Ernest menghela nafas panjang, kemudian dia tetap membantu Hiraya memakai veil tanpa mengatakan apa-apa. Sedangkan perempuan itu juga terpaksa diam, berada di dekat pria itu membuat jantungnya berdetak kencang. Entah perasaan apa yang dia rasakan sekarang, tapi yang jelas Hiraya berusaha menepisnya.
Setelah pemberkatan keduanya langsung melanjutkan resepsi, acara sandiwara itu benar-benar dikerjakan dengan baik. Hwang Dong Hae mempersiapkan ini semua seolah pernikahan ini nyata, padahal apa yang terjadi sekarang adalah rekayasa yang dia buat."Bersikaplah anggun layaknya gadis terhormat dan jangan mempermalukan aku!" Ernest berkata ketus ketika mereka berdiri berdampingan di pelaminan menyambut para tamu."Kamu pikir aku gadis kampungan yang tidak tahu sopan santun? Seenaknya menghinaku seperti itu," jawab Hiraya lirih dengan tangan sibuk mengalami para tamu.Hiraya memakai gaun midnight blue bertabur Swarovski yang menampilkan kesan mewah untuknya, sedangkan Ernest memakai setelan jas warna Navy yang senada dengan Hiraya.Hwang Dong Hae kemudian tiba untuk menyalami kedua pengantin pura-pura itu. Ketika bersalaman dengan Ernest dia berbisik lirih."Setelah ini lakukan konferensi pers dengan media yang meliput acara pernikahan kalian, mereka sudah menunggu di luar." Hwang Dong Hae tersenyum terpaksa setelah mengatakannya. Ernest pun mengangguk paham.Ernest melirik ke arah Hiraya yang tampak tidak nyaman dengan gaun yang dia kenakan. Gaun itu cukup berat untuknya, apalagi gadis itu harus berdiri menyambut tamu lebih dari tiga jam."Apa kamu ingin mengganti pakaian dulu nanti?" Ernest bertanya khawatir membuat Hiraya menaikkan sebelah alisnya terkejut.Pria disampingnya ini memang aneh, dia bisa merubah sikapnya dalam hitungan menit saja."Hah dasar aktor! aku cukup terkesan dengan kemampuan aktingmu itu!" Hiraya tersenyum palsu melihat Ernest yang masih saja diam setelah mengucapkan kalimatnya.Yoshi datang dan menyalami mereka berdua sekaligus membantu Hiraya turun dari pelaminan karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Acara resepsi pernikahan mereka akan segera diselesaikan."Apa kamu baik-baik saja Hiraya? kamu tampak begitu lelah." Yoshi memberikan minuman untuk Hiraya."Ya aku baik, tapi tidak masalah. Karena setelah melakukan konferensi pers aku akan segera pulang dan melepas gaun berat ini." Hiraya mengibaskan tangannya karena merasa gerah."Kamu akan pulang ke rumah bukan?" Yoshi bertanya hati-hati."Dia akan mulai menginap bersamaku mulai sekarang dia adalah istri sah Yoon Jee Yeon!"Kini bukan Hiraya yang menjawab tapi Ernest, dia sudah berdiri dibelakang Yoshi dengan aura mendominasi."Ingat Erm8ini hanya sandiwara, jadi biarkan aku kembali ke rumah!" Hiraya melotot tidak suka seolah sedang mengibarkan bendera perang untuk pria yang kini berstatus suaminya itu."Justru karena ini sandiwara jadi kamu harus ikut denganku, pulang ke rumah atau menginap di hotel ini. Semua tergantung padaku," ucap Ernest penuh percaya diri.Lee Hyun kemudian datang dengan tergopoh-gopoh mendekati ketiganya yang tengah terlibat perdebatan sengit."Ernest," panggil Lee Hyun sambil terengah-engah."Ada apa?" Ernest mengalihkan pandangannya pada asisten pribadinya."Tuan Hwang Dong Hae meminta Kalian untuk segera menemui media," ucap Lee Hyun menyampaikan pesan yang dititipkan padanya.Ernest hanya mengangguk kemudian tangannya terulur untuk membantu Hiraya berdiri, gadis itu hanya menatapnya tidak mengerti dan memilih untuk berdiri sendiri."Aku bisa sendiri!" Hiraya ketus memandangi Ernest mengejek.Tidak mau kalah Ernest justru menarik tangan Hiraya agar mau menggandeng tangannya dan sedikit mencubitnya keras."Kita akan menemui media, jadi bersikaplah natural layaknya pasangan suami istri sungguhan," bisik Ernest tepat ditelinga Hiraya.Hal itu sontak memancing perhatian dari para awak media yang berdiri tidak jauh dari mereka. Salah satu dari mereka juga memotret keduanya dengan sengaja."Kamu lihat, hanya kontak fisik seperti ini saja membuat rasa penasaran awak media naik." Ernest menggandeng Hiraya untuk menemui awak media.Senyum manis terpaksa Hiraya tampilkan untuk mengelabuhi media. Beberapa kamera langsung menyorot kedatangan mereka, silau dari flash yang digunakan membuat perempuan 27 tahun itu tidak nyaman.Ernest yang mengetahui hal itu memberi kode, berupa gerakan tangan pada media untuk berhenti memotret."Berhenti tolong jangan memotret lagi." Ucap Ernest memberi jeda pada kalimatnya. Dia menoleh pada perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya.Hiraya hanya miliknya sekilas, matanya terasa sakit karena flash itu."Istriku tidak nyaman dengan semua ini," imbuhnya sambil melirik Hiraya sekilas.Hiraya susah payah tersenyum menimpali sikap manis Ernest, dia mulai yakin kalau pria disampingnya ini tidak bisa dipercaya."Apa pernikahan ini sudah disiapkan sejak lama Ernest? Dan kenapa kamu memilih calon istri bukan dari kalangan artis?" Tanya awak media yang mulai menjalankan tugas mereka"Bagaimana dengan skandal itu Ernest, apa pernikahan ini hanya pengalihan untuk memperbaiki namamu saja?"Pertanyaan salah satu wartawan membuat Ernest membulatkan matanya sempurna, dia sangat terkejut."Kenapa keluarga nona Hiraya tidak datang ke sini, apakah pernikahan ini tidak direstui oleh mereka?"Bla Bla bla....Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan media untuk mereka, Hiraya sangat jengah dengan itu semua. Tapi dia harus menahannya demi uang 4 juta won yang akan dia terima."Aku sudah lama memiliki niat menikah dengannya, tapi belum sempat terlaksana dan kemarin malah berita buruk datang menimpa kami. Jadi menghindari pemberitaan yang tidak-tidak maka kami memajukan rencana pernikahan ini." Ucap Ernest sambil menggenggam tangan Hiraya erat-erat."Dan kenapa keluarga ku tidak datang, itu karena saat ini ayahku tengah sakit. Tapi bukan berarti mereka tidak memberikan restu, keluargaku setuju aku menikah dengan Ernest," jawab Hiraya sambil tersenyum manis ikut menjawab pertanyaan yang diberikan untuknya."Lagi pula, Skandal itu tidaklah benar, sekali lagi aku dan istriku tidak melakukan hubungan bebas sebelumnya. Dan dari foto-foto yang telah tersebar hanya ada satu foto yang benar. Hiraya memapah ku malam itu karena aku mabuk berat, tidak lebih." Ernest memberi jawaban yang tidak sesuai seperti yang diminta oleh Hwang Dong Hae.Padahal Hwang Dong Hae meminta agar Ernest memanfaatkan pernikahan kontrak ini dengan baik, tanpa menyangkal pemberitaan apapun. Cukup dengan menikahi Hiraya sang road manager, maka orang-orang akan langsung bungkam dengan rumor itu. Publik akan diam karena ternyata sang aktor memang memiliki hubungan khusus dengan sang road managernya sendiri. Itu kemauan Hwang Dong Hae sebelumnya.Sang Direktur Utama yang mendengar jawaban itu dari Ernest mendecak sebal, kenapa artis itu justru membuatnya dalam masalah besar. Setelah ini media pasti akan berlomba-lomba untuk mencari kebenaran dari skandal itu. Terutama bagaimana seorang aktor yang popularitasnya diatas rata-rata justru mudah terkena skandal.Apa sebenarnya yang dilakukan agensinya?Pertanyaan itu tentu akan menjadi boomerang baginya.Hiraya tersenyum tulus dengan jawaban yang Ernest berikan, setidaknya publik tidak akan berpikiran buruk tentangnya. Dia adalah gadis asal Indonesia, meskipun dia punya darah Korea Selatan dari sang ayah. Tapi publik mengenal gadis Indonesia dengan moral dan etika yang baik, dia tidak mungkin mencemarkan namanya serta negaranya sendiri.Setelah konferensi pers selesai Ernest membawa Hiraya keluar gedung hotel yang telah dipenuhi karangan bunga berisi ucapan selamat serta doa dari para teman-teman artisnya. Mobil Lamborghini Aventador hitam milik Ernest membelah jalanan Seoul yang lengang malam ini menuju salah satu vila mewah dipinggir kota.Dia sengaja membawa Hiraya ke sana untuk memberikan kesan manis untuk memperkuat sandiwara mereka. Setelah sampai dia membukakan pintu mobil untuk Hiraya."Dimana kita sekarang?" Hiraya melihat sekeliling, tempat ini begitu indah dan menakjubkan. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk mengangumi semuanya, dia sedang bersama dengan Ernest itu artinya dia juga harus berhati-hati."Salah satu Vila ternama di Seoul, aku sengaja menyewanya untuk kita tempati malam ini." Ernest berjalan mendahului Hiraya masuk ke dalam Vila.Karena mengenakan gaun yang cukup panjang Hiraya kesusahan untuk berjalan, Ernest menolehkan kepalanya karena 'istrinya' tertinggal jauh.Ernest yang tidak sabaran mendadak menggendong Hiraya ala bridal style tanpa persetujuan darinya. Hiraya yang tidak siap memberontak, tapi tenaganya tidak cukup untuk melawan Ansen."Berhentilah memberontak atau akan ku banting tubuhmu!" Ernest berkata dingin tanpa melihat Hiraya dan hanya fokus pada jalannya."Jangan macam-macam denganku, ingat kita hanya melakukan sandiwara saja!" Hiraya berteriak di telinga Ernest, bermaksud agar pria itu menurunkannya."Justru itu akan aku melakukan hal yang tidak-tidak, jika kau terus mengingatkannya padaku!""Ingat Nona Hiraya, kalau aku bisa saja menyentuhmu kapan saja aku mau. Jadi tolong, jangan ingatkan aku tengang perjanjian pranikah itu lagi!" Ernest berkata dnegan tegas sambil terus menggendong Hiraya masuk ke villa. Mendengar perkataan Ernest bulu kuduk Hiraya berdiri, sekarang kata 'menyentuh' lebih horor dari pada film Suzanna. "I-iya aku tidak akan mengatakannya lagi," cicit Hiraya mengindari tatapan mata Ernest yang tajam. Pria itu membawa Hiraya ke sebuah kamar yang ada di vila tersebut, jantungnya seperti akan melesat dari tempatnya. Ernest mendudukkannya di tepi ranjang dan melepas jas yang dia kenakan. Suasananya menjadi sangat canggung sekarang. Beberapa hari lalu mereka hanya sebatas rekan kerja, hubungan mereka tak lebih dari aktor dengan road managernya saja. Tapi kini, mendadak mereka jadi suami-istri!"Tidurlah, disitu sudah ada pakaian ganti. Aku tidak tahu bagaimana selera pakaianmu jadi aku pilihkan beberapa potong pakaian yang bisa kamu pakai." Ernest menunju
Hiraya memutuskan untuk pulang saat jam menunjukkan pukul empat sore. Mau dipaksakan bagaimana pun dia juga sadar kalau skandal Ernest tidak bisa selesai hanya satu hari. Perempuan itu berjalan keluar bersama Yoshi. Hiraya terkejut ketika keluar dari lobi gedung agensi Diamond Entertainment. Langkahnya mendadak terhenti karena kaki jenjang seorang pria menghalangi jalannya. Yoshi yang sejak tadi tertawa bersamanya mendadak diam, nyalinya ciut dan berdiri dibelakang Hiraya. "Mau kemana kamu?" Suara bariton khas milik pria berdarah asli Korea Selatan itu. Hiraya mendecak sebal, dia membenarkan mantel yang dia kenakan kemudian sedikit memajukan tubuhnya untuk melihat wajah Ernest. "Siapa kamu?" Hiraya melontarkan pertanyaan yang membuat Ernest mengerjapkan matanya, bingung!Bagaimana bisa Hiraya lupa dengan dirinya, apa karena kejadian pagi tadi jadi dia mendadak amnesia? Bagaimana bisa Hiraya lupa padanya yang kini berstatus suaminya sendiri?"Apa yang kamu katakan, aku ini Yoon J
Karena desakan dari Yoshi dan sisi kemanusiaannya yang terusik akhirnya Hiraya setuju untuk ikut bersama dengan Ernest. Rupanya pria itu telah membeli sebuah hunian mewah dikawasan elit Hangnam-dong, Seoul. Tempat yang sudah terkenal dengan fasilitas sultan tanpa perlu dijelaskan lagi.Mobil keduanya terparkir sempurna diparkiran dan Hiraya dengan malas mengikuti langkah Ernest. "Kenapa kita harus ke sini?" Hiraya membuang muka ketika menanyakannya. Ernest menoleh ke arah Hiraya yang tampak begitu kesal, dia mendadak berhenti dan membuat Hiraya menabrak tubuhnya karena gadis itu tidak fokus dengan jalannya."Aduh!" Pekik Hiraya memegangi kepalanya, dia melotot menatap Ernest yang berekspresi datar."Kamu bertanya kenapa kita harus ke sini? Ini adalah tempat terbaik dan paling nyaman di Seoul. Kamu tidak mau tinggal di sini?" tanya Ernest berang, dia tidak bisa mengerti isi kepala Hiraya. "Apa kamu pikir rumah-rumah yang ada selain di kawasan ini tidak nyaman? Kamu hanya membuang-b
"Untuk apa kita pergi ke Indonesia?" Tanya Hiraya pada Ernest yang tengah menunggu keputusannya. Ernest meletakkan alat makannya di meja, menatap lurus wajah perempuan itu. "Aku hanya ingin menemui orang tuamu, kita sekarang keluarga. Jadi apa salahnya jika berkunjung?"Hiraya malah mendecik pelan mendengar itu, karena bagi dirinya. Tidak akan ada yang berubah dalam kehidupannya, karena dia dan Ernest hanya menikah kontrak. Hiraya datang ke Seoul bukan untuk berkeluarga. "Kita hanya pasangan kontrak Ernest, jadi tidak perlu melakukan itu!" Tegas Hiraya lalu berdiri, dia bangkit dari duduknya tanpa menyelesaikan makan malam. Perempuan itu segera masuk ke dalam kamarnya sendiri tanpa menoleh lagi pada Ernest yang masih terpaku di tempatnya. Pria itu harus punya cukup kesabaran untuk menghadapinya. Ernest juga memijit pelipisnya perlahan, dia merasa frustrasi karena skandal yang menimpa karirnya. Di saat sedang ada di puncak, skandal itu harus memorak-porandakan semuanya. "Kira-kira
Ernest merasa jantungnya berdebar-debar kencang, dia juga sudah mulai sulit mengendalikan diri. Yang ada di otaknya kali ini hanya pintu unit rumahnya, dia harus kembali masuk. Tangan kanan pria itu sudah terulur meraih kenop pintu."Ernest, kami ingin mewawancarai mu!"Salah satu awak media sudah berhasil mendekat, dia menyodorkan handphone untuk merekam hasil wawancara. Ernest semakin panik, dia semakin kesulitan mengendalikan emosi. Pria itu memilih diam, hal itu dilihat oleh Hiraya. Dia merasakan ada yang janggal dari sikap Ernest. "Hiraya bisa kah kau urus ini dulu?" Tanya Ernest yang berbisik di telinga Hiraya. Perempuan itu menoleh, dia tidak terlalu paham tapi memilih untuk mengangguk. "Tentu," jawabnya. Setelah itu Hiraya menoleh pada awak media yang sudah berkumpul didepan mereka di jarak kurang dari dua meter. "Nona Hiraya, kau istri Ernest. Kami juga ingin meminta keterangan mu!"Hiraya tersenyum sekilas,"Tentu saja tapi sepertinya tidak sekarang. Hari ini Ernest ada j
Montgomery, nama media massa yang saat ini ada di dalam kepala Hiraya. Perempuan itu tengah berpikir keras apa kira-kira alasan yang tepat untuk dia datang ke tempat itu. "Hiraya," panggil Ernest cukup keras ketika dia sudah selesai melakukan pemotretan. Hiraya yang tengah melamun pun terlonjak kaget. "I-iya?" "Ada apa denganmu, kenapa malah melamun?" Tanya Ernest yang kini berdiri didepannya. Hiraya tersenyum kikuk, dia kemudian menjawab pelan. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terkejut," jawabnya sembari berjalan keluar dari gedung pemotretan. Ernest juga berjalan dibelakangnya, "Tadi aku sudah memanggilmu dengan pelan, tapi kau tidak dengar jadi aku sedikit mengeraskan suaraku." "Jadi kau sudah selesai sejak tadi?" Hiraya bertanya sembari menoleh dan berhenti tepat di basement gedung. Ernest pun mengangguk, karena setidaknya dia sudah selesai sejak tiga puluh menit lalu. "Ya, aku selesai di jam setengah dua tadi. Dan sekarang sudah jam dua siang."Hiraya menepuk dahinya sendiri,
Hiraya terkejut, dia diam beberapa saat. Nama detektif bayaran itu cukup familiar ditelinganya. Ernest yang menyadari adanya perubahan ekspresi dalam diri Hiraya pun ikut berhenti, dia menoleh pada perempuan disampingnya itu dengan wajah penuh tanda tanya. "Ada apa Hiraya, kau mengenal nama itu?" Tanya Ernest. Hiraya segera menggeleng, kesadaran kembali menamparnya setelah tadi sibuk dengan pikirannya sendiri. "Tidak, aku tidak mengenalnya. Hanya saja aku cukup terkejut Tuan Hong Dae sampai menyewa detektif bayaran juga," kilah Hiraya. Padahal sebenarnya, Hiraya bukan hanya mengenal nama detektif bayaran itu. Tapi lebih dari sekedar kenal, dia malah bekerja sama dengannya. "Oh begitu ya," balas Ernest sembari kembali berjalan mengikuti asisten bosnya itu. Ketiganya lalu sampai, Chung Seo mengetuk pintu ruangan Hwang Dong Hae terlebih dahulu, sinyal bahwa ada yang ingin masuk. Tok tok tok!"Tuan, Ernest dan Hiraya izin masuk." Lee Chung Seo memberi tahu, tapi masih ada di dekat
Hae Sun mengerutkan keningnya dalam, dia saja tidak bisa mengenali pira dalam rekaman cctv itu dengan sekali lihat. Bagaimana bisa Hiraya mengenalinya dengan mudah. "Jangan mengada-ada, coba lihat baik-baik dulu. Jangan sampai nanti kita malah salah tuduh," ucapnya memperingatkan. Hiraya memutar bola matanya malas, sebenarnya apa yang dikatakan Hae Sun ada benarnya. Tapi, Hiraya tidak bohong soal pria itu yang tampak familiar. "Bagaimana sudah kau perhatikan baik-baik?" tanya Hae Sun lagi. Hiraya mengangguk, "Sudah." "Memangnya kau kenal pria ini?" Hae Sun memperhatikan wajah Hiraya dengan seksama. "Aku tidak mengenalinya, tapi jujur saja pria ini benar-benar tidak asing bagiku. Sepertinya aku pernah melihat postur tubuh seseorang yang persis seperti ini," jelas Hiraya dengan jujur. "Ah mungkin hanya sebatas mirip," tandas Hae Sun. Karena memang dia tidak mau mengandalkan insting saja dalam penyelidikan. Bisa-bisa, dia salah menangkap pelaku. Hae Sun lalu melipat tangannya dide
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.