraya mendecik, dia lalu menoleh pada Yoshi. "Aku ingin memastikan apa benar orang yang mengirim banyak hal ke rumah ku dan Ernest adalah Leon!""Hah? Bagaimana bisa kau tiba-tiba mengambil kesimpulan begitu?" Yoshi tampak terkejut. Karena tak mau ada orang yang mencurigai mereka, Hiraya lekas menendang tulang kering Yoshi cukup keras. Setidaknya itu bisa membantu gadis itu agar tak sembarangan mengeraskan suara. "Pelankan suara mu Yoshi," desis Hiraya penuh penekanan. Yoshi lalu membekap mulutnya sendi

Bab terbaru

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Akhir Yang Indah

    Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Tersangka Sebenarnya

    Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memberi Penjelasan

    Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memberi kesempatan Lagi?

    Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Hal Bohong

    "A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Merubah Keadaan

    Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Bantuan Dua Sahabat

    Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Terlambat

    "Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Salah Paham Besar

    Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.

DMCA.com Protection Status